Browsing by Author "Zunarto, Sugeng"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeteksi Keracunan pada Hewan dengan Metode Kombinasi Quechers dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS)(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Lestari, Santi; Zunarto, Sugeng; Muladi, Arrum PerwitasariMeningkatnya penggunaan pestisida dan pemanfaatan sisa hasil pertanian dan tanaman pangan sebagai pakan ternak, serta laporan beberapa kasus kematian hewan tanpa gejala klinis penyakit, menyebabkan kecurigaan mengarah pada keracunan. Keracunan adalah salah satu penyebab kematian mendadak pada ternak. Keracunan terjadi karena ternak mengkonsumsi pakan yang mengandung racun. Kasus keracunan ini sangat berbahaya bagi ternak. Gejala klinis yang ditunjukkan dapat berbeda pada setiap individu , tergantung jenis dan jumlah zat racun yang masuk ke dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas penggunaan metode kombinasi QUECHERS dan alat GC-MS untuk mengetahui kemungkinan penyebab keracunan pada ternak, pada sampel yang dikirimkan ke BBVET Wates . Metode penelitian ini menggunakan metode kombinasi QUECHERS dan alat GC-MS. Ekstraksi contoh untuk pengujian menggunakan alat gas chromatography (GC), selama ini diperlukan waktu lama dan pelarut yang banyak. Metode QuEChERS (Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, Safe) bertujuan mempercepat proses dan menghemat bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut. Tahapan yang dilakukan meliputi ekstraksi menggunakan QuEChERS Extract Pouches EN Method dengan pelarut acetonitril dilanjutkan clean-up menggunakan Dispersive SPE 15 ml. Pembacaan ekstrak dilakukan dengan alat GCMS-QP2010, menggunakan fase gerak gas helium dengan kolom Rtx® 5MS ukuran 30 m x 0,25 mm, suhu oven 150oC (2,5 menit) secara berangsur dinaikkan menjadi 190oC (5 menit) dan 290oC (2 menit), dengan detektor Mass Spectrometry (MS) pada suhu ion surface 200oC dan interface 310oC. Kromatogram yang diperoleh kemudian dianalisa sampai diketahui senyawa spesifi k yang diduga sebagai racun. Metode ini mampu menganalisa contoh yang berbentuk padatan maupun cairan secara kualitatif yang berasal dari hewan, pakan, atau lingkungan terhadap kemungkinan adanya senyawa beracun. Sampel yang diteliti adalah sampel yang masuk ke BBVET wates dengan indikasi keracunan selama periode Januari sampai dengan Maret 2019. Dalam penelitian ini, sampel berupa darah, isi rumen ternak, sampel pakan, dan sampel lingkungan ( air dan tanah ) diperoleh dari investigasi kasus kematian pada hewan selama periode Januari sampai dengan Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan dari 105 contoh yang diduga keracunan didapatkan hasil 8 contoh teridentifi kasi senyawa pestisida organoklorin, 6 contoh teridentifi kasi organofosfat, 4 contoh teridentifi kasi senyawa arsenic dan 5 contoh teridentifi kasi senyawa theobromine yang merupakan alkaloid dari tanaman cacao/coklat
- ItemIdentifikasi Kasus Leptospirosis pada Domba dan Kambing di Kabupaten Demak Tahun 2018(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Ruhiat, Endang; Farhani, Nur Rohmi; Kumorowati, Enggar; Dewi, Ari Pupita; Zunarto, Sugeng; Direktorat Kesehatan HewanPada tahun 2018 di Kabupaten Demak tepatnya di Kecamatan Bonang dan Kecamatan Guntur terjadi outbreak leptospirosis pada manusia. Sebagian besar ternak yang dipelihara (domba dan kambing) ditempatkan satu lingkungan dengan rumah/pemukiman sehingga dapat memungkinkan terjadi penularan leptospirosis baik dari ternak ke manusia maupun sebaliknya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi serovar penyebab leptospirosis pada domba dan kambing di Kabupaten Demak Tahun 2018. Sebanyak 97 ekor domba dan 20 ekor kambing diambil darahnya dari vena jugularis sebanyak 3 ml, serum dipisahkan untuk pemeriksaan leptospirosis dengan metode Microscopic Aglutination Test (MAT) yang dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (BBP2V & RP) Salatiga. Hasil uji laboratorium dari 97 sampel serum domba menunjukan hasil positif sebanyak 10 sampel dan dari 20 sampel serum kambing menunjukan hasil positif 1 sampel. Prproporsi leptospirosis di Kabupaten Demak Tahun 2018 pada domba sebesar 10,30% (10/97) dan kambing 5% (1/20). Penyebab leptospirosis pada domba dan kambing di Kabupaten Demak yaitu Leptospira serovar Ichterohaemorrhagiae, Djasiman, Robinsoni, Bangkinang, Pyrogenes dan pada kambing disebabkan oleh serovar Habdomadis.
