Browsing by Author "Susilawati, Ani"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
- Item1001 Masalah Lahan Rawa : Petani Bertanya, Peneliti Menjawab(Balai Penelitian Pertanian lahan Rawa, 2021) Saleh, Muhammad; Mawardi; Noor, Muhammad; Susilawati, Ani; Lestari, Yuli; Sulaeman, Yiyi; Hasbianto, Agus; Agustiani, MalaBuku 1001 Masalah Lahan Rawa: Petani Bertanya, Peneliti Menjawab ini memuat pertanyaan yang disampaikan petani tentang berbagai aspek dalam pengelolaan pertanian lahan rawa, meliputi komponen: pengelolaan air, penataan lahan, penyiapan lahan, pengendalian gulma, pengunaan varietas, pemupukan, pembibitan, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman, panen dan pasca panen
- ItemBUDIDAYA PADI PADA LAHAN RAWA PANTAI TERDAMPAK SALINITAS(Balittra, 2021) Anisa, Wahida; Sosiawan, Hendri; Susilawati, Ani; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaTanah salin adalah tanah-tanah yang mempunyai nilai ESP (Exchangeable Sodium Percentage) 15 % atau lebih atau mempunyai SAR (Sodium Adsorption Ratio) 13 atau lebih dan seringkali mempunyai pH 8,5 atau lebih (Soil Survey Staff 2014). Tanah salin ini di jumpai di daerah rawa pasang surut yang berbatasan dengan garis pantai. Suasana salin akibat pengaruh air asin/air laut menyebabkan terbentuknya tanah pirit pada tanah mineral atau tanah gambut yang relatif tidak matang atau suasana tawar. Masalah salinitas terjadi ketika jumlah garam terlarut dalam tanah cukup tinggi. Penimbunan garam di daerah perakaran mempengaruhi terhadap kemampuan tanaman untuk menyerap air. Garam mempengaruhi pertumbuhan tanaman umumnya melalui: (a) keracunan yang diakibatkan penyerapan unsur penyusun garam secara berlebihan, seperti sodium, (b) penurunan penyerapan air, dikenal sebagai cekaman air dan (c) penurunan dalam penyerapan unsur-unsur penting bagi tanaman khususnya potasium. Gejala awal munculnya kerusakan tanaman oleh salinitas adalah: (a) warna daun yang menjadi lebih gelap daripada warna normal yang hijau-kebiruan, (b) ukuran daun yang lebih kecil dan (c) batang dengan jarak tangkai daun yang lebih pendek. Jika permasalahannya menjadi lebih parah, daun akan menjadi kuning (klorosis) dan tepi daun mati mengering terkena “burning” (terbakar, menjadi kecoklatan). Menurut FAO (2005) bahwa kisaran nilai salinitas (EC) tanah pada budidaya padi dan tingkat kehilangan hasil adalah: (1) EC < 4 dS/m, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman < 10%, (2) EC > 4 dS/m, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman 10-20%, (3) EC > 6 dS/m, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman 20-50%, (4) EC > 10 dS/m, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman > 50%.
- ItemInfo Teknologi Pertanian Lahan Rawa(Balittra, 2021) Agustiani, Mala; Samdani; Saleh, Muhammad; Berlian, Eva; Susilawati, Ani; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSelama masa pademik covid 19 ini, tim redaksi informasi teknologi pertanian lahan rawa tetap berkarya untuk menampilkan beberapa atikel diantaranya: 1). Budidaya tanaman terung di lahan rawa. Terung merupakan tanaman yang banyak manfaatnya dan sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Terung tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang luas dan dapat dibudidayakan di lahan rawa. Lahan rawa yang tergenang seperti di lahan rawa pasang surut tipe B atau lahan rawa lebak tengahan, budidaya terung dilakukan dengan sistem surjan. Artikel ini mencakup budidaya sistem polybag di lahan pekarangan, 2). Budidaya tanaman anggrek di rumah kasa. Anggrek unggul atau anggrek lokal dapat dibudidayakan di rumah kasa, tanaman ini dapat tumbuh, berkembang dan berbunga dengan baik. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemupukannnya, 3). Budidaya jagung manis di lahan rawa. Jagung manis merupakan tanaman dengan nilai ekonomis tinggi dan umur panen tidak terlalu panjang. Penanaman jagung manis di lahan rawa dapat dilakukan dengan sistem surjan. Penanaman dan pemeliharaan jagung manis tidak begitu sulit, asal diperhatikan pemeliharaannya seperti pemupukan dan pengendalian gulma maka panen akan memuaskan. Dalam masa pandemik covid 19 ini, tetaplah bertanam, dengan syarat tetap dalam protokol kesehatan. Pepatah lama mengatakan “ siapa yang menanam, dia yang akan memanen”
