Browsing by Author "Wulanjari, Munir Eti"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemHubungan Antara Dinamika Kelompok dengan Produktivitas Kelompok Tani(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Wulanjari, Munir Eti; Setiani, Cahyati; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianDinamika kelompok adalah suatu metoda dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok. Dinamika kelompok dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Banyaknya kelompok tani yang tidak aktif, berpengaruh pada upaya pembangunan pertanian yang sebagian digerakkan oleh penyuluhan melalui kelompok tani. Kelompok tani yang aktif dan berhasil sebagai unit belajar, kerjasama, produksi dan usaha sangat mendukung keberhasilan pembangunan pertanian. Sebaliknya, kelompok tani yang kurang/tidak aktif akan menyebabkan pembangunan pertanian terhambat. Hasil penelitian di Indonesia tentang dinamika kelompok menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara dinamika kelompok dan produktivitas anggota kelompok. Artinya makin tinggi tingkat dinamika suatu kelompok maka makin tinggi produktivitas yang akan diperoleh suatu kelompok tersebut, baik berupa kemampuan kelompok dalam mencapai tujuan kelompok, membangun semangat berkelompok, dan memperoleh kepuasan. Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam menumbuhkan dinamika kelompok adalah; (1) tujuan kelompok; (2) struktur kelompok; (3) fungsi tugas; (4) pengembangan dan pembinaan kelompok; (5) kekompakan kelompok; (6) suasana kelompok; (7) tekanan kelompok; (8) keberhasilan kelompok; dan (9) keinginan tersembunyi. Tulisan ini merupakan review dari beberapa hasil penelitian dan pustaka yang terkait dengan hubungan antara dinamika kelompok dengan produktivitas kelompok.
- ItemIdentifikasi Penyebaran Informasi Teknologi Padi Di Jawa Tengah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Prasetyo H., F. Rudi; Wulanjari, Munir Eti; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Keberhasilan pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif. Namun permasalahannya teknologi yang telah diterima oleh petani belum memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan harapan teknologi tersebut diciptakan. Rendahnya hasil ini yang mengakibatkan besarnya senjang hasil antara yang diperoleh di tingkat petani dengan hasil di tingkat penelitian. Dibutuhkan peran peneliti, tokoh masyarakat, dinas, kontak tani, lembaga komersial, media massa dan khususnya penyuluh pertanian bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi a) Sumber informasi terkait teknologi padi, b) Bentuk penyampaian informasi terkait teknologi padi, c) Peran kelompok tani dalam penyebaran informasi teknologi usahatani padi d) Respon petani sebagai anggota kelompok tani dalam menyikapi kesepakatan kelompok untuk menerapkan teknologi baru e) Penilaian petani terhadap peran penyuluh dalam penyebaran informasi teknologi usahatani padi. Identifikasi dilaksanakan pada bulan September–Oktober 2014 di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Batang. Pengkajian bersifat survei dengan melibatkan petani sebagai responden. Responden ditetapkan dengan sengaja (purposive sampling) yaitu petani di lokasi kecamatan dengan produktifitas tertinggi dan terendah. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil identifikasi sumber informasi terkait teknologi bahwa penyuluh lapang/BPP merupakan sumber informasi yang tertinggi dari ketiga kabupaten. Namun di Kecamatan Polokerto Kabupaten Sukoharjo dan di Kecamatan Tersono Kabupaten Batang, sumber informasi terbanyak berasal dari kontak tani. Bentuk informasi yang diminati petani di Kabupaten Sukoharjo tertinggi 50% berbentuk temu lapang, di kabupaten Pati tertinggi 70% juga menginginkan temu lapang, sedangkan Kabupaten Batang sebesar 86,67% menginginkan penjelasan langsung. Pendapat petani terhadap peran kelompok tani dalam penyebaran informasi teknologi di kabupaten Sukoharjo dan kabupaten Pati menganggap penting sebesar 100% sedangkan di kabupaten batang 93,3% yang menganggap penting. Respon petani sebagai anggota kelompok tani dalam menyikapi kesepakantan menerapkan teknologi baru teknologi baru di kabupaten sukoharjo sebesar 40% keberatan dan tidak mengikuti kesepakatan, di kabupaten pati sebesar 61,54% tidak keberatan dan mengikuti kesepakataan, sedangkan di kabupaten batang 65,52% petani tidak keberatan dan mengikuti kesepakatan. Penilaian petani terhadap intensitas dilapangan di kabupaten Sukoharjo 70% penyuluh di lokasi kurang lebih 2 kali dalam sebulan, di Kabupaten Pati intensitas penyuluh 50% datang ke lapangan sebanyak 2-3 bulan sekali, dan di kabupaten Batang penyuluh datang ke lapangan sebanyak 1 kali dalam sebulan. Menurut petani penjelasan penyuluh yang dianggap jelas dan sesuai dikabupaten Sukoharjo 93,33%, di kabupaten pati 51,72%, dan kabupaten Batang 73,08%. Partimbangan penyuluh menyampaikan informasi kepada petani di kabupaten sukoharjo sebesar 73,33% kebutuhan petani, kabupaten Pati 62,96% sesuai kebutuhan dan kabupaten Batang 72,73%.
- ItemPeran Produsen dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Mandiri Benih Padi di Jawa Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Setiani, Cahyati; Wulanjari, Munir Eti; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPengkajian mengenai peran produsen dalam mendukung pengembangan kawasan mandiri benih padi dilakukan di Kabupaten Sragen pada Februari 2019. Pengkajian dilakukan dengan metode survei dan Focus Group Discussion. Survei menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan terhadap petani, ketua Gapoktan, ketua kelompok tani, penyuluh, dan aparat desa, sedangkan peserta FGD mencakup petugas dinas pertanian, penyuluh, BPSB, dan aparat desa. Data dan informasi dianalisis secara deskriptif dan eksplanatif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: 1) Kualitas benih yang digunakan petani adalah selalu menggunakan benih bersertifikat (50%); tidak selalu menggunakan benih bersertifikat (tergantung musim) (40%); menggunakan benih dari hasil panen sendiri (8%); dan minta/beli kepada petani lain yang panennya bagus (2%). 2) Kebutuhan benih tidak dimasukkan dalam RDK/RDKK sehingga sulit diprediksi, terutama mengenai varietas yang akan ditanam. 3) Perlu merubah orientasi dan pendekatan dalam peningkatan kapasitas produsen benih di perdesaan. 4) Aparat desa sangat mendukung kemandirian benih padi bagi petani, dengan ikut mempromosikan benih yang diproduksi ke daerah lain. 5) Permasalahan dominan produsen dalam mendukung pengembangan kawasan mandiri benih padi adalah varietas dan keterbatasan modal, serta ketidakpastian pasar.