- ItemInvestigasi Kasus Keracunan Endosulfan pada Kambing di Kabupaten Tuban, Jawa Timur(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Widyastuti, Laksmi; Zunarto, Sugeng; Dwiptayana, Cipta; NuryadiTelah dilaporkan kasus kematian kambing di Dusun Mawot, Desa Sugiharjo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur oleh petugas Poskeswan Mawot pada tanggal 30 Agustus 2017. Menindaklanjuti laporan ini, investigasi dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates pada tanggal 31 Agustus 2017. Tujuan investigasi adalah untuk mengetahui penyebab kematian kambing di Dusun Mawot, Desa Sugiharjo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur. Total kematian sebelum investigasi dilakukan berjumlah 4 ekor kambing. Pada saat tim investigasi melakukan pengambilan sampel di lapangan, 1 ekor kambing menunjukkan gejala sakit dan dilakukan pengambilan sampel,antara lain: pakan hijauan dan pakan kering, tanah, feses, air minum, air komboran, dan darah (dengan koagulan dan antikoagulan). Gejala klinis yang tampak pada kambing adalah kembung, lemas, keluar lendir dari mulut berupa cairan seperti air liur. Keesokan harinya pada tanggal 1 September 2017 kambing yang menunjukkan gejala sakit mati. Pada hewan yang mati dilakukan nekropsi di lapangan dan dikoleksi sampel yang dicurigai. Tim investigasi mengkoleksi sampel hewan mati berupa: organ, cairan nanah, cairan preputium, isi rumen. Hasil wawancara dengan peternak diperoleh informasi bahwa kambing lemas, kepala dibentur benturkan ke kandang, dan tidak mau makan. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan paru paru mengalami pneumonia, otak mengalami kongesti, dan hati mengalami akut multifokal. Hasil pemeriksaan laboratorium Kesmavet BBVet Wates menunjukkan pakan hijaun positif pestisida endosulfan sampel A : 0,34 ppm dan sampel B : 1,62 ppm. Di air minum dan air pakan juga ditemukan positif pestisida endosulfan 0,43 ppm dan 0,54 ppm. Dari hasil laboratorium dan gejala klinis yang ditunjukkan diduga penyebab utama kematian kambing adalah keracunan pestisida jenis endosulfan yang kemungkinan berasal dari pakan dan air yang tercemar pestisida tersebut.
- ItemInvestigasi Outbreak Keracunan Pestisida di Gresik Tahun 2019 : Studi Case Control(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Suryanto, Basuki Rohmat; Herman; Poermadjaja, Bagoes; Zunarto, Sugeng; Direktorat Kesehatan HewanInvestigasi ini dilakukan terhadap laporan kematian mendadak pada domba, kambing dan sapi dengan gejala klinis kejang dan gangguan syaraf di desa Sukorejo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik. Studi dan penyidikan dilakukan dengan Studi Case Control. Kelompok kasus didefinisikan sebagai ternak yang mengalami kematian dan kelompok kontrol sebagai ternak yang tidak mengalami kematian. Unit epidemiologi ditetapakan menggunakan satuan ternak. Pengujian contoh berupa kultur Anthrax dari tanah , darah, rumput dan sisa pakan serta pengujian residu pestisida . Penelusuran terhadap faktor risiko ditemukan bahwa ada perlakuan baru yaitu pemberian kangkung kering giling pada 64,3% peternak. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara , data faktor berpengaruh diolah dengan Tabel 2x2 .Data waktu kejadian divisualisasikan dengan kerangka waktuyang menunjukkan urutan kejadian outbreak kematian ternak. Hasil analisa didapatkan bahwa faktor pemberian pakan tambahan kangkung giling memiliki Odd Ratio 5 kali faktor kematian. Pemeriksaan di laboratorium Kesmavet Balai Besar Veteriner Wates menggunakan alat Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS-QP2010) ditemukannya agen penyebab berupa senyawa arsenous acid pada sample kangkung, isi rumen serta bahan pestisida. Dari hasil kajian investigasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadinya kematian ternak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik tahun 2019 disebabkan oleh keracunan senyawa arsenous acid yang terdapat dalam pakan tambahan kangkung dan rumput. Berdasarkan temuan di lapangan tentang penggunaan pestisida pada proses pengeringan pakan ternak (kangkung) perlu dilakukan sosialisasi dan pengawasan dari dinas terkait untuk mengurangi/menghilangkan dampak buruk pestisida bagi kelangsungan makhluk hidup khususnya hewan dan manusia.
