Browsing by Author "Surdianto, Yanto"
Now showing 1 - 12 of 12
Results Per Page
Sort Options
- ItemAssessing Opportunities to Increase Yield and Profit in Rainfed Lowland Rice Systems in Indonesia(MDPI, 2021-04-15) Erythrina, Erythrina; Anshori, Arif; Bora, Charles Y.; Dewi, Dina O.; Lestari, Martina Sri; Mustaha, Muhammad A.; Remija, Khadijah E.; Rauf, Abdul W.; Mikasari, Wilda; Surdianto, Yanto; Suriadi, Ahmad; Darwis, Valeriana; Syahbuddin, HarisIn this study, we aimed to improve rice farmers’ productivity and profitability in rainfed lowlands through appropriate crop and nutrient management by closing the rice yield gap during the dry season in the rainfed lowlands of Indonesia. The Integrated Crop Management package, involving recommended practices (RP) from the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD), were compared to the farmers’ current practices at ten farmer-participatory demonstration plots across ten provinces of Indonesia in 2019. The farmers’ practices (FP) usually involved using old varieties in their remaining land and following their existing fertilizer management methods. The results indicate that improved varieties and nutrient best management practices in rice production, along with water reservoir infrastructure and information access, contribute to increasing the productivity and profitability of rice farming. The mean rice yield increased significantly with RP compared with FP by 1.9 t ha 1 (ranges between 1.476 to 2.344 t ha 1 ), and net returns increased, after deducting the cost of fertilizers and machinery used for irrigation supplements, by USD 656 ha (ranges between USD 266.1 to 867.9 ha 1 ) per crop cycle. This represents an exploitable yield gap of 37%. Disaggregated by the wet climate of western Indonesia and eastern Indonesia’s dry climate, the RP increased rice productivity by 1.8 and 2.0 t ha 1 , with an additional net return gain per cycle of USD 600 and 712 ha 1 , respectively. These results suggest that there is considerable potential to increase the rice production output from lowland rainfed rice systems by increasing cropping intensity and productivity. Here, we lay out the potential for site-specific variety and nutrient management 1 with appropriate crop and supplemental irrigation as an ICM package, reducing the yield gap and increasing farmers’ yield and income during the dry season in Indonesia’s rainfed-prone areas.
- ItemIntegrasi Budidaya Padi Sawah Irigasi dengan Itik di Kabupaten Subang(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Nurawan, Agus; Kusyaeri Hamdani, Kiki; Susanto, Heru; Surdianto, Yanto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menjadi salah satu kendala dalam budidaya tanaman padi sawah irigasi. Salah satu cara pengendalian OPT pada budidaya padi sawah irigasi adalah penerapan pertanian terpadu antara tanaman dan ternak seperti sistem integrasi padi-itik. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui peran integrasi padi-itik terhadap pengendalian OPT pada budidaya padi di lahan sawah irigasi. Pengkajian dilaksanakan di wilayah endemik hama keong mas yaitu kelompok tani Sabilulungan, Desa Gunungsari, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang pada bulan April– Desember 2016. Lokasi pengkajian merupakan wilayah endemik hama keong mas Perlakuan terdiri atas: 1) integrasi padi + itik pedaging Serati, 2) integrasi padi + itik petelur, dan 3) padi tanpa itik. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanaman padi yang diintegrasikan dengan itik dapat mengurangi serangan hama khususnya keong mas.Tanaman padi yang diintegrasikan dengan itik pedaging Serati menghasilkan produktivitas padi, pendapatan, dan nilai R/C rasio paling tinggi.
- ItemInventarisasi jenis tanaman sayuran dan pemanfaatannya pada kebun bibit desa di kabupaten ciamis(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Kurnia; Surdianto, Yanto; BPTP Jawa BaratKebun bibit desa (KBD) adalah merupakan tempat yang berfungsi untuk memasok kebutuhan benih tanaman pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Kebun bibit desa ini dikelola oleh kelompok wanita tani (KWT) beserta anggotanya. Kegiatan yang ada di kebun bibit desa diantaranya persemaian, pembumbunan, penyiapan media tanam, pemindahan tanaman ke polibag, pembuatan kompos, pemeliharaan tanaman, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, dan perbanyakan benih. Pengkajian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tanaman yang dimanfaatkan di kebun bibit desa. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Ciamis pada bulan Maret 2015. Pengkajian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa tanaman sayuran buah (46,5%) dan sayuran daun (39,1%) merupakan jenis tanaman yang banyak diproduksi di kebun bibit desa. Tanaman yang diproduksi merupakan tanaman yang banyak perminataan dari anggota kelompok.
