Browsing by Author "Sutrisna, Nana"
Now showing 1 - 20 of 29
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi Teknologi Largo Super pada Lahan Kebun Kelapa Sawit Belum Menghasilkan di Provinsi Riau(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Sutrisna, Nana; Dahono; Empersi; Rizqi S.; Agraini; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Provinsi Riau setiap tahun selalu mengalami defisit beras sekitar 69%. Pemerint ah Daerah (Pemda) tel ah berupaya unt uk mengatasi kekurangan tersebut melalui progam ekstensifikasi, yaitu menanam padi gogo pada lahan kebun kelapa sawit belum menghasilkan. Namun demikian, hasilnya belum optimal karena petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi budidaya padi gogo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan teknologi inovatif budidaya padi gogo di lahan kering termasuk di lahan kebun kelapa sawit belum menghasilkan, yaitu LARGO Super. Sebelum teknologi tersebut dikembangkan perlu dilakukan penelitian. Penelitian bertujuan mengetahui kinerja teknologi LARGO Super yang diadaptasikan pada lahan kebun kelapa sawit belum menghasilkan dilihat dari aspek teknis, sosial, dan ekonomi. Penelitian dilaksanakan pada Musim Kemarau (MK) 2018 di Kelompok Tani Setia Rukun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pengkajian menggunakan pendekatan On Farm Client Oriented Adaptive Research (OFCOAR) atau Penelitian Adaptif di lahan petani Berorientasi Pengguna (PAOP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja teknologi LARGO Super secara teknis cukup baik yang ditunjukkan dengan keragaan pertumbuhan dan produktivitas meningkat hingga 41,3% dari hasil yang diperoleh sebelumnya, yaitu dari 2,76 t/ha GKG menjadi 3,90 t/ha GKG. Secara finansial teknologi LARGO Super yang diadaptasikan pada budidaya padi gogo di lahan kebun sawit belum menghasilkan menguntungkan dengan RC Ratio > 1, dengan Imbalan Tenaga Kerja lebih dari upah buruh harian lepas di wilayah setempat
- ItemAlternatif Model Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran di Hulu Sub-DAS Cikapundung(Indonesian Center for Horticulture Research and Development, 2013-08-02) Sutrisna, Nana; Sitorus, Santun RP; Pramudya, B; Harianto, Harianto
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2015) Sutrisna, Nana; Diratmaja, Alit; Sinaga, Anna; Ramdhaniati, SusiBuku Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi, Padi Sawah, Padi Ketan, Padi Gogo, dan Padi Rawa, Padi Hibrida, ini disususn sebagai upaya dalam rangka penyebaran varietas unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian (BB Padi Sukamandi). buku ini diterbitkan dalam rangka pelaksanaan pendampingan/ pengawalan Program UPSUS Padi oleh Badan Litbang Pertanian (BPTP Jawa Barat), dimana penggunaan varietas unggul baru merupakan salah satu komponen utama dalam pelaksanaan Program UPSUS, Swasembada Pangan.
- ItemFaktor dan strategi pengembangan pangan lokal hanjeli di desa sukajadi kecamatan wado kabupaten sumedang(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Prawiranegara, Darojat; Histifarina, Dian; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa BaratPengembangan pemasaran hanjeli di Desa Sukajadi diharapkan mampu menjadikan hanjeli sebagai komoditi baru di bidang usahatani. Pemerintah dalam program Diversifi kasi Pangan tahun 2017 bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan pangan lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukajadi Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang pada juni 2017 sampai dengan bulan Desember 2017. Metode pengambilan sampeldalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan FGD (Focus Group Discussion). Metode yang digunakan untuk menganalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Faktor pengaruh internal dari sudut pandang produsen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Manajemen/keorganisasian KWT Pantastik, 2) Pemasok bahan baku, 3) Konsumen, 4) Perantara pemasaran dan 5) Pesaing. Faktor pengaruh eksternal dari sudut pandang konsumen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Produk (ragam produk, kualitas, design, kemasan, merk), 2) Promosi (promo penjualan, iklan, tenaga penjualan), 3) Harga produk, dan 4) Tempat (lokasi, cakupan pasar, transfortasi). Strategi pengembangan produk olahan hanjeli pada bidang pemasaran adalah 1) Mendorong hanjeli menjadi pangan fungsional, (2) Meningkatkan jumlah produksi hanjeli, (3) Sosialisasi dan promosi, (4) Pemasaran berorientasi online, (5) Meningkatkan ragam produk olahan hanjeli (produk inovatif), (6) Dukungan terintegrasi, (7) Mendorong pada kekhas-an hanjeli produk lokalita (wisata kuliner).
