Browsing by Author "Supriadi, Handi"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemPedoman Seleksi Blok Penghasil Tinggi dan Pohon Induk Pala(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2010) Supriadi, Handi; EA, M. Hadad; Dani; Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri
- ItemPENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU KAKAO(IAARD Press, 2014) Tjahjana, Bambang; Supriadi, Handi; Rokhmah, Dewi Nur; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianProduktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh kurang sesuainya lahan yang digunakan untuk penanaman kakao. Di samping itu, juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi dan mutu kakao, yaitu genetik, budidaya, dan penanganan pascapanen, serta faktor lingkungan lainnya, yaitu lahan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap produksi dan mutu kakao adalah tanah dan iklim. Faktor tanah meliputi ketinggian tempat, topografi, drainase, jenis tanah, sifat fisik tanah, dan sifat kimia tanah, sedangkan faktor iklim antara lain curah hujan dan suhu. Dalam skala luas, faktor lingkungan ini sulit untuk dimodifikasi sehingga untuk menghindari risiko kerusakan dan kematian maka tanaman kakao dianjurkan ditanam pada lahan yang sesuai. Penanaman kakao dengan memperhatikan kesesuaian lahan juga dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan mutu kakao.
- ItemPERAN BIOMASSA DAN BIOINDUSTRI KAKAO DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM(IAARD Press, 2014) Supriadi, Handi; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPerubahan iklim merupakan fenomena alam yang mempunyai dampak terhadap kehidupan makhluk hidup di bumi, termasuk pada tanaman kakao. Perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu udara, peningkatan kejadian El Nino dan La Nina dan peningkatan tinggi permukaan air laut adalah dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan pertumbuhan dan produksi kakao terhambat. Upaya untuk mengatasi perubahan iklim di antaranya dapat dilakukan melalui pengelolaan biomassa dan penerapan teknologi bioindustri limbah kakao. Tanaman kakao dapat menyerap CO2 dari udara dan menyimpan karbon (biomassa). Limbah kulit buah kakao (KBK) melalui proses bioindustri dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, arang hayati, bioetanol, dan biogas. Produk tersebut selain dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah, juga dapat menambah stok karbon dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Baik biomassa maupun bioindustri, limbah kakao berperan dalam mitigasi perubahan iklim.
- ItemPerbenihan Pala Populasi Ternate 1, Tidore 1 dan Tobelo 1(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2010) Randriani, Enny; Supriadi, Handi; Wahyudi, Agus; EA, M. Hadad; Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri
- ItemPeremajaan Tebang Bertahap Pada Tanaman Karet Rakyat Sebuah Inovasi Alternatif(IIARD Press, 2016) Ferry, Yulius; Supriadi, Handi; Listiaty, Dewi; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang memiliki karakteristik diversifikasi produk yang luas karena dari buahnya dapat dihasilkan bermacammacam produk yang dibutuhkan bagi kepentingan hidup manusia. Dilihat dari gambar pohon industri kakao, buah kakao yang terdiri dari komponen biji, kulit buah, dan pulpa dapat dihasilkan lebih dari sepuluh produk yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis produk sesuai dengan jenis industri yang mengolahnya, seperti industri makanan/minuman, industri farmasi/obat-obatan dan kosmetika, industri kimia, industri pakan ternak, dan industri rumah tangga.
- ItemPlasma Nutfah Dan Penyebaran Kemiri(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Balittri; EA, M. Hadad; Supriadi, Handi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd.) merupakan salah satu tanaman perkebunan rakyat dan tersebar luas di seluruh Nusantara. Kacang (kernel) dari buah kemiri digunakan sebagai bahan makanan, obat tradisional dan kosmetik. Kandungan minyaknya tinggi sekitar 52 %. Pemakaian dalam negeri jauh melebihi ekspor. Tanaman kemiri dibudidayakan pada berbagai tipe tanah, topografi 0‐1200 m dpl dan tipe iklim, mudah tumbuh dan cepat besar. Oleh karena itu digunakan untuk reboisasi, penghijauan, pencegahan erosi dan sebagainya. Panen buah kemiri mudah, dengan mengumpulkan buah yang jatuh sendiri dan petik dengan galah. Pembuahannya menyerbuk silang. Oleh sebab itu perlu dilakukan seleksi pohon induk untuk memperoleh varietas berproduksi dan mutu tinggi. Salah satu masalahnya adalah, belum memiliki varietas unggul, perkecambahan benih yang lambat, teknologi pemecahan kulit biji yang menghasilkan kacang yang utuh dan gangguan benalu.
