Browsing by Author "Suryanto, Basuki Rochmat"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Data Isikhnas : Identifikasi Sebaran Straw Sapi di D.I Yogyakarta pada Bulan Januari 2019 dengan Social Network Analysis Menggunakan Program Gephi 09.2(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Suryanto, Basuki Rochmat; Direktorat Kesehatan HewanAnalisis ini bertujuan untuk memberikan data dan informasi bagi dinas yang membidangi produksi peternakan dan produsen straw untuk pemetaan dan perencanaan kebijakan produksi ternak . Hasil analisa social network ini berupa graph yang menggambarkan hubungan antara produsen straw – ID Straw Sapi Pejantan – Inseminator. Metoda analisa dilakukan dengan pengambilan data dari isikhnas root_204 periode Januari 2019, difilter menggunakan pivotableExcell2016 untuk pembuatan data node dan edge, selanjutnya data diolah menggunakan aplikasi gephi. Visualisasi node dan edge merupakan informasi mengenai kuantitas inseminator dalam melakukan IB di wilayah Yogyakarta pada bulan Januari 2019 dan juga menggambarkan mengenai trend kesukaan peternak terhadap straw dari sapi pejantan tertentu. Hasil analisa graph diperoleh data bahwa pada Januari 2019 penggunaan tertinggi dari straw pejantan di kabupaten Gunungkidul adalah straw ID41260, Sleman tertinggi ID61015 , Kulonprogo ID611114 , Bantul ID 60865. Sebaran straw terbanyak untuk wilayah Yogyakarta adalah straw ID61015 ( 12.54 %), ID611114(10.24 %) dan ID60865( 8.7 %). Analisa data Isikhnas dengan SNA ini dapat digunakan untuk : 1. Mengetahui daerah sebaran produk straw dari Balai Inseminasi Buatan. 2. Sebagai data sekunder bagi dinas untuk pemetaan dan perencanaan kebijakan produksi ternak diwilayah Yogyakarta. 3. Pemantauan, pembinaan dan apresiasi terhadap inseminator dalam program peningkatan SDM. 5. Hasil analisa ini dapat juga dijadikan sebagai data awal oleh unit perbibitan , dalam penelusuran kualitas peranakan dari sapi pejantan bibit.
- ItemAnalisa Ekonomi Veteriner Pemeliharaan Ayam Petelur Spesific Antibody Negatif (SAN) Sebagai Penyedia TAB di IKHP BBVet Wates(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Untari, Heni Dwi; Suryanto, Basuki Rochmat; Suprihatin; Poermadjaja, Bagoes; Direktorat Kesehatan HewanInstalasi Kandang Hewan Percobaan (IKHP) Balai Besar Veteriner Wates memelihara ayam petelur dengan tujuan utama memproduksi telur ayam bertunas (TAB) untuk media isolasi virus di laboratorium Virologi. Ayam dipelihara tanpa pemberian vaksin untuk mendapatkan produk telur ayam bertunas Spesific Antibody Negatif (SAN). Penelitian ini bertujuan untuk menilai biaya dan manfaat pemeliharaan ayam petelur di IKHP dibandingkan dengan pengadaan TAB dari pembelian. Variabel yang digunakan adalah input (biaya produksi) dan output (hasil produksi). Variabel operasional dari penelitian ini mencakup analisa produksi, ekonomi veteriner, dari pemeliharaan ayam petelur SAN. Metode yang digunakan adalah metode analisa deskriptif melalui survei dan observasi. Dari hasil kajian ini diketahui bahwa pemeliharaan ayam SAN di BBVet Wates mengalami peningkatan jumlah populasi, tahun 2018 sejumlah 125 ekor dan tahun 2019 menjadi 170 ekor, produksi telur utuh yang dihasilkan rata-rata 1000 butir perbulan. Kesimpulan dari kajian ini bahwa pemeliharaan ayam petelur SAN di IKHP BBVet Wates didapatkan data bahwa angka Break Even Point (BEP) harga telur adalah Rp 13.743.98,- perbutir, nilai ini lebih hemat dan efisien dibandingkan pengadaan telur dari pemasok luar yang berkisar dari Rp 15.000,- untuk telur SAN atau clean egg dan Rp 35.000,- sampai dengan Rp 100.000,- per butir untuk telur SPF (Specific Pathogen Free). Angka R/C Return Cost Ratio didapatkan nilai 1,16 sehingga disarankan pemeliharaan ayam petelur SAN di IKHP BBVet Wates layak untuk tetap dilanjutkan. Pemanfaatan telur SAN dipertimbangkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan laboratorium Virologi BBVet Wates melainkan laboratorium dari instansi lain.