- ItemFaktor dan strategi pengembangan pangan lokal hanjeli di desa sukajadi kecamatan wado kabupaten sumedang(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Prawiranegara, Darojat; Histifarina, Dian; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa BaratPengembangan pemasaran hanjeli di Desa Sukajadi diharapkan mampu menjadikan hanjeli sebagai komoditi baru di bidang usahatani. Pemerintah dalam program Diversifi kasi Pangan tahun 2017 bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan pangan lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukajadi Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang pada juni 2017 sampai dengan bulan Desember 2017. Metode pengambilan sampeldalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan FGD (Focus Group Discussion). Metode yang digunakan untuk menganalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Faktor pengaruh internal dari sudut pandang produsen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Manajemen/keorganisasian KWT Pantastik, 2) Pemasok bahan baku, 3) Konsumen, 4) Perantara pemasaran dan 5) Pesaing. Faktor pengaruh eksternal dari sudut pandang konsumen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Produk (ragam produk, kualitas, design, kemasan, merk), 2) Promosi (promo penjualan, iklan, tenaga penjualan), 3) Harga produk, dan 4) Tempat (lokasi, cakupan pasar, transfortasi). Strategi pengembangan produk olahan hanjeli pada bidang pemasaran adalah 1) Mendorong hanjeli menjadi pangan fungsional, (2) Meningkatkan jumlah produksi hanjeli, (3) Sosialisasi dan promosi, (4) Pemasaran berorientasi online, (5) Meningkatkan ragam produk olahan hanjeli (produk inovatif), (6) Dukungan terintegrasi, (7) Mendorong pada kekhas-an hanjeli produk lokalita (wisata kuliner).
- ItemJuknis Aneka Olahan Sorgum(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2013) Sutrisna, Nana; Kusniati, Engkus; Histifarina, DianPenggunaan sorgum sangat beragam, yaitu sebagai bahan pangan, pakan, energi, dan industri. Untuk menunjang diversifi kasi bahan pangan tepung sorgum dapat menggantikan tepung gandum yang selama ini harus mengimpor dari luar negeri. Berbagai produk olahan hasil sorgum telah dihasilkan. Agar informasi olahan hasil sorgum tersebut dapat diseminasikan kepada pengguna, telah disusun buku “ANEKA OLAHAN HASIL SORGUM”. Buku ini berisi bahan dan cara pembuatan aneka olahan hasil sorgum yang dilengkapi dengan beberapa contoh gambar.
- ItemJuknis Usahatani Sorgum(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2013) Sutrisna, NanaRendahnya produktivitas sorgum di Indonesia antara lain karena penggunaan varietas lokal yang hasilnya rendah, pemupukan minimal, dan penanaman secara tumpang sari. Petani belum menerapkan teknologi budidaya secara benar, padahal teknologi budidaya sorgum sudah tersedia. Petunjuk teknis ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani sorgum.
- ItemKaji Terap Pemanfaatan Biochar untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan NPK & Produktivitas Jagung di Lahan Kering(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, 2018) Sutrisna, Nana; Prawiranegara, Darojat; Sunandar, Bambang; Diwa, AdhityaTri; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa BaratJagung merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai arti penting bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya. Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terutama jagung sampai saat ini masih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Dilain pihak, lahan pertanian semakin berkurang kapasitasnya dalam mendukung pemenuhan hara bagi tanaman. Selain itu, kondisi alam yang tidak menentu akibat dari pemanasan global membuat usaha-usaha pertanian perlu mencari suatu teknologi yang dapat menghadapi hal tersebut. Salah satu teknologi tersebut adalah teknologi "Biochar". BPTP Jawa Barat memiliki peran sangat strategisdalam mendukung Program Swasembada jagung di Jawa Barat. BPTP Jawa Barat merupakan sumber inovasi teknologi bagi petani, sehingga harus menghasilkan teknologi yang dapat mendorong pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produktivitas jagung nasional. Oleh karena itu, dilaksanakannya kaji terap pemanfaatan Biochar untuk meningkatkan efisiensi pemupukan NPK dan produktivitas jagung di lahan kering di lokasi sentra produksi jagung ditujukan untuk menghasilkan dan mengembangkan teknologi budidaya jagung spesifik lokasi. Sebagai acuan dalam pelaksanaan Kaji terap maka disusun Petunjuk Teknis (Juknis). Penyusunan berpedoman pada pedoman umum PTT jagung dari Puslitbang Tanaman Pangan.