- ItemKAJIAN SISTEM INTENSIFIKASI PADI AEROB TERKENDALI BERBASIS BAHAN ORGANIK (IPAT-BO) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungSelama beras masih merupakan sumber pangan pokok masyarakat Indonesia, tidak ada jalan lain yang harus dilakukan oleh pemerintah kedepan dalam upaya meningkatan produktivitas padi adalah penerapan inovasi teknologi, karena luas lahan sawah setiap tahun terus berkurang. Sistem Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Bahan Organik (IPAT-BO) merupakan salah satu inovasi teknologi yang sudah terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi > 50%, yaitu dari 6 t.ha-1 menjadi 9,1 t.ha-1 Gabah Kering Panen (GKP) pada lahan sawah irigasi. Keberhasilan teknologi IPAT-BO pada lahan sawah irigasi diduga dapat diterapkan juga di lahan sawah tadah hujan. Namun demikian, sebelum inovasi teknologi tersebut dikembangkan perlu dilakukan pengkajian. Tujuan pengkajian adalah memperoleh paket teknologi sistem IPAT-BO yang dapat meningkatkan produktivitas padi > 20% di lahan sawah tadah hujan. Penelitian menggunakan pendekatan Penelitian Adaptif di Lahan Petani berorientasi Pengguna (PAOP). Pengkajian dilaksanakan di Desa Sukamulya, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Komponen teknologi yang dikaji meliputi: pemberian jerami padi, pupuk hayati, pupuk anorganik, sistem tanam jajar legowo, dan sistem drainase. Variabel yang diamati/diukur terdiri atas: (1) alisis tanah sebelum dan setelah penelitian; (2) kandungan unsur hara N, P, dan K serta unsur mikro pupuk organik yang dikaji (jerami); (3) jumlah populasi bakteri penambat N pada umur 63 hst; (4) komponen pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah anakan) pada umur 30 hst, 46 hst, dan 60 hst; (5) komponen hasil (jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan bobot 1.000 butir); (6) produktivitas; (7) penggunaan sarana produksi dan curahan tenaga kerja untuk mengetahui biaya input produksi yang digunakan dan (8) Harga gabah pada saat panen. Data komponen pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil dianalisis Uji-t pada taraf 5 % untuk mengetahui tingkat kelayakan teknis penerapan sistem IPAT-BO dengan petani eksisting yang menerapkan pendekatan PTT. Data input produksi dan penerimaan usahatani dianalisis pendapatan usahatani, Benefit Cost Ratio (BCR), dan Marginal Banefit Cost Ratio (MBCR) untuk mengetahui tingkat kelayakan finansialnya. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penerapan sistem IPAT-BO pada pertanaman padi dapat meningkatkan pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil padi dibandingkan dengan PTT pada lahan sawah tadah hujan. Komponen paket teknologi IPAT-BO masih perlu disempurnakan, antara lain bahan/alat yang dapat mengatasi pertumbuhan gulma terutama pada awal pertumbuhan agar produktivitas padi bisa meningkat > 20%. Meskipun penerapan sistem IPATBO baru mampu meningkatkan produktivitas padi sebesar 14,11% namun secara finansial menguntungkan dengan BC Ratio 1,2 dan penambahan satu satuan input teknologi pada sistem IPAT-BO di lahan sawah tadah hujan mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan/keuntungan sebesar 12,06 kali (MBCR = 12,06) dibandingkan dengan PTT.