- ItemInfo Teknologi Pertanian Lahan Rawa Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021(Balittra, 2021) Agustina, Mala; Samdani; Saleh, Muhammad; Berlian, Eva; Susilawati, Ani; Aidi, Ries; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemINOVASI TEKNOLOGI LAHAN RAWA PASANG SURUT MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN NASIONAL (TECHNOLOGICAL INNOVATION TIDAL SWAMP LAND TO SUPPORT NATIONAL FOOD SOVEREIGNTY)(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Susilawati, Ani; Wahyudi, Erwan; BPTP JambiPotensi lahan rawa pasang surut sangat besar, tersebar di Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Sulawesi. Sebagian lahan tersebut sudah dibuka dan diusahakan. Namun perlu didukung oleh inovasi teknologi karena umumnya lahan rawa pasang surut memiliki beberapa kendala meliputi aspek teknis, infrastruktur, dan aspek sosial ekonomi serta kelembagaan. Dengan adanya sentuhan teknologi, lahan rawa pasang surut berpeluang besar untuk meningkatkan produksi padi di lahan rawa pasang surut sehingga berkontribusi signifikan terhadap produksi padi nasional, bahkan dapat dijadikan sebagai lumbung pangan nasional. Beberapa inovasi teknologi budidaya padi di lahan rawa pasang surut yang terkait dengan tanah dan air antara lain: penyiapan lahan, penataan lahan, pengelolaan air, pengelolaan hara dan pupuk. Apabila dilakukan optimalisasi lahan rawa pasang surut dengan dukungan inovasi teknologi pengelolaan dan budidaya yang baik, peningkatan intensitas pertanaman (IP 200), maka dapat diperoleh tambahan produksi sebesar 3,5 juta ton gabah per tahun. Pencapaian optimalisasi di atas dapat dilakukan secara bertahap, penerapan asas prioritas, berkesinambungan, sistematis, dan fokus.
- ItemKeanekaragaman Buah Eksotis Lahan Rawa Kalimantan Timur(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Susilawati, Ani; Wahyudi, Erwan; BPTP JambiLahan rawa adalah salah satu ekosistem yang sangat spesifik dan ditemukan banyak keragaman hayati diantaranya buah-buah eksotis. Buah-buah tersebut merupakan sumberdaya genetik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber gen untuk meningkatkan kualitas buah. Di lahan rawa Kalimantan Timur ditemukan beberapa jenis buah yang dipandang sebagai buah eksotis karena tanaman buah-buah tersebut memiliki karakteristik yang cukup spesifik dan termasuk sudah langka keberadaannya antara lain : Mangga Repeh, buah Teray, durian Lahong dan buah Poh Bolong. Mengingat laju pertambahan penduduk dan alih fungsi lahan serta anomali iklim, maka upaya pemanfaatan dan pengembangan keanekaragaman hayati pertanian, terutama tanaman buah-buahan ini perlu ditingkatkan secara nyata. Langkah-langkah pokok yang penting dalam pemanfaatan dan pengembangan keanekaragaman tanaman buah eksotis ini, adalah (i) penyusunan strategi konservasi tanaman buah-buahan lahan rawa yang ada, dan (ii) penyusunan rencana aksi bagi pelestarian dengan pengembangan budidaya dan pengelolaannya secara terpadu
- ItemPENGELOLAAN LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SWADAYA PETANI(Balittra, 2021) Sosiawan, Hendri; Masganti; Susilawati, Ani; Hartatik, Wiwik; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemPERSPEKTIF PERTANIAN LAHAN RAWA LEBAK(Balittra, 2017) Susilawati, Ani; Nazemi, Dahkyar; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLuas lahan rawa lebak di Indonesia sekitar 13,28 juta hektare, atau sekitar sepertiga dari luas total lahan rawa. Secara umum tingkat kesuburan lahan rawa lebak lebih baik dibandingkan dengan lahan rawa pasang surut, karena tanah di lahan rawa lebak tersusun dari endapan sungai (fluviatil) yang tidak mengandung bahan sulfidik atau pirit. Kecuali pada zona peralihan antara lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut di lapisan bawah pada kedalaman lebih dari satu meter umumnya ditemukan lapisan bahan sulfidik yang merupakan endapan marin. Lahan rawa lebak merupakan salah satu