Browsing by Author "Yuli Lestari"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemPEMUPUKAN P BERBASIS MIKROBA PELARUT P DI LAHAN SULFAT MASAM UNTUK TANAMAN PADI(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Arthanur Rifqi Hidayat; Yuli LestariPemanfaatan lahan sulfat masam merupakan salah satu alternatif untuk menjaga ketahanan pangan terutama padi. Budi daya padi di lahan sulfat masam dihadapkan pada masalah kemasaman tanah yang tinggi (pH rendah), keracunan Fe dan Al serta rendahnya ketersediaan unsur hara makro. Salah satu unsur hara makro yang rendah ketersediaannya sehingga menyebabkan defisiensi adalah fosfor. Pada pH rendah, fosfor terfiksasi oleh Fe dan Al menjadi Fe-P dan Al-P. Oleh karena itu, pemupukan P untuk memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi padi efisiensinya rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P pada tanaman padi di tanah sulfat masam adalah dengan memanfaatkan mikroba pelarut fosfat. Aplikasi mikroba pelarut fosfat sebagai pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil karena kemampuannya meningkatkan ketersediaan hara P dan pH tanah, menghasilkan fitohormon dan menurunkan toksisitas Fe dan AL
- ItemTEKNOLOGI BIOLEACHING UNTUK MENGURANGI KEMASAMAN TANAH DI LAHAN PASANG SURUT SULFAT MASAM(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Mukhlis; Yuli LestariPotensi dan peluang peningkatan produksi pangan nasional melalui pemanfaatan dan optimalisasi pengelolaan lahan pasang surut sangat besar dan prospektif. Luas lahan pasang surut di Indonesia sekitar 19,90 juta juta ha. Berdasarkan tipologi lahannya diperkirakan seluas 4,23 juta ha merupakan lahan sulfat masam dan sisanya lahan potensial, gambut serta lahan salin. Luasan lahan sulfat masam ini semakin bertambah seiring dengan terjadinya degradasi lahan gambut yang memiliki lapisan bahan sulfidik di bawahnya. Ada beberapa permasalahan yang ditemui di lahan pasang surut sulfat masam dari segi kesuburan tanah yang mengakibatkan produktivitas padi menjadi rendah, yaitu (1) rendahnya pH tanah (pH <4) yang disebabkan asam sulfat yang merupakan hasil oksidasi pirit, (2) tingginya unsur toksik seperti Al, Fe, dan Mn karena rendahnya pH tanah mengakibatkan pelepasan unsur toksik seperti All dan Felt dalam larutan tanah tinggi, (3) rendahnya P tersedia karena terikat oleh unsur toksik dalam bentuk FePO, dan AIPO,, (4) genangan air yang tidak dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dan (5) kekeringan akibat drainase yang berlebihan. Telah banyak penelitian untuk meningkatkan kualitas tanah sulfat masam agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Pengelolaan lahan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan lahan (tanah) harus diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan maupun menurunkan kualitas sumber daya tahan, dan sebaiknya diarahkan pada perbaikan sifat fisika, sifat kimia, dan aktivitas hiologi tanah yang optimum bagi tanaman, Pencucian dengan mikroba (bioleaching) merupakan salah satu cara untuk mengurangi kemasaman tanah di lahan pasang surut sulfat masam. Teknologi ini terbukti mempunyai potensi untuk menyelesaikan masalah dalam pengolahan mineral berkadar logam rendah maupun tinggi. Mikroorganisme yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dan memegang peranan penting dalam proses-proses bioleaching adalah Thiobacillus ferrooxidans, Thiobacillus thiooxidans, Leptospirillum ferrooxidans dan dari genus Sulfolobus, yaitu S. acidocaldarius.