- ItemKajian Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Inbrida Spesifik Lokasi di Bandung Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Bandjar, Hasmi; Sutrisna, Nana; Rohaeni, Wage Ratna; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu strategi dan metodologi dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi. PTT sangat memperhatikan sumberdaya setempat (spesifi k lokasi), sehingga pengkajian terhadap penerapan beberapa komponen teknologi PTT penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui keragaan pertumbuhan dan hasil padi inbrida dengan menerapkan beberapa komponen PTT dan (2) mendapatkan komponen teknologi PTT padi inbrida spesifi k lokasi. Penelitian dilakukan di 3 lokasi yaitu Cipatat, Cipeundeuy, dan Padalarang. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 5 komponen teknologi PTT termasuk teknologi dari petani sebagai control dengan 5 ulangan. Varietas yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah Inpari 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan komponen teknologi PTT yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap komponen hasil dan hasil (GKP) tanaman padi inbrida pada lokasi satu dengan yang lain. Pengaruh sangat nyata terhadap hasil (GKP) terdapat pada lokasi Cipeundeuy. Paket komponen teknologi PTT yang memberikan hasil GKP paling tinggi adalah paket C yaitu paket dengan penerapan komponen teknologi PTT yang lengkap (komponen teknologi dasar dan pilihan). Hasil kajian menunjukan bahwa komponen teknologi spesifi k lokasi yaitu komponen teknologi pilihan perontokan gabah sesegera mungkin yang efektif meningkatkan hasil GKP pada lokasi Cipeundeuy.
- ItemKAJIAN SISTEM INTENSIFIKASI PADI AEROB TERKENDALI BERBASIS BAHAN ORGANIK (IPAT-BO) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungSelama beras masih merupakan sumber pangan pokok masyarakat Indonesia, tidak ada jalan lain yang harus dilakukan oleh pemerintah kedepan dalam upaya meningkatan produktivitas padi adalah penerapan inovasi teknologi, karena luas lahan sawah setiap tahun terus berkurang. Sistem Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Bahan Organik (IPAT-BO) merupakan salah satu inovasi teknologi yang sudah terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi > 50%, yaitu dari 6 t.ha-1 menjadi 9,1 t.ha-1 Gabah Kering Panen (GKP) pada lahan sawah irigasi. Keberhasilan teknologi IPAT-BO pada lahan sawah irigasi diduga dapat diterapkan juga di lahan sawah tadah hujan. Namun demikian, sebelum inovasi teknologi tersebut dikembangkan perlu dilakukan pengkajian. Tujuan pengkajian adalah memperoleh paket teknologi sistem IPAT-BO yang dapat meningkatkan produktivitas padi > 20% di lahan sawah tadah hujan. Penelitian menggunakan pendekatan Penelitian Adaptif di Lahan Petani berorientasi Pengguna (PAOP). Pengkajian dilaksanakan di Desa Sukamulya, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Komponen teknologi yang dikaji meliputi: pemberian jerami padi, pupuk hayati, pupuk anorganik, sistem tanam jajar legowo, dan sistem drainase. Variabel yang diamati/diukur terdiri atas: (1) alisis tanah sebelum dan setelah penelitian; (2) kandungan unsur hara N, P, dan K serta unsur mikro pupuk organik yang dikaji (jerami); (3) jumlah populasi bakteri penambat N pada umur 63 hst; (4) komponen pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah