Browsing by Author "Wahyuni"
Now showing 1 - 20 of 33
Results Per Page
Sort Options
- Item1. Modul Penguatan Teknis SDM Puskeswan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022) Muflihanah; Wahyuni; Djatmikowati, Titis Furi; Marmansari, Dini; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemAnalisa Patologi Anatomi terhadap Kasus Peritoneal Pericardial Diafragmaticahernia (PPDH) pada Kucing(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Wahyuni; Wirawan, Hadi Purnama; Amaliah, Fitri; Sukri; RamlanHernia diafragmatica merupakan kelaianan malformasi dari kucing maupun anjing yang dapat bersifat kongenital. Pada pengamatan patologi anatomi terlihat bahwa diafragma mengalami kelainan.Secara umum lesio kongesti dan yang menyertainya ditemukan pada pengamatan i pada jantung, paru-paru, hati, ginjal, limpa, linfonodus, dan otak.Lesio pada beberapa organ tersebut muncul akibat perpindahan saluran pencernaan dan sebagian hati ke dalam rongga thoraks karena adanya tekanan negatif.Oleh sebab itu jantung dan paru-paru tidak dapat bekerja normal yang memicu kematian akibat gagal jantung kongestif
- ItemDETEKSI ANTIGEN BOVINE VIRAL DIARRHEA (BVD) DENGAN TEHNIK IMUNOHISTOKIMIA PADA SISTIM PENCERNAAN SAPI BALI(Balai Besar Veteriner Maros, 2019) Wahyuni; Fitriah Idris; Hadi Purnama W; Pitriani; RamlanSejumlah jaringan sistim pencernaan terdiri dari hati dan usus yang dikoleksi dalam buffer neutral formalin (BNF) 10% dari kasus lapangan dengan dugaan kematian sapi bali karena Bovine Viral Diarrhea (BVD) di kab. Keerom pada bulan januari 2019 akan dilakukan uji imunohistokimia. Bovine Viral Diarrhea (BVD) merupakan penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pestivirus family Flaviviridae. Virus BVD memiliki hubungan antigenik yang mirip dengan penyebab Sampar Babi (Hog Cholera). Sampel sebanyak 4 sampel terdiri dari hati (2 sampel) dan usus (2 sampel) dari dua ekor sapi akan dilakukan uji imunohistokimia sebagai uji konfirmasi dengan tujuan untuk deteksi keberadaan antigen dari virus BVD setelah dilakukan uji histopatologi dengan pewarnaan hematoxylon dan Eosin. Hasil konfirmasi dengan uji Imunohistokimia adalah positif terdapat antigen BVD dari empat sampel yang diuji, Penyebaran antigen positif terlhat pada sel hepatosit, pembuluh darah dari organ hati ; sel epitel dan pembuluh darah pada organ usus. Kesimpulan dari empat sampel yang di uji konfirmasi dengan imunohistokimia bahwa kasus kematian sapi positif karena virus Bovine Viral Diarrhea sehingga memperkuat hasil diagnosa dari uji nekropsi dan histopatologi.
- ItemDeteksi Virus African Swine Fever di Organ Limpa Babi dengan Menggunakan Antibodi Komersial Monoklonal dan Poliklonal pada Tehnik Imunohistokimia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-05) Wahyuni; Idris, Fitria; Wirawawan, Hadi Purnama; Pitriani; Balai Besar Veteriner MarosKasus African Swine Fever sudah di laporkan pada kasus kematian babi di kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat pada bulan Maret-April 2021. Kematian babi yang meningkat pada daerah tersebut akan menyebabkan penurunan perekonomian pada kabupaten tersebut dikarenakan binatang ternak babi adalah komoditas ternak utama di papua barat dan menimbulkan rasa trauma peternak untuk memelihara babi. Hasil pengujian histopatologi dari organ babi yang mati di daerah di duga African swine fever (ASF). Gambaran histopatologi pada organ limpa di dapat adanya pembengkakan organ, perdarahan menyeluruh, hemosiderin dan pengurangan sel limfosit. Pengujian di lanjut ke imunohistokimia dengan menggunakan antibodi monoklonal dan poliklonal ASF. Hasil yang didapat bahwa kedua antibodi dapat mendeteksi adanya virus ASF pada organ limpa dengan ditandai terjadi ikatan antibodi dan antigen yang di warnai dengan pewarnaan DAB yaitu berwarna coklat. Tetapi antibodi dari monoklonal lebih banyak mengikat virus dibanding poliklonal.