- ItemHasil Investigasi Kasus Kematian dan Penurunan Produksi Telur pada Sentra Peternakan Unggas Komersial di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Tahun 2018(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Wibawa, Hendra; Apriliana, Ully Indah; Dharmawan, Rama; Pratamasari, Dewi; Suryanto, Basuki Rochmat; Susanta, Dwi Hari; Farhani, Nur Rohmi; Suhardi; Sari, Desi Puspita; Kumorowati, Enggar; Poermadjaja, BagoesBerbagai permasalahan pernyakit unggas terjadi pada tahun 2017. Walaupun virus Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) H9N2 berhasil diisolasi dari outbreak penyakit penurunan produksi telur pada peternakan layer di awal 2017, terdapat keraguan apakah kasus ini diakibatkan infeksi tunggal virus H9N2 atau ko-infeksi dengan agen lainnya serta dipengaruhi masalah manajemen peternakan. Selain itu, dilaporkan adanya peningkatan kasus kematian pada broiler sejak pertengahan 2017. Investigasi kasus dilakukan Balai Besar Veteriner Wates dengan tujuan untuk mengetahui distribusi kasus di lapangan, penyebab penyakit, dan faktor resiko yang berkaitan dengan penurunan produksi telur dan kematian pada sentra peternakan unggas komersial di Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Metodologi investigasi meliputi pemilihan daerah berdasarkan laporan kasus dan resiko penyakit di daerah populasi tinggi unggas komersial layer, broiler, dan ayam jawa super di 10 kabupaten (Kendal, Semarang, Karanganyar, Sleman, Bojonegoro, Lamongan, Tulungagung, Blitar, Kediri, dan Malang), pengambilan sampel, wawancara dengan peternak, dan uji laboratorium untuk diagnosis dan deteksi agen penyakit, serta identifikasi faktor resiko dengan pendekatan case-control study. Jumlah peternakan yang disurvei sebanyak 58 peternakan komersial Sektor-3, terdiri dari: 35 peternakan layer (550 ekor), 20 broiler (340 ekor), dan 3 jawa super (45 ekor). Definisi kasus ditetapkan berdasarkan tanda klinis: pada layer adalah penurunan produksi telur > 40% dengan atau tanpa disertai kematian; pada broiler dan jawa super adalah gangguan pernafasan, pencernaan, motorik, atau pertumbuhan diikuti kematian > 10%. Teridentifikasi 27 peternakan kasus (case) dan 31 peternakan non-kasus (control). Kasus pada layer terjadi sejak Maret 2017; kematian sporadik pada broiler terjadi pada Juli, September, Desember 2017 dan Januari 2018; dan kematian pada Jawa super terjadi pada November-Desember 2017. Kasus penurunan produksi telur > 40% ditemukan di semua kabupaten, dimana 14 dari 19 kasus pada layer (73.7%) memiliki tanda klinis gangguan pernafasan dan penurunan produksi. Pada broiler dan jawa super, 6 dari 8 kasus penyakit (75.0%) memiliki tanda klinis berak putih, stunting, kesusahan berjalan, dan kematian. Lebih dari 69% unggas layer menunjukkan respon antibodi tinggi (titer HI > 16) terhadap virus ND, AI subtipe H5 (AI-H5), dan AI subtipe H9 (AI-H9). Sebaliknya, proporsi antibodi tinggi terhadap ND, AI-H5, AIH9 pada unggas broiler dan jawa super bervariasi dari 7-51%. Virus AI-H9 tidak terdeteksi di semua peternakan, tetapi virus AI-H5, virus ND, bakteri Mycoplasma gallisepticum, parasit Eimeria sp., perubahan histopatologis inclusion body hepatitis (IBH), kadar protein kasar yang rendah (<18%), dan kandungan aflatoxin yang tinggi (>50 µg/Kg) berhasil dideteksi dari beberapa peternakan dengan tanda-tanda klinis di atas. Hasil ini mengindikasikan bahwa kasus penyakit pada unggas komersial tidak hanya disebabkan oleh infeksi tunggal agen, tetapi lebih bersifat multifaktor, melibatkan beberapa agen dan dipengaruhi kondisi lingkungan/manajemen peternakan. Investigasi lanjutan diperlukan untuk mengetahui apakah antibodi tinggi terhadap H9 disebabkan kekebalan vaksinasi atau akibat paparan infeksi virus AI H9 lapang. Biosekuriti dan manajemen, termasuk perbaikan mutu pakan dan peningkatan kekebalan unggas melalui vaksinasi, perlu ditingkatkan untuk mencegah kasus serupa di masa mendatang.