- ItemPanduan teknis cara membuat arang sekam padi(BPTP Jawa Barat, 2015-04-16) Surdianto, Yanto; Sutrisna, Nana; Basuno; Solihin; BPTP Jawa Barat
- ItemPenerapan inovasi teknologi pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan di kabupaten ciamis(BPTP Jawa Barat, 2017-09-12) Kurnia; Surdianto, Yanto; BPTP Jawa BaratKegiatan pada kawasan rumah pangan lestari sebagian besar merupakan budidaya yang berbasis tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman obat. Untuk mendukung kegiatan tersebut diperlukan inovasi teknologi budidaya sayuran. Berbagai inovasi teknologibaik yang berasal dari Badan Litbang Pertanian maupun pihak lain, bisa digunakan asal sesuai dengan kondisi wilayah tersebut. Identifi kasi dilaksanakan di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Waktu pengkajian yaitu dari bulan April sampai Mei 2015. Hasil identifi kasi menunjukkan bahwa diperlukan inovasi teknologi untuk mendukung kegiatan pemanfaatan pekarangan. Inovasi teknologi budidaya tanaman dari mulai persemaian hingga panen sangat diperlukan oleh anggota KRPL. Teknologi lain yang mendukung kegiatan budidaya seperti pembuatan pupuk organik dan irigasi tetes juga diperlukan
- ItemPengaruh perlakuan jerami dan varietas padi inbrida terhadap emisi gas rumah kaca di lahan sawah irigasi(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Marbun, Oswald; BPTP Jawa BaratSistem budidaya padi yang intensif dapat meningkatkan produktivitas, namun juga dapat memberikan dampak negatif terhadap peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) ti troposfer dalam bentuk gas metan (CH 4) dan dinitrogen oksida (NO). Indonesia adalah penyumbang emisi gas rumah kaca urutan ke-18 dunia. Atas dasar itu, pemerintah Republik Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 26% sampai tahun 2020. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan jerami padi pada beberapa varietas unggul baru terhadap penurunan GRK. Penelitian mengunakan rancangan petak terpisah (split plot design). Petak utama adalah VUB, terdiri atas (1) Inpari 4 (V1), (2) Inpari 14 (V2), dan (3) Mekongga (V). Anak petak adalah teknik pemanfaatan jerami terdiri atas: (1) jerami dikomposan (J1), (2) jerami digelebeg (J23), dan (3) tanpa jerami (J). Jumlah ulangansebanyak 5. Data yang dikumpulkan terdiri atas: emisi GRK (CH4 dan NO), pertumbuhan padi, komponen hasil, dan hasil padi. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis statistik dengan analisis keragaman (Analysis of Varians) yang dilanjutkan dengan uji nilai tengah Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dan perlakuan jerami padi terhadap emisi CH42 baik pada umur 21, 42, dan 87 hst. Pada umur 42 hst perlakuan jerami padi berpengaruh nyata terhadap emisi CH4 . Pada umur 87 hst varietas dan perlakuan jerami masing-masing berpengaruh nyata terhadap emisi CH. Pada umur 110 hst justru varietas berpengaruh nyata terhadap emisi CH. Terjadi interaksi antara varietas dan perlakuan jerami padi terhadap emisi gas NO pada umur 21 hst.
- ItemPengaruh perlakuan jerami terhadap beberapa varietas padi sawah(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Surdianto, Yanto; Sunandar, Nandang; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa BaratPenelitian telah dilaksanakan di Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat, mulai bulan Juli hingga Nopember 2014. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan jerami padi terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan lima ulangan. Sebagai petak utama adalah perlakuan kompos jerami (J) terdiri dari tiga taraf yaitu, (J0) tanpa jerami, (J1) jerami dikomposkan, dan (J2) Jermi padi digelebeg. Sebagai anak petak adalah varietas unggul baru (VUB) terdiri dari tiga taraf yaitu, Inpari-4 (V1), Inpari-14 (V2) dan Mekongga (V3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) varietas padi yang dikaji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman pada pada umur 45 hst dan 87 hst, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 45 hst anakan produktif. Perlakuan jerami J1, memberikan tinggi tanaman tertinggi pada umur 45 hst dan 87 hst, (2) perlakuan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap panjang malai dan jumlah gabah hampa per malai. Perlakuan jerami dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap panjang malai, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai, dan (3) perlakuan jerami dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah isi 1000 butir tetapi berpengaruh nyata terhadap hasil padi.