- ItemDeteksi Virus African Swine Fever di Organ Limpa Babi dengan Menggunakan Antibodi Komersial Monoklonal dan Poliklonal pada Tehnik Imunohistokimia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Wahyuni; Idris, Fitria; Wirawawan, Hadi Purnama; pitriani; Balai Besar Veteriner MarosKasus African Swine Fever sudah di laporkan pada kasus kematian babi di kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat pada bulan Maret-April 2021. Kematian babi yang meningkat pada daerah tersebut akan menyebabkan penurunan perekonomian pada kabupaten tersebut dikarenakan binatang ternak babi adalah komoditas ternak utama di papua barat dan menimbulkan rasa trauma peternak untuk memelihara babi. Hasil pengujian histopatologi dari organ babi yang mati di daerah di duga African swine fever (ASF). Gambaran histopatologi pada organ limpa di dapat adanya pembengkakan organ, perdarahan menyeluruh, hemosiderin dan pengurangan sel limfosit. Pengujian di lanjut ke imunohistokimia dengan menggunakan antibodi monoklonal dan poliklonal ASF. Hasil yang didapat bahwa kedua antibodi dapat mendeteksi adanya virus ASF pada organ limpa dengan ditandai terjadi ikatan antibodi dan antigen yang di warnai dengan pewarnaan DAB yaitu berwarna coklat. Tetapi antibodi dari monoklonal lebih banyak mengikat virus dibanding poliklonal.
- ItemDiagnosis Avian Encephalomyelitis (AE) Secara Histopatologi pada Ayam Pedaging(Balai Besar Veteriner Maros, 2013) Wahyuni; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosTelah terdiagnosis secara histopatologi terhadap Avian Encephalomyelitis ,pada ayan pedaging umur tujuh hari yang berasal dari Kota Makassar. jumlah spesimen sebanyak tujuh ekor dengan gejala klinas yang sama yaitu ataksia, tremor bahkan lumpuh. Molbiditas cukup tinggi hampir 60 % dengan mortalitas 50 %. Dari lima ekor yang dilakukan pengamatan patologi baik patologi anatomi maupun hisyopatologi mempunyai kesamaan patologis vaitu gejala klinis, patologi anatomi yaitu edema ventrikulus dan histopatologi mengalami necrotik pada otak, ventriculus dan pankreas.
- ItemDISTRIBUSI ANTIGEN RABIES YANG MENGINFEKSI OTAK ANJING :UNTUK MENENTUKAN DAERAH YANG TERINFEKSI RABIES PADA OTAK DENGAN HISTOKIMIA “ RAPID IMUNOHISTOCHEMICAL TEST”(Balai Besar Veteriner Maros, 2019) Wahyuni; Wirawan, Hadi Purnama; Pitriani; Balai Besar Veteriner MarosRabies adalah penyakit zoonosis yang membutuhkan uji laboratorium cepat, tepat dan singkat sehingga dibutuhkan rekomendasi bila akan mengkoleksi atau menyampling bagian otak hewan pembawa rabies atau umumnya anjing untuk pengujian laboratorium . Tes histokimia dengan menggunakan uji rapid imunohistokimia merupakan uji alternatif untuk tes cepat rabies. Studi ini bertujuan untuk menentukan daerah bagian dari otak dimana virus rabies banyak ditemukan. untuk pengujian rabies. Sampel berjumlah 30 buah otak yangakan dilakukan uji histokima di bagi menjadi tiga bagian otak. Hal iniakan ditemukan variasi jumlah dari antigen pada bagian bagian dari otak yaitu cerebrum, cerebellum dan hippocampus yang merupakan daerah yang diamati terhadap distribusi