Browsing by Author "Yartiwi"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Usaha Tani Padi Gogo dengan Teknologi Larikan Gogo pada Beberapa Dosis Pemupukan di Kabupaten Bengkulu Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Yartiwi; Calista, Irma; Yahumri; Musaddad, Darkam; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianKebutuhan bahan pangan yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk, sulit dipenuhi hanya dengan mengandalkan produksi tanaman pangan di lahan sawah. Hal ini karena semakin terbatasnya sumber daya lahan yang sesuai untuk pertanaman padi. Provinsi Bengkulu mempunyai luas wilayah 1.991.933 ha dan memiliki luas lahan kering dataran rendah 796.800 ha yang memiliki potensi untuk pertanian. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan usaha pertanian padi gogo dilahan kering masam Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu yang menguntungkan pada tiga taraf dosis pemupukan dilihat dari produksi dan analisis ekonomi. Metode penelitian dengan survei dan wawancara langsung dengan responden petani padi lahan kering dengan bantuan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, analisis biaya serta analisis pendapatan, kelayakan R/C rasio. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani padi di lahan kering di Kabupaten Bengkulu Tengah pada dosis pemupukan P2 (Urea 200 kg/ha, TSP 150 kg/ha, Za 50 kg/ha dan KCL 100 kg/ha) sebesar Rp. 8.991.350 per hektar dengan rata-rata pendapatan selama satu kali musim tanam sebesar Rp. 12.992.650 per per hektar. Nilai R/C rasio usahatani padi lahan kering di Kabupaten Bengkulu Tengah sebesar 1.2, maka usahatani padi lahan kering layak untuk dikembangkan (R/C >1).
- ItemPOTENSI HASIL PADI VARIETAS INPARI 10 PADA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA DI PROPINSI BENGKULU(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Yartiwi; Oktavia, Yulie; Sugandi, Dedi; Firison, Jhon; BPTP JambiProduktivitas tanaman padi masih rendah yang disebabkan banyak faktor, diantaranya penentuan varietas yang ditanam tidak sesuai dengan musim. Penggunaan varietas yang adaptif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dibidang usaha tani. Pengkajian ini bertujuan untuk menguji daya hasil padi inpari 10 pada agroekosistem yang berbeda di Propinsi Bengkulu. Pengkajian di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Seluma dan Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu pada bulan April-Juli2015. Rancangan yang digunakan dalam pengkajian Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu tipe lahan: lahan dataran tinggi dan lahan dataran rendah, perlakuan diulang sebanyak 12 kali. Data dianalisis secara deskriptif dan untuk melihat pertumbuhan dan hasil dibandingkan dengan deskripsi varietas padi.Hasil pengkajian menunjukkan inpari 10 berpotensi ditanam pada lahan dataran tinggi dan dataran rendah pada musim yang sama.Hal itu ditunjukan dari tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun jumlah gabah bernas/malai, jumlah gabah hampa/malai, berat 1000 butir dan produktivitas yang dihasilkan.
- ItemTeknologi Budidaya Padi Dengan Larikan Gogo (Largo) Super(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, 2020) Nurmegawati; Sastro, Yudi; Yuliasari, Shannora; Yartiwi; Miswarti; Putra, Wawan Eka; Puspitasari, Monita; Astuti, Herlena BidiProvinsi Bengkulu memiliki lahan bukan sawah seluas 1.63 juta ha. Namun produktivitasnya masih relatif rendah dengan rata-rata produktivitas padi gogo yaitu 3,08 t/ha (BPS, 2017). Tingkat produktivitas padi gogo masih rendah, disebabkan antara lain oleh rendahnya adopsi teknologi budidaya oleh petani diantaranya adanya serangan organisme pengganggu tanaman (opt), belum menggunakan varietas unggul. Produktivitasnya masih di bawah padi sawah. Untuk meningkatkan produksi padi gogo dibutuhkan inovasi teknologi yang adaptif terhadap berbagai cekaman lingkungan pada lahan kering. Varietas unggul menjadi salah satu teknologi penting dalam sistem produksi padi pada lahan kering.