- ItemPartial Budget Analysis Rekomendasi Pemberian Premiks pada Sapi Penderita Gangguan Reproduksi di Provinsi DI.Yogyakarta Pasca Program Upsus Siwab(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Suryanto, Basuki Rochmat; Ika, Caecilia; Widyaningsih, Tri; Poermadjaja, BagoesEkonomi dapat memberikan informasi yang akan membantu dalam pengambilan keputusan kesehatan hewan untuk mengalokasikan sumber daya secara efektif. Analisis ekonomi juga memberikan informasi tentang nilai sosial investasi dan memungkinkan diperolehnya informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan ( Roshton, 2017). Partial Budget Analysis merupakan sebuah alat/ model analisis untuk mengukur berbagai perubahan dalam usaha. Kajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang nilai manfaat dan beaya untuk intervensi berupa pemberian premiks dengan kandungan vitamin dan mineral lengkap, sebagai upaya pencegahan gangguan reproduksi pada sapi di wilayah D.I Yogyakarta. Penghitungan Partial Budget Analysis dilakukan dengan menginventarisir berbagai factor yang berkaitan dalam bidang finansial peternakan, antara lain : program pemberian premiks kepada aseptor program gangrep, pendapatan tambahan serta anggaran yang harus dikeluarkan. Parameter yang dinilai adalah Net Present Value ( NPV ), Benefit Cost Ratio ( BCR ) dan Internal Rate Of Return ( IRR ) sebagai nilai kelayakan terhadap intervensi dan investasi yang dilakukan. Pada kajian ini sebagai baseline Partial Budget Analysis adalah Program Penanggulangan Gangguan Reproduksi berupa pemberian premiks,vitamin, hormon dan obat cacing. Apabila program UPSUS SIWAB berhenti maka skenario intervensi dalam kajian ini adalah pemberian premiks sebagai program yang direkomendasikan untuk dilakukan pemerintah daerah. Hasil dari perhitungan dengan metode Partial Budget Analysis didapatkan NPV sebesar Rp 37.154.391.440. BCR sebesar 9.6 dan IRR sebesar 644.72% yang dapat dimaknai bahwa program pemberian premiks dengan kandungan vitamin dan mineral lengkap dapat digunakan sebagai program lanjutan secara mandiri oleh lembaga yang menangani peternakan, setelah program penanggulangan Gangguan Reproduksi berakhir.