anakan) pada umur 30 hst, 46 hst, dan 60 hst; (5) komponen hasil (jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan bobot 1.000 butir); (6) produktivitas; (7) penggunaan sarana produksi dan curahan tenaga kerja untuk mengetahui biaya input produksi yang digunakan dan (8) Harga gabah pada saat panen. Data komponen pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil dianalisis Uji-t pada taraf 5 % untuk mengetahui tingkat kelayakan teknis penerapan sistem IPAT-BO dengan petani eksisting yang menerapkan pendekatan PTT. Data input produksi dan penerimaan usahatani dianalisis pendapatan usahatani, Benefit Cost Ratio (BCR), dan Marginal Banefit Cost Ratio (MBCR) untuk mengetahui tingkat kelayakan finansialnya. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penerapan sistem IPAT-BO pada pertanaman padi dapat meningkatkan pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil padi dibandingkan dengan PTT pada lahan sawah tadah hujan. Komponen paket teknologi IPAT-BO masih perlu disempurnakan, antara lain bahan/alat yang dapat mengatasi pertumbuhan gulma terutama pada awal pertumbuhan agar produktivitas padi bisa meningkat > 20%. Meskipun penerapan sistem IPATBO baru mampu meningkatkan produktivitas padi sebesar 14,11% namun secara finansial menguntungkan dengan BC Ratio 1,2 dan penambahan satu satuan input teknologi pada sistem IPAT-BO di lahan sawah tadah hujan mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan/keuntungan sebesar 12,06 kali (MBCR = 12,06) dibandingkan dengan PTT.
- ItemModel dinamis rencana aksi pengemembangan klaster sapi potong di Jawa Barat(BPTP Jawa Barat, 2016-11-11) Sutrisna, Nana; Yhani, Hany; BPTP Jawa BaratKompleksnya permasalahan peternakan sapi potong di Jawa Barat diperlukan suatu upaya yang komprehensip, menyeluruh, dan antar komponen saling berinteraksi serta melengkapi secara terpadu. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang kompleks agar tujuan dan target tercapai, termasuk target 1 juta populasi sapi potong di Jawa Barat pada tahun 2019 adalah pendekatan system. Sistem peternakan sapi potong di Jawa Barat sangat berhubungan erat dengan perilaku (behavior) dinamik sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku peternak yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Asumsi utama dalam fenomena dinamika sistem adalah bahwa perilaku peternak dinamik yang persistent (terjadi terus menerus) pada setiap sistem yang kompleks, sehingga pendekatan sistem yang tepat adalah “system dynamics”. Tujuan penelitian adalah (1) merancang model dinamis pengembangan klaster sapi potong di Jawa Barat dan (2) menyusun alternatif kebijakan pengembangan klaster sapi potong di Jawa Barat. Model pengembangan klaster sapi potong di Jawa Barat yang dikembangkan dengan pendekatan sistem mampu mempresentasikan dengan dunia nyata dan memiliki akurasi tinggi dengan ratarata absolute kesalahan kurang dari 6,1%. Proyeksi satu juta populasi sapi potong yang ditargetkan pada tahun 2019 dapat di capai Sebelumnya dengan scenario kebijakan (1) menambah jumlah inseminator, (2) meningkatkan realisasi IB, (3) menambah populasi jantan dua kali lipat, dan (4) bibit betina empat kali lipat. Kebijakan tersebut memberikan konsekuensi mengeluarkan biaya investasi sekitar 100 trilyun rupiah dalam jangka waktu 15 tahun.