dari antigen rabies pada semua spesimen. Analisa statistic dari uji histokimia dengan tehnik rapid imunohistokimia test dijelaskan dengan hasil skoring dan penghitungan antigen berdasarkan bercak warna yang dihasilkan ( coklat) bila positif. Skoring 0 adalah tidak ditemukan antigen. Skoring 1 bila antigen berjumlah 1-10, skoring 2 antigen berjumlah 11-20 dan skoring 4 antigen berjumlah lebih dari 20. Analisa statistic yang dilakukan dengan menggunakan uji t ( Rancangan Acak Lengkap ) dan uji Standard Error. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa daerah yang paling banyak antigen rabies adalah hippocampus kemudian cerebrum lalu cerebellum
- ItemGambaran Patologi Anatomi Babi Suspek African Swine Fever (ASF) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Amaliah, Fitri; Supri; Wahyuni; Balai Besar Veteriner MarosAfrican Swine Fever (ASF) merupakan penyakit virus yang menyerang babi dengan kematian yang cukup tinggi dalam waktu singkat. ASF disebabkan oleh virus DNA untai ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran patologi anatomi babi yang mati mendadak dengan gejala ASF. Sampel organ diambil dari dua ekor babi yang mati mendadak di Distrik Prafi dan Tanah Rubuh, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Pemeriksaan klinis dilakukan pada salah satu babi yang sakit kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan patologi anatomi setelah dilakukan nekropsi. Pemeriksaan patologi anatomi dilakukan dengan mengamati perubahan struktur dan penampakan organ. Hasil nekropsi menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa perdarahan ekimosis subkutan di bagian ventral dan abdomen serta ekstremitas, perdarahan lambung, usus dan hati, splenomegali hiperemik, perdarahan pteckie pada kapsul ginjal, serta perdarahan multifokal di medula ginjal. Berdasarkan pengamatan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi, dapat disimpulkan bahwa kematian babi diduga disebabkan oleh suspek ASF.
- ItemHasil Investigasi Kasus Kematian Itik di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Wirawan, Hadi Purnama; Wahyuni; Supri; RamlanTelah dilakukan investigasi terhadap laporan kasus kematian itik di kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara padatanggal9 januari 2013. Tujuan Investigasi adalah untuk mengetahui / penyidikan kasus kematian itik dan faktor-faktor resikonya di kabupaten Konawe. Metode yang dilakukan adalah pengambilan data dan pengambilan specimen dilapangan. Specimen yang diambil sebanyak 24 terdiri dari 10 swab,2 bulu muda, organ dalam formalin dari 5 ekor itik, organ dalam media transport dari 7 ekor . Kesimpulan hasil uji laboratorium didapat hampir keseluruhan jenis sampel yang diuji secara isolasi, PCR maupun histopatologi hasilnya positif avian influenza. Saran yang diberikan untuk lebih berhati-hati dalam memilih DOD ( day old duck ) baik dari asal breeder maupun daerah perolehan DOD, perhatikan faktor-faktor resiko seperti membuang bangkai ke aliran sawah sehingga perlu adanya penyuluhan tentang tata cara beternak yang baik dari dinas petemakan setempat.