- ItemProspek Kemiri Sunan sebagai Penghasil Minyak Nabati(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Herman, Maman; Heryana, Nana; Supriadi, Handi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarKemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon, tinggi dapat mencapai 12 – 15 meter dengan diameter batang lebih dari 60 cm dan kanopi yang lebar. Potensi terbesar dari tanaman kemiri sunan terdapat pada buahnya yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji penghasil bahan bakar nabati (BBN) beserta turunan‐turunannya. Kemiri sunan merupakan salah satu jenis menghasilkan biji yang tinggi (20 ‐ 25 ton biji kering/ha/th) tanaman ini tidak bersaing dengan tanaman pangan, mudah dibudidayakan, memiliki fungsi ganda sebagai tanaman konservasi dan penghasil BBN serta memiliki potensi ekonomi yang tinggi.
- ItemQuality Attributes of Arabica Coffee Grown at Three Different Altitudes in Garut(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2016-10-05) Towaha, Juniaty; Purwanto, Eko Heri; Supriadi, Handi
- ItemTeknologi Budi Daya Tanaman Kopi: Aplikasi Pada Perkebunan Rakyat(IAARD Press, 2015) Ferry, Yulius; Supriadi, Handi; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi
- ItemTeknologi Budidaya Tanaman Kopi(IAARD Press, 2018) Supriadi, Handi; Ferry, Yulius; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianBuku teknologi budidaya kopi berusaha menyampaikan teknologi-teknologi yang diperlukan petani dalam memenuhi kebutuhan tuntutan hilirasi tersebut. Dimulai dari pembukaan lahan, penyediaan bahan tanaman, pemeliharaan, dan polatanam, pada 3 jenis kopi, yaitu Robusta, Arabika, dan Liberika. Liberika merupakan jenis kopi yang peminatnya mulai berkembang pesat terutama di Asia Tenggara karena sesuai untuk dikembangkan di daerah rawa dan cocok untuk industri makanan seperti permen. Tanaman kopi telah berkembang sejak ratusan tahun lalu, sebagian besar dikembangkan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat. Kopi merupakan komoditas ekspor yang penting sebagai sumber devisa negara, perkembangan ekonomi daerah, dan pendapatan petani. Walaupun perdagangan kopi selalu mengalami pasang surut baik di pasar dalam negeri maupun dunia, namun peran tanaman kopi masih sangat penting.
- ItemTINJAUAN AGROKLIMAT WILAYAH PENGEMBANGAN DI JAWA BARAT(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Supriadi, Handi; Sasmita, Kurnia Dewi; Usman, Usman; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarKemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan tumbuhan asli Filipina, yang pada saat ini berkembang dengan baik di sejumlah daerah di Indonesia. Belakangan ini kemiri sunan menjadi salah satu komoditi yang menjadi perhatian banyak orang sehubungan dengan bijinya (kernel) yang berpotensi menjadi bahan baku biodesel. Untuk mendapatkan produktivitas tinggi maka dalam pengembangan tanaman harus memperhatikan kesesuaian lahan & iklim. Saat ini daerah pengembangan kemiri sunan di Jawa Barat terdapat di Majalengka, Sumedang dan Garut. Di tiga kabupaten ini tanaman kemiri sunan sudah tumbuh dan berproduksi dengan baik sejak dahulu kala. Sebagai acuan untuk pengembangan kemiri sunan di daerah lain, maka kondisi agroklimat di daerah pengembangan kemiri sunan tersebut harus diketahui. Jenis tanah di daerah pengembangan kemiri sunan didominasi oleh Latosol dengan tekstur halus. Tanaman ini di Jawa Barat telah tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang mempunyai curah hujan tahunan terendah sebesar 2.681 mm di daerah Balubur, Garut dan tertinggi sebesar 4.172 di daerah Maja, Majalengka. Bulan kering (bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm) di daerah pengembangan kemiri Sunan terendah terjadi selama 3 bulan di Cigasong (stasiun Majalengka), Cisitu (stasiun Cibugel) dan Balubur (stasiun Leles), sedangkan tertinggi selama 4 bulan yaitu di Sukahaji dan Maja (stasiun Pasanggrahan) di Majalengka. Umumnya bulan kering terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Suhu udara berkisar antara 24 – 30 0C dan kelembaban udara 71– 88%.