Browsing by Author "Sutaryo, Bambang"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Usahatani Dan Tingkat Preferensi Petani Terhadap Beberapa Varietas Unggul Inpago Di Gunungkidul Yogyakarta(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Widodo, Sugeng; Sutaryo, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Analisis usahatani dan tingkat preferensi petani terhadap beberapa varietas unggul Inpago (inbrida padi gogo) telah dilaksanakan di Kelompok Tani “Sumber Agung” Semanu Selatan, Semanu, Gunungkidul Yogyakarta dari bulan Maret hingga Juli 2015. Varietas unggul Inpago yang dikaji adalah Inpago 4, Inpago 5, Inpago 7, Inpago 8, Inpago 9, dan Inpago 10. Sedangkan sebagai pembanding adalah varietas Ciherang dan IR64. Data ekonomi Input dan output usahatani padi gogo dianalisis kelayakan usaha tani (B/C rasio, R/C rasio dan MBCR) dan analisis diskriftif. Uji organoleptik dilaksanakan berdasarkan tingkat kesukaan panelis sebanyak 30 orang. Variabel yang dinilai adalah tekstur/kepulenan, rasa, aroma, warna dan kesukaan secara umum. Data menunjukkan bahwa Inpago 8, Inpago 9 dan Inpago 10 layak untuk dikembangkan terbukti B/C rasio berkisar antara 2,0 sampai 3,35. Incremental B/C tertinggi terhadap varietas pembanding terbaik (IR64) diraih oleh Inpago 10 (23,62%) dan Inpago 8 (4,79%). Rasa nasi yang paling disukai adalah Inpago 5. Sedangkan produktivitas yang paling disukai.
- ItemAnalisis Usahatani Dan Tingkat Preferensi Petani Terhadap Beberapa Varietas Unggul Inpago Di Gunungkidul Yogyakarta(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Widodo, Sugeng; Sutaryo, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Analisis usahatani dan tingkat preferensi petani terhadap beberapa varietas unggul Inpago (inbrida padi gogo) telah dilaksanakan di Kelompok Tani “Sumber Agung” Semanu Selatan, Semanu, Gunungkidul Yogyakarta dari bulan Maret hingga Juli 2015. Varietas unggul Inpago yang dikaji adalah Inpago 4, Inpago 5, Inpago 7, Inpago 8, Inpago 9, dan Inpago 10. Sedangkan sebagai pembanding adalah varietas Ciherang dan IR64. Data ekonomi Input dan output usahatani padi gogo dianalisis kelayakan usaha tani (B/C rasio, R/C rasio dan MBCR) dan analisis diskriftif. Uji organoleptik dilaksanakan berdasarkan tingkat kesukaan panelis sebanyak 30 orang.Variabel yang dinilai adalah tekstur/kepulenan, rasa, aroma, warna dan kesukaan secara umum. Data menunjukkan bahwa Inpago 8, Inpago 9 dan Inpago 10 layak untuk dikembangkan terbukti B/C rasio berkisar antara 2,0 sampai 3,35. Incremental B/C tertinggi terhadap varietas pembanding terbaik (IR64) diraih oleh Inpago 10 (23,62%) dan Inpago 8 (4,79%). Rasa nasi yang paling disukai adalah Inpago 5. Sedangkan produktivitas yang paling disukai adalah Inpago 10 dan Inpago 8. Disarankan bahwa Inpago agar dikembangkan di daerah tadah hujan selain Semanu Kidul, sehingga dicapai peningkatan produksi di lahan kering Gunungkidul.