- ItemInvestigasi Kasus Penyakit Jembrana pada Sapi Bali Pertama di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Indonesia Tahun 2022(Perpustakaan BBVet Maros, 2023-06-14) Idris, Fitriah; Salamen, Rozana Pratiwi; Muflihanah; WahyuniPenyakit jembrana merupakan penyakit yang khas menyerang sapi bali. Telah terjadi kasus kematian sapi yang tinggi di Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat. Telah dilakukan investigasi oleh tim BBVet Maros berupa pengamatan epidemiologi, gejala klinis, pengamatan patologi anatomi dan pengujian laboratorium. Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi dan polymerase chain reaction (PCR), sapi positif mengalami infeksi virus jembrana. Selain itu, sapi juga terinfeksi penyakit Bovine Viral Diarrhea (BVD). Faktor risiko yang diduga terjadi adalah manajemen pemeliharaan yang buruk, sapi mati yang tidak dikubur, dan transportasi hewan sakit. 2. Sumber penularan wabah diduga berasal dari introduksi virus yang berasal dari luar Kabupaten Pasangkayu
- ItemKajian Patologi Penyakit Jembrana di Pulau Sulawesi(Perpustakaan BBVet Maros, 2023-06-14) Wahyuni; Idris, Fitriah; Faradhillah Nur Aliah; PitrianiPenyakit jembrana sangat merugikan peternak sapi bali karena dapat menyebabkan kematian ternak secara cepat dan tiba-tiba dalam suatu kawasan yang relatif luas. Penyakit jembrana merupakan penyakit eksotik di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros) dan sejak tahun 2022 sudah terjadi wabah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat penyebab penyakit jembrana dan diagnosa secara patologi dan analisis secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyakit jembrana disebabkan oleh Lentovirus dari famili Retroviridae. Tanda-tanda klinis penyakit ini terutama adalah pembesaran kelenjar getah bening di bahu, depan lutut, bawah telinga, serta keringat darah di beberapa bagian tubuh. Penyakit jembrana dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara. Faktor risiko penyebaran yang paling banyak terjadi adalah lalu lintas pergerakan hewan yang tidak terkendali. Gambaran histopatologi patognomonis adalah proliferasi limfoblast di organ paru-paru, limpa, hati dan limfoglandula serta terlihat ada badan inklusi pada limfa dan sel retikulosit. Gambaran hematologi terjadi penurunan jumlah leukosit terutama pada limfosit dan neutrofil serta terjadi trombositopenia. Pada pengamatan slide darah untuk morfologi darah terjadi banyak sel darah abnormal yang mengarah kepada kelainan hati dan ginjal. Pengujian imunohistokimia terjadi pengikatan antibodi dan antigen pada titer 1:25.000 dengan antibodi poliklonal
- ItemKasus Babesiosis pada Anjing(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Wahyuni; Wirawan, Hadi Purnama; Pitriani; RamlanBabesiosis merupakan suatu penyakit parasit di dalam sel darah merah akibat infeksi protozoa dari genus Babesia. Infeksi oleh organisme satu sel ini dapat terjadi melalui vektor caplak.Penyakit ini sangat umum pada anjing tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada kucing.Walaupun babesiosis pada anjing dan kucing dapat terjadi pada semua umur, namun kucing muda atau berumur di bawah tiga tahun cenderung lebih sering terinfeksi dengan gejala lebih parah. Tujuan dari tulisan ini adalah mengulas kasus kematian pada anjing yang diduga terinfeksi babesiosis canis ditinjau dari perubahan patologi anatomi serta pemeriksaan mikroskopis pada ulas darah.Hasil pemeriksaan dari bedah bangkai yaitu terdapat perubahan pada ginjal berupa nekrotik kronis, vesica urinaria dengan cairan urine berwarna merah, limpa nekrotik. Sedangkan pada ulas darah terlihat eritrosit mengalami anemia dengan ditemukan parasite darah ( babesia) pada eritrosit. Kesimpulan diari tulisan ini bahwa kematian dari anjing rotweiler usia 2 th di sebabkan karena infeksi babesiosis yang disebabkan oleh babesia canis
- ItemKasus Kematian Ayam Suspect Avian Influenza Di Kabupaten Barru – Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2016) Wahyuni; Wirawan, Hadi Purnama; Ratna; Jumardi; RamlanTerjadi kasus kematian ayam secara tiba-tiba (tanpa gejala klinis) dalam jumlah yang banyak di daerah kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil nekropsi di lapangan di dapat adanya kerapuhan pada hati, terdapat cairan pada selaput jantung (hidropericard), perdarahan (hemorrhagi) pada tulang kepala dan otak. Hasil uji rapid tes positip avian influenza dan hasil pengujian terhadap sampel swab dan organ juga positip avian influenza
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Muflihanah; Andesfha, , Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping Tjatur; RamlanLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Muflihanah; Andesfha, Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping TjaturLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/ Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2.