- ItemKeracunan Senyawa Protiophos dan Nemachur pada Entok di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Tahun 2018(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Widyastuti, Laksmi; Sutopo; Zunarto, Sugeng; Wibawa, Hendra; Direktorat Kesehatan HewanTelah dilaporkan kasus kematian entok di Dusun Gading, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah oleh petugas Poskeswan Gading pada tanggal 22 Januari 2018. Menindaklanjuti laporan ini, investigasi dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates pada Tanggal 22 Januari 2018. Tujuan investigasi adalah untuk mengetahui penyebab kematian entok di daerah tersebut. Diperoleh informasi bahwa sehari sebelum kematian, peternak memberikan entok dengan pakan bekatul, lompong, jagung dan sawi. Sebagian besar kematian terjadi pada entok muda umur 3-4 bulan dengan total kematian 32 ekor. Dalam investigasi kasus kematian entok ini, Tim BBVet Wates melakukan pengambilan sampel hewan, antara lain : karkas hewan mati, swab kloaka, swab trachea, isi tembolok, pakan basah, pakan dalam tembolok, pakan kering (bekatul dan jagung), pakan sawi, pakan lumbu, air minum, dan air PAM. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan paru paru entok mengalami pneumonia serta otak mengalami kongesti dan perivaskular cuffing. Hasil pemeriksaan laboratorium kesmavet dengan teknis Gas-Chromatography terdeteksi positif senyawa kimia pestisida jenis nemachur dan protiophos pada hati dan usus. Dari hasil laboratorium dan gejala klinis yang ditunjukkan penyebab utama kematian entok adalah keracunan pestida jenis nemachur dan protiophos yang berasal dari pakan dan air yang tercemar pestisida tersebut.
- ItemTemuan Senyawa Toksik dalam Pestisida Pertanian : Studi Kasus Keracunan Ternak di Kabupaten Lamongan Tahun 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Zunarto, Sugeng; Muladi, Arrum Perwitasari; Widayati, Tri; Wibawa, Hendra; Rachmawati, Maria Avina; Prayitno, Gugus Eka; Direktorat Kesehatan HewanTelah dilakukan investigasi kasus oleh Tim Investigasi Kasus Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates) dan dilakukan pengambilan sampel-sampel berupa tanah, darah, isi rumen, pakan, urin, dan pestisida pertanian. Dugaan kasus keracunan muncul setelah hasil uji bakteriologi menunjukkan negatif Bacillus anthracis dan hasil uji parasitologi menunjukkan negatif berbagai parasit darah. Selanjutnya pengujian diarahkan pada uji yang mendukung dugaan diagnosa keracunan pakan (hijauan) ternak yang terkontaminasi pestisida. Studi ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa kimia berbahaya yang bersifat racun/toksik bagi ternak sehingga menyebabkan kematian. Sampel selanjutnya diuji di Laboratorium Kesmavet BBVet Wates. Sampel diekstraksi menggunakan metode Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, Safe (QuEChERS), kemudian dilanjutkan pembacaan fraksi senyawa menggunakan alat Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS-QP2010). Dari hasil pengujian sampel menunjukkan bahwa ditemukan senyawa protiofos, delta BHC, dan aldrin pada sampel tanah, endosulfan dan karbamat pada sampel isi rumen, serta senyawa terbufos pada darah sapi yang menunjukkan gejala klinis keracunan. Berdasarkan temuan ini dilanjutkan dengan pengujian terhadap 5 (lima) merk pestisida pertanian yang sering digunakan petani di sekitar kasus keracunan ternak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pestisida