- ItemKajian Padi Gogo (Inpago) Di Lahan Suboptimal Di Zona Selatan Kabupaten Gunungkidul(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Sutardi; Sutaryo, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Introduksi VUB padi gogo (Inpago) diharapkan salah satu cara untuk meningkatkan hasil dan produktivitas padi pada lahan suboptimal. VUB Inpago telah banyak dihasilkan namun di tingkat lapang belum berkembang dengan berbagai kendala. Tujuan kajian untuk membuktikan bahwa introduksi VUB Inpogo dapat memberikan kontribusi dalam mendongkrak peningkatan hasil dan produktivitas padi. Metodologi Pendekatan yang ditempuh melalui on farm research melibatkan petani kooperator yang respon terhadap inovasi teknologi, aktif melakukan kegiatan usahatani padi gogo, dan bersedia menularkannya kepada petani lain di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Pengkajian menggunakan factor tunggal dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (Rondomize Complete Block Design). Perlakuan sebanyak 8 VUB 3 kali ulangan, luas plot 500 m atau sesuai dengan luas pemilikan petani. Varietas VUB Inpago 4, Inpago 5, Inpago 7, Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, sebagai kontrol Ciherang dan IR64 (VUB padi sawah) dilakukan pada bulan April-Agustus 2015. Peubah pengamatan meliputi analisis PMP (Pemahaman Masalah dan Peluang), analsis tanah PuTK dan pengumpulan data agronomi. Analisis data dilakukan secara diskriptif dan statistik, terdiri dari analisis sidik ragam (Uji-F) untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan Uji-t (DMRT) dan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur hara N dan P statusnya rendah, K sedang, dengan pH netral. Varietas unggul baru Inpogo berpengaruh secara nyata terhadap semua variabel yang diuji yaitu jumlah gabah isi per malai, jumlah malai, bobot 1000 butir, dan panjang malai. VUB INPOGO dan varietas pembanding Ciherang dan IR64 memiliki perbedaan yang nyata. Perbedaan produksi VUB Inpago 8 dengan Ciherang dan IR 64 sebesar 1.024 dan 256 kg/ha, sedangkan Inpago 10 dengan Ciherang dan IR 64 sebesar 2.048 dan 1.278 kg/ha.
- ItemKeragaan Hasil Gabah Dan Karakter Agronomi Tujuh Varietas Padi Hibrida Di Kulon Progo, Yogyakarta(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sutaryo, Bambang; Pramono, Joko; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian keragaan hasil gabah dan karakter agronomi tujuh varietas padi hibrida dilaksanakan di Kelompok Tani Giyoso, Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta dari April hingga Juli 2016. Tujuh varietas padi hibrida yaitu Hipa 7, Hipa 8, Hipa 9, Hipa 10, Hipa 11, Hi pa 18, dan Hipa 19 ditanam dengan bibit berumur 15 hari dan satu bibit per lubang pada teknik jajar legowo 4:1, dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm. Ukuran plot size per varietas adalah 1000 m 2 . Sedangkan dua varietas yang sudah dibudidayakan petani setempat Ciherang, dan Situ Bagendit, digunakan sebagai pembanding. Data dianalisis menggunakan uji t. Hipa 18 dan Hipa 19 masing-masing memberi hasil tertinggi sebesar 9,8 dan 9,4 t/ha, dibandingkan dengan varietas pembanding dan varietas lain yang dikaji. Hasil tertinggi pada Hipa 18 dan Hipa 19 dikontribusi oleh jumlah gabah isi, jumlah total gabah dan jumlah malai yang tinggi. Umur panen untuk padi hibrida berkisar dari 111 hari untuk Hipa 19 sampai 116 hari untuk Hipa 8.
- ItemProspek Perakitan dan Pengembangan Padi Hibrida Mendukung Swasembada Beras Berkelanjutan(IAARD Press, 2015) Sutaryo, Bambang; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianSejak pencapaian swasembada beras pada tahun 1984 dengan produksi 25,8 juta ton, pemerintah mengkombinasikan program ekstensifikasi dengan intensifikasi seperti penggunaan varietas padi tipe baru dengan hasil tinggi. Namun swasembada beras tidak dapat bertahan lama, antara lain disebabkan oleh alih fungsi lahan yang belum terkendali dan produktivitas yang melandai. Untuk mengatasi permasalahan stagnasi produktivitas tersebut antara lain dapat ditempuh melalui pengembangan varietas padi hibrida. Peluang pengembangan padi hibrida di Indonesia cukup besar dengan dukungan bioteknologi Marker-Assisted Backcrossing (MAB), Marker-Assisted Selection (MAS), Quantitative Trait Loci (QTL), Simple Sequence Repeats (SSR), mikrosatelit RM9 dan teknik kultur anthera. Selain itu dapat juga dilakukan melalui pengembangan teknologi padi hibrida tipe baru atau padi hibrida super, dan pemuliaan padi hibrida sistem dua galur. Melalui dukungan inovasi teknologi tersebut diharapkan akan meningkatkan produktivitas padi.