Browsing by Author "Yufdy, M. Prama"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemMari Mengenal Sukun(Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2014) H.S., Edison; Yufdy, M. Prama; Pusat Penelitian dan Pengembangan HortikulturaDi kalangan masyarakat Indonesia, pemanfaatan buah sukun dikonsumsi sebagai makanan ringan setelah digoreng atau dibuat kripik. Kandungan karbohidrat sukun cukup tinggi, berkisar 21 % - 31 %, sehingga berpotensi untuk dibuat tepung yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan pilihan. Tanaman sukun merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis basah dan tumbuh baik pada semua jenis tanah, terutamandi dataran rendah beriklim basah sampai kering. Dalam rangka pengembangan sukun sebagai pangan alternatif, maka langkah yang harus dilakukan adalah memperkenalkan kepada masyarakat luas serta pengambil kebijakan tentang potensi dan manfaat tanaman sukun sebagai bahan pangan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu untuk mendorong program pengembangannya maka diperlukan juga informasi penyediaan benih sukun berkualitas dalam jumlah cukup, waktu singkat dengan harga memadai.
- ItemNilam, Tanaman Semak Yang Banyak Manfaat(BPTP Sumatera Utara, 2007) Simatupang, Syofyan Mufthi; Yufdy, M. Prama; Fadly, Muhammad; BPTP Sumatera UtaraTanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani. Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar 1.295 ton dengan nilai US$ 22,5 juta. Sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik, insektisida dan saat ini juga digunakan dalam pengobatan aromaterapi. Di Indonesia daerah sentra produksi nilam terdapat di Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lainnya
- ItemPengelolaan Hara N, P dan K terhadap Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Incepticop Kecamatan Tigabinanga(BPTP Jambi, 2008) Girsang, Setia Sari; Yufdy, M. Prama; Meilin, Araz; BPTP JambiNorth Sumatra province is a potential region for maize development in Indonesia. This province becomes the fifth maize producers after East Java, Central Java, Lampung and NTT. The maize development at Inceptisol Karo District has not yet achieved optimum production. The reason of this is site specific fertilizer based on soil characteristic and nutrient content are not available.
- ItemTeknik Pembibitan Kentang Berkualitas(BPTP Sumatera Utara, 2007) Winarto, Loso; Yufdy, M. Prama; Fadly, Muhammad; BPTP Sumatera UtaraDi Indonesia belum ada petani yang mengkhususkan diri memproduksi bibit kentang (penangkar bibit). Mereka bertanam kentang hasilnya sebagian untuk bibit dan sebagian untuk konsumen. Hal ini disebabkan karena menghasilkan bibit kentang yang berkualitas tinggi diperlukan biaya yang mahal dan penanganan yang sulit. Produksi kentang di indonesia pada umumnya dipakai sebagai (20,5%), sedangkan untuk konsumsi sekitas 74%, selebihnya untuk industri dan bahan buangan. Menurut survei pada 32 petani kecil di Pengalengan, Jawa Barat, rata-rata hanya 9% dari hasil panen digunakan untuk bibit. Dari seluruh biaya produksi kentang, 35% adalah untuk pembelian bibit impor. Luas tanam dan produksi kentang di Indonesia tiap tahun meningkat, begitu juga di Sumatera Utara. Pembibitan kentang adalah mengusahakan pertanaman yang hasilnya diarahkan untuk dipergunakan sebagai bahan ditanam kembali pada pertanaman yang akan datang. Oleh karena itu dasar-dasar bercocok tanam sama dengan pertanaman untuk konsumsi. Perbedaan didalam pertanaman pembibitan kentang adalah pada pemeliharaan, proteksi tanaman dan pembuangan tanaman-tanaman yang berbeda dengan varietas yang ditanam (Roguing) harus lebih intensif. Dengan kata lain seleksi merupakan syarat mutlak pada pertanaman pembibitan. Tanpa seleksi maka besarnya serangan virus dari generasi ke generasi akan meningkat dan akan terjadi degenerasi bibit dan akibatnya produksi akan menurun.
- ItemTeknologi Lado-21 : Solusi Pengelolaan Padi Sawah Bukaan Baru(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2010) L, Ismon; Yufdy, M. Prama; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera BaratSasaran akhir dari Program Pengembangan Usahatani Perdesaan (PUAP) adalah peningkatan pendapatan petani, hal ini dapat dicapai melalui pengembangan usaha produktif. Selama tiga tahun pelaksanaan program PUAP, sebagian besar usahatani yang dilaksanakan masih dominan bidang budidaya (On-farm) terutama tanaman padi, termasuk kawasan sawah bukaan baru. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat sesuai dengan tupoksinya telah merekomendasikan beberapa teknologi yang dapat diadopsi oleh petani selaku pengguna. Teknologi Lado-21 adalah alternatif teknologi budidaya padi sawah yang dapat diterapkan pada lahan sawah bukaan baru. Buku ini menggambarkan secara rinci bagaimana penerapan Teknologi Lado-21 di lapangan. Mudah-mudahan informasi yang diberikan dapat dimengerti oleh para pengguna di lapangan baik petani, penyuluh dan para pengambil kebijakan.