pertanian terdeteksi senyawa endrin, aldrin, terbufos, endosulfan, dan arsenous acid (arsenic compound). Senyawa-senyawa ini termasuk dalam klasifikasi bahan aktif berbahaya bagi kesehatan manusia/ternak dan telah dilarang peredarannya oleh Kementerian Pertanian melalui Permentan Nomor 39 tahun 2015. Hasil uji laboratorium ini mengkonfirmasi bahwa kematian ternak yang terjadi di Kabupaten Lamongan pada Bulan Januari 2019 adalah akibat keracunan senyawa berbahaya yang bersifat toksik yang terdapat dalam pestisida pertanian yang digunakan oleh petani-peternak. Untuk mencegah kasus ini terulang di masa mendatang perlu kerjasama dan koordinasi instansi yang membidangi pertanian dan peternakan/ kesehatan hewan dengan meningkatkan pengawasan dan peredaran pestisida serta melakukan komunikasi dan edukasi bagi petani-peternak terhadap penggunaan pestisida sesuai dengan dosis dan aturan yang tepat.
- ItemUji Kepekaan Antibiotik Escherichia Coli dari Peternakan Layer dan Babi Tahun 2016(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Farhani, Nur Rohmi; D, Rizki Meityas; Subekti, Woro; Ruhiat, Endang; Zunarto, Sugeng; Muladi, Arrum PerwitasariAntibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia dalam organisme khususnya dalam proses infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik yang terus menerus, menyebabkan berkembangnya resistensi mikroorganisme terutama bakteri terhadap antibiotic. Resistensi tersebut dapat disebabkan oleh suatu faktor yang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau mungkin juga faktor lain. BBVet Wates telah melakukan pengujian Isolasi dan Identifi kasi Eschericia coli dari Peternakan Layer dan peternakan Babi di wilayah kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, dan Klaten Jawa Tengah. Sampel berupa swab kolaka ayam petelur ( 405 sampel ), swab rectum Babi (126 sampel), dan sampel lingkungan peternakan babi dan ayam (60 sampel). Dari sampel tersebut terisolasi 591 Isolat Bakteri Eschericia coli. Selanjutnya Isolat tersebut dilakukan uji Sensitifi tas Antibiotik dengan 10 panel antibiotik, yaitu Ampicillin, amoxicillin clavulanate, Cephalotin, Ceftriaxone, Gentamicin, Ciprofl oxacin, levofl oxacin, Chloramfenicol, trimetrhoprimsulphamethoxazole, dan Tetracycline. dengan metode difusi cakram dengan cara Kirby-Bauer (CLSI,2014). Biakan murni Eschericia coli dari nutrient agar diambil dengan ose, buat suspensi pada 5 ml Nacl fi siologis, divortex, diukur kekeruhannya dengan standar kekeruhan Mac Farland 0,5, celupkan usap kapas steril dalam suspensi bakteri dan diperas degan menekan dan memutar usap kapas pada dinding tabung diluar cairan sebanyak dua kali, diusapkan pada muller Hilton agar secara merata, rapat dan sejajar, putar 60°C dan lakukan garis serupa sampai 3x, biarkan kering. Letakkan cakram antibiotika dengan pinset steril pada lempeng agar sebanyak 5 cakram antibiotika pada setiap petri, inkubasi pada suhu 35±2°C selama 16-18 jam. Gunakan standar Escherichia coli ATCC 25922 sebagai kontrol kualitas. Amati ada tidaknya zona hambat disekitar cakram. Ukur zona hambat dengan alat ukur geser (Caliper) pada zona jernih, cocokkan dengan standar zona antibiotik. Dari hasil uji kepekaan antibiotik, dapat disimpulkan terdapat kemiripan pola resistensi pada Eschericia coli. antar ternak di peternakan babi dan ayam petelur, adanya multidrug resisten dan adanya indikasi penggunaan Chloramfenicol pada peternakan.