- ItemPanduan Metode Ubinan Padi Jajar Legowo(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2012) Sutrisna, Nana; Nadimin; Ishaq, Iskandar; Putra, Sunjaya; BPTP Jawa Barat
- ItemPanduan rekomendasi teknologi pertanian spesifik lokasi Jawa Barat(BPTP Jawa Barat, 2015-12-14) Firdaus, Dian; Histifarina, Dian; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa Barat
- ItemPanduan teknis cara membuat arang sekam padi(BPTP Jawa Barat, 2015-04-16) Surdianto, Yanto; Sutrisna, Nana; Basuno; Solihin; BPTP Jawa Barat
- ItemPanduan umum pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan diseminasi teknologi pertanian(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jawa Barat, 2014-06-08) Sutrisna, Nana; Marbun, Oswald; Histifarina, Dian; BPTP Jawa Barat
- ItemPemanfaatan lahan di bawah tegakan kelapa dalam mendukung swasembada kedelai(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Perdhana, Fyannita; Sutrisna, Nana; Basuno; BPTP Jawa BaratDalam upaya untuk mencapai swasembada kedelai perlu memanfaatkan lahan sub optimal salah satunya di kawasan areal perkebunan kelapa dalam. Oleh karena itu, dilakukan sistem usahatani kedelai di bawah tegakan kelapa dalam yang berumur 10-15 tahun, dimana populasi tanaman kelapa menggunakan jarak tanam 8 m x 5 m. Lokasi pengkajian di Kelompok tani Samudra Harapan I di desa Ciheras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya pada MT 2017. Kondisi topografi nya datar pada ketinggian tempat sekitar 2 m di atas permukaan laut (dpl). Tingkat kesuburan lahan dicirikan oleh kadar hara N-total (0,11 %) termasuk rendah, P (41 mg/100 g tanah) termasuk tinggi, K (172 mg/100 g tanah) termasuk rendah, dan C-organik (1,9 %) termasuk rendah, C/N sekitar 17 yang dikatagorikan tinggi, pH tanah atau reaksi tanah termasuk Agak Alkalis (7,81). Di lokasi pengkajian ini dikategorikan tekstur tanah pasir yang mempunyai kadar pasir 96 %, debu 4%, dan liat 0%. Oleh karena itu, tanah ini membutuhkan hara N, K yang cukup banyak baik pupuk yang berupa N (urea), dan pupuk K (KCl) yang tunggal maupun pupuk majemuk lengkap NPK. Hal itu juga diperlukan penambahan bahan organik baik berupa kompos atau pupuk kandang dan Zeolit sebagai pembenah tanah agar tanah ini tidak menjadi poros air sehingga pertumbuhan kedelai optimal. Pertumbuhan tinggi tanaman pada saat panen berkisar 48,90 cm hingga 73,70 cm dengan rerata tinggi tanaman 64, 27 cm. Untuk komponen hasil yang meliputi jumlah polong berkisar 13,00 polong hingga 126,00 polong per tanaman dengan rata-rata 52,04 polong per tanaman. Jumlah biji per tanaman berkisar 20 - 304 biji per tanam dengan rata-rata 125 biji per tanaman. Bobot biji per tanaman berkisar 4,23 - 17,50 g per tanaman dengan rata-rata 8,13 g per tanaman. Peubah bobot 100 butir bernas berkisar 4,68 - 19,10 g, dengan rata-rata 14,46 g. Kemudian untuk hasil biji kering kedelai varietas Dena 1 di bawah tegakan kelapa dalam berkisar 0,45 - 0,91 t/ha dengan rata-rata 0,74 t/ha. Apabila dilakukan analisis ekonomi secara sederhana memperlihatkan nilai B/C dari hasil produktivitas tertinggi (910 kg/ha) dengan nilai 1,71. Jika dari hasil rata-rata produktivitas (740 kg/ha) maka B/C ratio sekitar 1,30. Oleh karena itu, pengkajian usahatani kedelai di bawah tegakan kelapa dalam menunjukkan layak secara teknis, sosial maupun secara ekonomi, sehingga perlu ada pengembangan dengan skala lebih luas dan ke wilayah lain.
- ItemPengaruh perlakuan jerami dan varietas padi inbrida terhadap emisi gas rumah kaca di lahan sawah irigasi(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Marbun, Oswald; BPTP Jawa BaratSistem budidaya padi yang intensif dapat meningkatkan produktivitas, namun juga dapat memberikan dampak negatif terhadap peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) ti troposfer dalam bentuk gas metan (CH 4) dan dinitrogen oksida (NO). Indonesia adalah penyumbang emisi gas rumah kaca urutan ke-18 dunia. Atas dasar itu, pemerintah Republik Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 26% sampai tahun 2020. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan jerami padi pada beberapa varietas unggul baru terhadap penurunan GRK. Penelitian mengunakan rancangan petak terpisah (split plot design). Petak utama adalah VUB, terdiri atas (1) Inpari 4 (V1), (2) Inpari 14 (V2), dan (3) Mekongga (V). Anak petak adalah teknik pemanfaatan jerami terdiri atas: (1) jerami dikomposan (J1), (2) jerami digelebeg (J23), dan (3) tanpa jerami (J). Jumlah ulangansebanyak 5. Data yang dikumpulkan terdiri atas: emisi GRK (CH4 dan NO), pertumbuhan padi, komponen hasil, dan hasil padi. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis statistik dengan analisis keragaman (Analysis of Varians) yang dilanjutkan dengan uji nilai tengah Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dan perlakuan jerami padi terhadap emisi CH42 baik pada umur 21, 42, dan 87 hst. Pada umur 42 hst perlakuan jerami padi berpengaruh nyata terhadap emisi CH4 . Pada umur 87 hst varietas dan perlakuan jerami masing-masing berpengaruh nyata terhadap emisi CH. Pada umur 110 hst justru varietas berpengaruh nyata terhadap emisi CH. Terjadi interaksi antara varietas dan perlakuan jerami padi terhadap emisi gas NO pada umur 21 hst.