- ItemProfil dan Keragaan Ekonomi Usaha Peternakan Babi Swillfeeding di Desa Plesung Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Suryanto, Basuki Rochmat; Sutiyarmo; Direktorat Kesehatan HewanPeternakan babi dengan pemberian pakan sisa atau swillfeeding diketahui berpotensi dalam penularan African Swine Fever( ASF). Alternatif pencegahan yang mungkin dilakukan adalah dengan perebusan atau pemasakan pakan sisa sebelum diberikan pada ternak babi. Sosialisasi perebusan pakan sisa sebelum pemberian kepada babi sudah dilakukan oleh dinas peternakan Kabupaten Karanngyar. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usaha produksi peternakan babi rakyat dengan pemberian pakan sisa di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo . Kajian ini dilakukan dengan metode Convenience menggunakan teknik wawancara dan kuesioner kepada 51 peternak babi Swillfeeding. Dari data wawancara diketahui bahwa sudah ada 1(satu) peternak melakukan perebusan pakan sisa, sedangkan 98% peternak tidak melakukan perebusan/pemasakan pakan sisa. Analisa ekonomi sederhana dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan keuntungan kedua proses tersebut Kedua kelompok peternak swillfeeding tersebut, menunjukkan keuntungan secara finansial. Kinerja finansial usaha peternakan Babi swillfeeding dengan pakan sisa yang dimasak pada periode ke-1 Rp 3.800.00,-periode ke-2 pendapatan sebesar Rp 11.700.000,- apabila peternak yang mendapatkan kayu dari TPA secara gratis, sedangkan apabila kayu dari pembelian di TPA, pendapatan periode ke-2 sebesar Rp 5.300.000,-. Kinerja finansial usaha peternakan Babi swillfeeding dengan pakan sisa yang tidak dimasak yakni pendapatan sebesar Rp. 11.800.000. Penghitungan dilakukan dalam periode pemeliharaan 8 bulan, populasi 40 ekor dan 80 ekor. Usaha peternakan Babi dengan pemberian pakan sisa di Desa Plesungan menunjukkan kinerja finansial yang menguntungkan, ditandai dengan Gross Profit Margin(GPM) bernilai sedang pada pemeliharaan dengan jumlah 80 ekor pada periode ke-2. Kriteria kelayakan usaha kedua proses dengan Net Present Value (NPV) bernilai positif. Perlu disiapkan alternatif kebijakan yang dapat merubah kegiatan peternakan Babi di Plesungan, dari tidak memasak pakan sisa menuju kebiasaan pemasakan pakan sisa sebagai pencegahan penyebaran ASF di Karanganyar. Kebijakan baru tersebut dapat mengacu pada nilai finansial yang hilang apabila pemasakan pakan dilakukan.
- ItemProfiling Peternakan Babi yang Berisiko Tertular Penyakit African Swine Fever di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Wates(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Irianingsih, Sri Handayani; Wibawa, Hendra; Rochmadiyanto; Suryanto, Basuki Rochmat; Direktorat Kesehatan HewanKejadian penyakit African swine fever sejak akhir tahun 2019 di Provinsi Sumatera Utara menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Aspek biosekuriti dan manajemen pemeliharaan ternak merupakan hal penting dalam pemantauan penyakit di daerah berisiko. Tujuan profiling adalah untuk mengetahui profil peternakan babi yang mempunyai risiko tertular penyakit ASF. Profiling peternakan babi telah dilakukan pada 151 peternak babi di 11 kabupaten di 3 provinsi wilayah kerja BBVet Wates pada bulan Januari 2020. Metoda yang digunakan adalah mengisi kuisioner melalui wawancara peternak dan menganalisis data secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa 57% peternak memiliki populasi kurang dari 50 ekor sedangkan populasi lebih dari 1000 ekor hanya 9%. Sebesar 67% peternakan babi di wilayah kerja BBVet Wates menggunakan pakan sisa, dengan 7% merupakan produk babi dan 85% pakan sisa tidak dimasak. Hampir semua peternak menjaga kebersihan kandang, minimal 1 kali sehari sebesar 90%. Sebagian besar peternak belum melakukan penyemprotan kandang menggunakan desinfektan (81%). Sebesar 49% peternak melakukan pembelian bibit ternak dari luar farm, dan 24% yang mempunyai pedagang mensuplai bibit secara rutin. Rerata penjualan babi meningkat pada bulan Desember – Januari dengan daerah pemasaran kota-kota besar. Profil peternakan babi di wilayah kerja BBVet Wates yang menggunakan pakan sisa dan implementasi biosekuriti dalam manajemen pemeliharaan rendah mempunyai risiko tertular penyakit ASF.