- ItemTeknologi Budidaya Padi Dengan Larikan Gogo (Largo) Super(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, 2020) Nurmegawati; Sastro, Yudi; Yuliasari, Shannora; Yartiwi; Miswarti; Putra, Wawan Eka; Puspitasari, Monita; Astuti, Herlena BidiPotensi lahan kering untuk pengembangan pertanian di Indonesia sangat besar yaitu 144,47 juta ha, sekitar 99,65 juta (68,98%) merupakan lahan potensial untuk pertanian, sedangkan sisanya sekitar 44,82 juta ha tidak potensial untuk pertanian sebagianbesar terdapat di kawasan hutan (Heryani dan Ningrum, 2019). Lahan kering yang mampu berproduksi optimal adalah lahan kering yang relatif subur, berkontur datar sehingga lebih mudah diolah, dan memiliki tanah berasal yang bahan vulkanik. Sedangkan di Indonesia, sebagaimana lahan kering daerah tropika basah didominasi oleh jenis tanah Alfisol, Ultisol dan Oksisol.
- ItemTeknologi Sistem Perbenihan Padi Di Provinsi Bengkulu(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, 2021) Nurmegawati; Sastro, Yudi; Yuliasari, Shannora; Putra, Wawan Eka; Ivanti, Lina; Wahyuni, Tri; Iksimilda, Selva; Kusnadi, Harwi; Yahumri; Astuti, Herlena Bidi; Dinata, Kusmea; Oktavia, Rahmat; Yartiwi; Oktavia, YulieKebutuhan beras masyarakat Indonesia semakin meningkat seiringan dengan peningkatan jumlah penduduknya. Hingga saat ini beras masih menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi padi secara berkelanjutan. Salah satu komponen penting dalam upaya mendukung swasembada beras adalah melalui peneydaan benih bermutu varietas unggul baru yang sesuai dengan agroekologi dan preferensi petani konsumen. Ketersediaan benih bermutu dengan jumlah yang cukup dan tepat waktu memegang peranan sangat penting. Penggunaan varietas unggul menunjukkan kontribusi terhadap peningkatan produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya (Badan Litbang Pertanian (2011); Putra dan Hayati (2018). Sistem perbenihan yang produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional. Selain tersedia benih dalam jumlah yang cukup, untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih.
- ItemTingkat Keputusan Petani dalam Pemilihan Sistem Tanam dan Varietas pada Teknologi Tumpangsari Jagung-Kedelai dengan Metode AHP(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Yartiwi; Yartiwi; Firison, J.; Sastro, Y.; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianFungsi diseminasi diharapkan menjadi roda penggerak dalam mempercepat dan memperluas pemanfaatan berbagai inovási pertanian hasil penelitian dan pengkajian. Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan efektif. Keputusan petani dalam memilih dan mengadopsi teknologi dipengaruhi oleh komponen teknologi terutama pada aspek kemudahan dalam penerapan di lapangan serta peningkatan produksi dan produktivitas. Penelitian bertujuan untuk mengukur tingkat keputusan petani terhadap pemilihan sistem tanam tumpangsari jagung-kedelai, serta pemilihan varietas jagung dan kedelai. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2018 di Desa Sukaraja, Kecamatan Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam (deep interview) dengan menggunakan instrumen panduan wawancara. Analisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan Expert Choice Versi 11.0 untuk mengambil keputusan dengan melakukan perbandingan berpasangan antara kriteria pilihan dan juga perbandingan berpasangan antara pilihan yang ada. Kemudian informasi yang ada disintesis untuk menentukan peringkat relatif dari alternatif pilihan yang ada. Kriteria dari jenis kualitatif dan kuantitatif dibandingkan menggunakan informed judgement untuk menghitung bobot dan prioritas. Parameter yang diukur dalam mengukur respon petani terhadap display teknologi tumpangsari jagung-kedelai adalah sistem tanam, preferensi petani terhadap varietas jagung, dan preferensi petani terhadap varietas kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keputusan petani lebih memilih sistem monokultur sebanyak 81,0% dan sistem tumpangsari sebanyak 19,0%. Diperoleh informasi bahwa sistem tanam pada teknologi tumpangsari masih sulit diterapkan oleh petani karena pekerjaannya lebih sulit dibandingkan dengan sistem tanam monokultur. Petani memilih jagung varietas Bima 19 URI dan kedelai varietas Dering 1 karena produktivitas lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya.
- ItemUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DI KABUPATEN BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Damiri, Ahmad; Yartiwi; Oktavia, Yulie; Firison, Jhon; BPTP JambiVarietas unggul baru (VUB) adalah komponen teknologi yang paling mudah di adopsi oleh petani. Proses penyebaran VUB relatif cepat jika VUB tersebut dapat beradaptasi dengan baik pada daerah tertentu, akan tetapi tidak semua VUB mampu memberikan hasil yang tinggi pada kondisi lingkungan yang sama. Tujuan pengkajian adalah untuk memperoleh varietas yang adaptif di lokasi pengujian varietas berdasarkan keragaan tanaman dan produktivitas yang dicapai pada beberapa VUB padi sawah seperti Inpari 27, 28, 29 dan Inpari 30 melalui teknologi PTT.Pengujian dilakukan pada lahan sawah irigasi di Desa Taba Tembilang, Kecamatan Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2015. Rancangan yang digunakan dalam pengkajian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu varietas padi Inpari yang terdiri dari 4 jenis yaitu Inpari 27, 28, 29 dan 30 yang masing-masing diulang sebanyak 6 kali.Teknologi yang diterapkan adalah komponen PTT padi sawah. Data yang dikumpulkan yaitu data pertumbuhan tanaman dan komponen hasil. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keempat varietas yang di ujikan yaitu Inpari 27, 28, 29 dan 30 dapat beradaptasi dengan baik, hal ini terlihat pada rerata berat 1000 butir dan produktivitas GKP per ha yaitu untuk berat 1000 butir rata-rata pada varietas Inpari 27, 28, 29 dan 30 yaitu 25,53 g, 26,82 g, 25,50 g, dan 27,43 g. Sedangkan produktivitas masing-masing varietas adalah 6,50 t/ha, 6,46 t/ha, 6,75 t/ha dan 6,70 t/ha.
- ItemUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Oktavia, Yulie; Yartiwi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungPenggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) mempunyai kontribusi besar terhadap peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani. Tujuan pengkajian adalah untuk memperoleh varietas yang adaptif di lokasi pengkajian . Pengujian varietas berdasarkan keragaan tanaman dan produktivitas yang dicapai pada beberapa VUB padi sawah seperti Inpari 16, 22, 30 dan Turunan Cigeulis melalui teknologi PTT. Pengujian dilakukan pada lahan sawah irigasi di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu dari bulan Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016. Rancangan yang digunakan dalam pengkajian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu varietas padi Inpari yang terdiri dari 4 jenis yaitu Inpari 16, 22, 30 dan Turunan Cigeulis yang masing-masing diulang sebanyak 6 kali. Teknologi yang diterapkan adalah komponen PTT padi sawah. Data yang dikumpulkan yaitu data pertumbuhan tanaman dan komponen hasil. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga varietas yang di ujikan yaitu Inpari 16, 22, 30 dapat beradaptasi dengan baik, dibandingkan dengan Turunan Cigeulis. Dari ke-3 varietas yang diujikan menunjukkan berat 1000 butir dan produktivitas yang lebih tinggi pada varietas Inpari 30 yaitu 28,04 gram dan produktivitas sebanyak 6,1 ton/ha.
- ItemUJI DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Yartiwi; Calista Siagian, Irma; Balai Pengkajian Teknologi PertanianBawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional, dan produksinya terus dikembangkan setiap tahun. Bawang merah dapat dikembangkan pada lahan kering baik didataran rendah maupun di dataran tinggi. Pupuk organik cair berperan penting dalam pertumbuhan akar, tunas dan bakal umbi, serta meningkatkan daya tahan terhadap hama, patogen terhadap penyakit, dan juga cekaman lingkungan. Penelitian ini merupakan uji pendahuluan pupuk organik cair dari urine sapi pada berbagai dosis terhadap hasil dan pertumbuhan tanaman bawang merah varietas katumi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu konsentrasi pupuk organik cair (P) dengan 5 taraf perlakuan yaitu P0 (kontrol), P1 (2,5 ml), P2 (5 ml), P3 (7,5 ml) dan P4 (10 ml) masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil analisa sidik ragam dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh sangat nyata pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah optimal didapat pada dosis P2 yang menghasilkan hasil tertinggi P3 yaitu ratarata tinggi tanaman pada umur 45 hst (42,39 cm), jumlah daun (40,29 helai), jumlah anakan (10,76 batang), berat basah (126,2 g), berat kotor kering (96,58 g), berat basah kering (75,10 g) dan jumlah suing perumpun (23,12 siung per rumpun).