- ItemPengaruh perlakuan jerami terhadap beberapa varietas padi sawah(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Surdianto, Yanto; Sunandar, Nandang; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa BaratPenelitian telah dilaksanakan di Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat, mulai bulan Juli hingga Nopember 2014. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan jerami padi terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan lima ulangan. Sebagai petak utama adalah perlakuan kompos jerami (J) terdiri dari tiga taraf yaitu, (J0) tanpa jerami, (J1) jerami dikomposkan, dan (J2) Jermi padi digelebeg. Sebagai anak petak adalah varietas unggul baru (VUB) terdiri dari tiga taraf yaitu, Inpari-4 (V1), Inpari-14 (V2) dan Mekongga (V3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) varietas padi yang dikaji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman pada pada umur 45 hst dan 87 hst, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 45 hst anakan produktif. Perlakuan jerami J1, memberikan tinggi tanaman tertinggi pada umur 45 hst dan 87 hst, (2) perlakuan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap panjang malai dan jumlah gabah hampa per malai. Perlakuan jerami dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap panjang malai, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai, dan (3) perlakuan jerami dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah isi 1000 butir tetapi berpengaruh nyata terhadap hasil padi.
- ItemPengaruh sistem irigasi berselang dan jarak tanam padi sistem legowo terhadap produktivitas dan emisi gas rumah kaca (grk)(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Marbun, Oswald; BPTP Jawa BaratSistem irigasi berselang dan jarak tanam legowo 2:1 diduga selain dapat meningkatakan produktivitas padi juga dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh sistem irigasi berselang dan jarak tanam legowo 2:1 terhadap produktivitas padi dan emisi GRK gas CH4 (metan). Penelitian mengunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah sitem irigasi berselang (I) terdiri atas: I1 = Irigasi berselang 3 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (3:3); I2 = Irigasi berselang 5 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (5:3); I3 = Irigasi berselang 7 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (7:3). Anak petak adalah jarak tanam legowo 2:1 terdiri atas: L1 = Legowo 2:1 (25,0 x 15,0 x 50,0 cm); L2 = Legowo 2:1 (25,0 x 12,5 x 50,0 cm); L3 = Legowo 2:1 (25,0 x 15,0 x 40,0 cm); dan L4 = Legowo 2:1 (25,0 x 12,5 x 40,0 cm). Data yang dikumpulkan terdiri atas: emisi gas CH4; pertumbuhan padi (tinggi tanaman dan jumlah anakan); bobot 1.000 butir; dan hasil padi. Data dianalisis sidik ragam (Analysis of Varians) yang dilanjutkan dengan uji nilai tengah Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara irigasi berselang dengan jarak tanam legowo 2:1 terhadap emisi gas metan. Sistem irigasi berselang 5 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (5:3) dapat menurunkan emisi gas metan dan meningkatkan produktivitas padi sebesar 17,2% dari 5,88 menjadi 6,89 t/ha. Jarak tanam legowo 2:1 yang dapat menurunkan emisi gas metan adalah 25 x 15 x 40 cm sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah 25 x 12,5 x 40 cm, yaitu sebesar 13,6% dari 6,04 menjadi 6,86 t/ha GKG.
- ItemPetunjuk teknis budidaya padi organik(BPTP Jawa Barat, 2015-07-21) Surdianto, Yanto; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa Barat