- ItemKombinasi Hormon PMSG dan HCG untuk Pengobatan Kasus Hipofungsi Gangguan Reproduksi pada Sapi / Kerbau di Kegiatan Upsus Siwab 2017(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Wahyuni; W, Hadi Purnama; Djatmikowati, Titis Furi; Amaliah, Fitri; Samik, AbdulKasus hipofungsi ,merupakan kasus gangguan reproduksi yang paling tinggi dijumpai pada sapi / kerbau di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros di lima provinsi ( Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat ) pada kegiatan upsus siwab 2017. Hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) merupakan hormone non pituitary gonadotropin yang dapat digunakan sebagai media reproduksi karena memiliki efek seperti FSH dan sedikit LH sedangkan hormone Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah glycoprotein yang berisi beberapa asam amino yang dapat berefek seperti LH dan FSH. Tujuan dari kegiatan ini untuk melihat hasil dari pemakaian kedua hormone tersebut pada kasus gangguan reproduksi yaitu hipofungsi pada sapi/kerbau.. Jumlah kasus hipofungsi total sebanyak 4865 ekor ( 62,2%) dari 7824 akseptor atau ekor jumlah kasus gangrep yang ditangani di tahun 2017 di lima provinsi wilayah kerja. Pemakaian hormone PMSG yang dikombinasi dengan HCG dapat menyembuhkan kasus hipofungsi 90,8% sehingga sapi / kerbau yang mengalami kasus hipofungsi dapat menimbulkan estrus kembali.
- ItemMikrobiologi Molekuler Pemanfaatan dan Peningkatan Kualitas Hidup Manusia(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Wahyuni; Wirawan, Hadi Purnama; RamlanMikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula.Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme.Biologi molekular atau biologi molekul merupakan salah satu cabang biologi yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan pada skala molekul. Ini termasuk penyelidikan tentang interaksi molekul dalam benda hidup dan kesannya, terutama tentang interaksi berbagai sistem dalam sel, termasuk interaksi DNA, RNA, dan sintesis protein, dan bagaimana interaksi tersebut diatur.
- ItemModul Penguatan Teknis Sumber Daya Manusia Pusat Kesehatan Hewan di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-11) Muflihanah; Wahyuni; Furi Djatmikowati, Titis; Marmansari, Dini; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemPembuatan Antibodi Poliklona! Rabies setragai Antisera Alternatif untuk Pengujinn Imunohistokimia Rabies(Balai Besar Veteriner Maros, 2013) Wahyuni; Pitriani; Suardi; sukri; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan pengujian terbatas untuk pembuatan poliklonal antisera rabies di laboratorium patologi BBVET Maros. Pembuatan ini memakan waktu selama 6 bulan rnulai Pebruari sarnpai Juli 2010. i. Bahan yang dipakai adalah vaksin merk rabisin dan verorab. Hewan percobaan yang digunakan adalah 5 ekor kelinci terdiri dari 1 ekor sebagai kontrol normal, 2 ekor dengan vaksin Rabisin dan 2 ekor dengan vaksin Verorab. Hasii antisera yang didapat seteiah diuji dengan Imuunohistokimia didapatkan titer yang terbaik adalah 1:100 baik antisera dari vaksin rabisin maupun dari verorab.
- ItemPembuatan Policlonal Rabies sebagai Bahan Antisera Alternatif pada Pengujian Imunohistochemistry Ra(Balai Besar Veteriner Maros, 2016) Wahyuni; Pitriani; Suardi; RamlanTelah dilakukan pengujian terbatas untuk pembuatan Policlonal Antisera Rabies pada Laboratorium Patologi BBVET Maros. Pembuatan ini memakan waktu selama 6 bulan mulai Pebruari sampai Juli 2010. Bahan yang dipakai adalah vaksin Rabisin dan vaksin Verorab. Hewan percobaan yang digunakan adalah 5 ekor kelinci, terdiri dari 1 ekor sebagai kontrol normal, 2 ekor dengan vaksin Rabisin dan 2 ekor dengan vaksin Verorab. Hasil antisera yang didapat setelah diuji dengan Imunohistochemistry didapatkan titer yang terbaik adalah 1:100 baik antisera dari vaksin Rabisin maupun dari Verorab.