Browsing by Author "Yuningsih, Aida F.V."
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemDormansi Benih F1 Padi Hibrida dan Metode Efektif Untuk Pematahan Dormansi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBPSI Padi, 2015-08-06) Wahyuni, Sri; Yajid, Ahmad; Yuningsih, Aida F.V.Penelitian teknik pengelolaan benih dan mutu benih yang dihasilkan di tingkat petani telah dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada tahun 2012. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari cara pengelolaan benih di tingkat petani mulai dari produksi, pengolahan sampai penyimpanan dan mutu benih yang dihasilkan. Kegiatan diawali dengan enumerasi data sekunder untuk menentukan daerah yang masih banyak menggunakan benih produksi sendiri sebagai lokasi survei dan penentuan responden, kemudian dilanjutkan dengan wawancara dengan responden mengenai varietas yang ditanam, alasan menggunakan benih produksi sendiri, cara produksi, pengolahan, dan penyimpanan benihnya. Pemilihan responden dengan purposive sampling yakni dengan memilih petani yang menggunakan benih sendiri. Saat kunjungan ke petani, diambil sampel benih untuk uji mutu benih di laboratorium. Variabel mutu benih yang dievaluasi meliputi: kemurnian benih, kadar air, persentase daya berkecambah, dan vigor benih. Kegiatan survei lapangan diilakukan di empat kabupaten yaitu: Batubara, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Simalungun dengan jumlah total responden sebanyak 48 orang responden yang merupakan petani yang biasa menggunakan benih produksi sendiri/benih tidak bersertifikat. Hasil survei menunjukkan bahwa varietas yang paling banyak ditanam oleh petani di Serdang Bedagai, Deli Serdang dan Batubara (>70% responden) adalah Ciherang, sedangkan di Simalungun adalah Bondoyudo. Varietas lain yang banyak ditanam petani yaitu: Mekongga, IR64 dan Inpari 3. Alasan pemilihan varietas dari yang tertinggi adalah: hasil yang tinggi, rasa nasi enak dan tahan hama penyakit. Meskipun sebagian besar petani sudah menanam varietas unggul, tetapi sebagaian petani tidak menggunakan benih bersertifikat. Alasan penggunaan benih produksi sendiri berturut-turut adalah: varietas yang ditanam sama untuk beberapa musim, hasil gabah sama antara benih bersertifikat dan produksi sendiri, harga benih mahal, serta mutu benih sama antara benih bersertifikat dan benih sendiri. Sebanyak 10 dari 28 sampel (36%) benih produksi sendiri mempunyai mutu benih dibawah standar minimum mutu benih bersertikat (benih sebar). Perbaikan selama proses produksi di pertanaman adalah pelaksanaan rouging sebanyak 3 kali selama pertanaman untuk mendapatkan benih yang murni secara genetik. Perbaikan dalam prosesing (terutama pada pembersihan benih) dan penyimpanan benih perlu dilakukan oleh petani yang menggunakan benih sendiri untuk menjaga mutu benih tetap tinggi sampai musim tanam selanjutnya
- ItemDukungan Penyediaan Benih Sumber Padi Gogo dan Rawa Terhadap Pengembangan Padi Lahan Marjinal(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Wahyuni, Sri; Widiastuti, Mira L.; Yuningsih, Aida F.V.; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSalah satu peluang peningkatan produksi beras nasional adalah melalui pengembangan padi di lahan marjinal yakni padi gogo dan padi rawa. Sampai pertengahan tahun 2014 lebih dari 30 VUB padi gogo dan rawa yang telah dilepas dan supaya manfaat keunggulan varietas berdampak nyata terhadap peningkatan produksi beras nasional perlu ketersediaan benih bermutu dalam jumlah yang cukup. Salah satu tugas Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) adalah menyediakan benih sumber padi, khususnya BS dan BD, dalam rangka mendukung penyediaan benih nasional. Produksi benih BS padi gogo tahun 2010-2012 berturut-turut adalah: 1,8 ton, 5,0 ton dan 1,9 ton; sedangkan untuk BD padi gogo berturut-turut adalah: 2,1 ton, 4,4 ton dan 1,6 ton. Berdasarkan database UPBS BB Padi, data distribusi BS padi gogo meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2010 sebesar 1,1 ton menjadi 1,9 ton pada 2011 dan menjadi 2,3 ton pada tahun 2012. Dari data distribusi BS padi gogo tahun 2011 dan dengan asumsi bahwa alur produksi berjalan lancar dengan efi siensi produksi BD 2 ton/ha, BP dan BR masing-masing 3 ton/ha, maka pada tahun 2013 tersedia 620 ribu ton benih sebar padi gogo, padahal kebutuhan benih padi gogo hanya 40.000 ton per tahun. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada distribusi padi rawa dimana distribusi pada tahun 2010: 0,3 ton, tahun 2011 dan 2012 masing-masing 1,1 ton. Berdasarkan data distribusi BS padi rawa tahun 2011 dan dengan asumsi yang sama, maka pada tahun 2013 tersedia benih sebar sebanyak 352.000 ton, padahal kebutuhan benih padi rawa sekitar 99.000 ton per tahun. Dukungan Badan Litbang Pertanian terhadap penyediaan benih sumber padi gogo dan padi rawa sudah lebih dari cukup.