- ItemPengaruh sistem irigasi berselang dan jarak tanam padi sistem legowo terhadap produktivitas dan emisi gas rumah kaca (grk)(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Marbun, Oswald; BPTP Jawa BaratSistem irigasi berselang dan jarak tanam legowo 2:1 diduga selain dapat meningkatakan produktivitas padi juga dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh sistem irigasi berselang dan jarak tanam legowo 2:1 terhadap produktivitas padi dan emisi GRK gas CH4 (metan). Penelitian mengunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah sitem irigasi berselang (I) terdiri atas: I1 = Irigasi berselang 3 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (3:3); I2 = Irigasi berselang 5 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (5:3); I3 = Irigasi berselang 7 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (7:3). Anak petak adalah jarak tanam legowo 2:1 terdiri atas: L1 = Legowo 2:1 (25,0 x 15,0 x 50,0 cm); L2 = Legowo 2:1 (25,0 x 12,5 x 50,0 cm); L3 = Legowo 2:1 (25,0 x 15,0 x 40,0 cm); dan L4 = Legowo 2:1 (25,0 x 12,5 x 40,0 cm). Data yang dikumpulkan terdiri atas: emisi gas CH4; pertumbuhan padi (tinggi tanaman dan jumlah anakan); bobot 1.000 butir; dan hasil padi. Data dianalisis sidik ragam (Analysis of Varians) yang dilanjutkan dengan uji nilai tengah Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara irigasi berselang dengan jarak tanam legowo 2:1 terhadap emisi gas metan. Sistem irigasi berselang 5 hari digenangi; 3 hari dikeringkan (5:3) dapat menurunkan emisi gas metan dan meningkatkan produktivitas padi sebesar 17,2% dari 5,88 menjadi 6,89 t/ha. Jarak tanam legowo 2:1 yang dapat menurunkan emisi gas metan adalah 25 x 15 x 40 cm sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah 25 x 12,5 x 40 cm, yaitu sebesar 13,6% dari 6,04 menjadi 6,86 t/ha GKG.
- ItemPengembangan aneka produk olahan berbasis ubikayu dan respon petani terhadap pengolahan ubikayu di Kabupaten Bandung “Study Kasus di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat”(BPTP Jawa Barat, 2016-11-11) Rachman, Adetiya; Surdianto, Yanto; Marbun, Oswald; BPTP Jawa BaratUbikayu (Manihot utilissima) merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan setelah padi di Jawa Barat dengan produksi mencapai 2 juta ton per tahun. Produksi ubikayu di Jawa Barat merupakan tanaman pangan terbesar setelah padi, namun kontribusi terhadap pendapatan petani masih rendah. Hal ini antara lain disebabkan rendahnya harga di tingkat petani serta dan belum diterapkan sepenuhnya usaha diversifikasi produk. Pemanfaatan ubikayu hingga saat ini sebagian besar masih terbatas dipasarkan dalam bentuk segar atau diolah menjadi pati/tepung tapioka. Pengolahan tepung tapioka menghasilkan rendemen yang relatif rendah dan permasalahan limbah onggok/ampas yang dihasilkan. Inovasi pengolahan produk ubikayu menjadi tepung mocaf (modified cassava flour) yang menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dengan minim limbah mampu memberikan nilai tambah yang lebih besar sehingga berpotensi meningkatkan pendapatan petani. Teknologi pengolahan mocaf dan produk olahan berbasis ubikayu banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Jawa Barat telah mengembangkan teknologi pengolahan mocaf dan aneka produk olahan berbasis ubikayu yang dilaksanakan di Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pengembangan aneka produk olahan berbasis ubikayu mendapat respon postitf dengan 82,34% petani menyatakan pengolahan ubikayu penting dilakukan dan 94,12% menyatakan ubikayu lebih baik dijual dalam bentuk segar. Bentuk olahan ubikayu telah berkembang dari semula hanya tape menjadi tepung, mie, rasi (beras singkong), kerupuk, kastangel dan brownies kasava. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan aneka olahan ubikayu berkisar antara 225 – 1.562%.
- ItemPetunjuk teknis budidaya padi organik(BPTP Jawa Barat, 2015-07-21) Surdianto, Yanto; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa Barat
- ItemPetunjuk teknis Grand Design Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Padi pada lahan sawah tadah hujan berlereng di Rancakalong, Sumedang(BPTP Jawa Barat, 2015-12-10) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Sadikin, Ikin; BPTP Jawa Barat