lahan sub-optimal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai komoditas, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, maupun peternakan. Lahan rawa lebak dangkal merupakan bagian yang paling potensial untuk pertanian dibandingkan dengan lahan rawa lebak tengahan dan dalam. Lahan rawa lebak dangkal dan tengahan umumnya dijadikan lahan persawahan dengan pertanaman palawija dan sayuran di bagian guludan/bedengan pada sistem surjan. Sementara lebak dalam, karena bentuknya mirip cekungan kondisi airnya relatif masih dalam walaupun pada musim kemarau, sehingga lebih sesuai untuk budidaya perikanan air tawar. Kendala utama dalam pengelolaan lahan rawa lebak adalah tingginya air selama musim hujan dan sebaliknya pada musim kemarau genangan air berangsur turun menjadi hampir kering. Pengelolaan air merupakan kunci keberhasilan pemanfaatan lahan rawa lebak untuk pertanian. Penegasan kembali tentang potensi dan peluang pemanfaatan lahan rawa lebak sebagai lahan alternatif masa kini dan masa depan diperlukan. Optimalisasi sumberdaya lahan dilakukan dengan menggunakan input/masukan teknologi varietas, pupuk, air, alsintan, managemen budidaya dan kelembagaan yang sesuai, inovatif, terpadu, agribisnis dan berkelanjutan dengan konsep eco-farming estate system.
- ItemPERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Susilawati, Ani; Wahyudi, Erwan; Mailina, Betty; Balai Pengkajian Teknologi PertanianPertanian ramah lingkungan merupakan system pertanian yang mengelola seluruh sumberdaya pertanian dan input usahatani secara bijak, berbasis inovasi teknologi untuk mencapai peningkatan produktivitas berkelanjutan dan secara ekonomi menguntungkan serta diterima secara sosial budaya dan berisiko rendah atau tidak merusak/mengurangi fungsi lingkungan. Lahan rawa pasang surut adalah salah satu lahan sub optimal yang mempunyai potensi dan peran strategis dalam mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan. Peranan yang penting dan strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan sekaligus pengembangan wilayah masih perlu ditingkatkan dengan penerapan teknologi pengelolaan yang tersedia dengan tetap memperhatikan kondisi agroekosistem lahan rawa yang bersifat labil atau rapuh. Penataan lahan, pengelolaan air, pemupukan dan ameliorant, pemilihan varietas, pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan), managemen budidaya serta kelembagaan yang sesuai, inovatif, terpadu, berwawasan agribisnis dan berkelanjutan dengan konsep ecofarming estate system.
- ItemSistem Surjan, Kearifan Budaya Lokal pada Budidaya Jeruk Padi Sawah di Lahan Rawa(Balittra, 2019) Susilawati, Ani; Nursyamsi, Dedi; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPembangunan pertanian ke depan dihadapkan pada beberapa kendala, diantaranya adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Usaha pengembangan pertanian diarahkan pada pemanfaatan lahan marginal seperti lahan pasang surut. Lahan pasang surut mempunyai potensi cukup besar untuk dijadikan lahan pertanian karena sebarannya sangat luas, yaitu diperkirakan sekitar 20,1 juta hektar yang terbentang di sepanjang pantai Sumatera, Kalimantan dan Papua (Widjaja-Adhi et al., 1992). Pengembangan lahan pasang surut menjadi lahan pertanian produktif mendukung pelestarian swasembada pangan, diversifikasi produksi, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja, serta pengembangan agribisnis dan wilayah. Perkembangan budidaya jeruk di lahan rawa semakin meningkat dengan semakin meluasnya lahan rawa yang dibuka untuk areal pertanian. Tanaman jeruk sangat menjanjikan dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan tanaman lainnya. Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang mempunyai peranan penting di pasaran Indonesia, karena produksinya paling tinggi, digemari konsumen dan nilai ekonominya menguntungkan. Jeruk bisa dikonsumsi dalam bentuk buah segar, juga diolah menjadi minuman segar seperti Es Buah dan Juice Jeruk dan hal ini merupakan sumber utama vitamin C yang sangat berperan dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap segar dan bugar.