Browsing by Author "Suparwoto"
Now showing 1 - 20 of 28
Results Per Page
Sort Options
- Item2. Uji Adaptasi Galur Padi Pada Lahan Rawa Lebak di Kebun Percobaan Kayuagung Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Suparwoto; Waluyo; Setiawan, Usman; Supartopo; Rumanti, Indrastuti A.; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSalah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian adalah varietas unggul, diantaranya varietas unggul yang adaptif dan berpotensi hasil tinggi di lahan rawa lebak. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan beberapa galur calon varietas yang memiliki potensi hasil tinggi, berpenampilan baik, umur genjah sampai sedang dan adaptif pada lahan rawa lebak. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Kayuagung, Desa Sidakersa, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan pada lebak tengahan, dimulai pada musim kemarau tahun 2013. Galur/varietas yang diteliti sebanyak 12 galur dan 2 varietas sebagai pembanding yaitu : 1) B13135-1-MR-2-KA-1, 2) B13131-9-MR-2, 3) B13133-9- MR-2, 4) B13100-2-MR-3-KY-2, 5) B13134-2-MR-2-KA-8-3, 6) B13134-4-MR1-KA-3-4, 7) B13134-2-MR-2-KA-1-2, 8) B13136-6-MR-2-KA-2-1, 9) B13144- 1-MR-2-KA-2-1, 10) B13100-3-MR-1-KA-2-2, 11) B13100-3-MR-1-KA-2-3, 12) B13100-3-MR-1-KA-2-3, 13) Inpara 3 dan 14) IR 42. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan, luas petak 4 m x 5m, jarak tanam 25 cm x 25 cm, umur bibit 30 HSS, ditanam 2-3 bibit/ rumpun. Pupuk yang digunakan 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 0 hari setelah tanam (HST) dengan takaran 75 kg urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha dan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 75 kg urea/ha, diberikan secara disebar. Pemeliharan tanaman dilakukan secara intensif. Peubah yang diamati adalah : tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi per malai, bobot 1000 butir gabah dan hasil gabah kering giling/petak setelah dihilangkan satu baris pinggir. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa Galur-galur yang mempunyai potensi hasil di atas 2,7 ton/ha yaitu galur B13100-3-MR-1-KA-2-3, B13134-4-MR-1-KA-3-4, B13133-9-MR-2, B13144- 1-MR-2-KA-2-1 dan B13136-6-MR-2-KA-2-1.
- Item3. Pengkajian Varietas Unggul Baru Padi (Inpari) di Lahan Sawah Tadah Hujan, Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Waluyo; Yanter H; Suparwoto; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPengkajian varietas unggul Baru padi (Inpari) di lahan sawah tadah hujan, dengan menggunakan 5 (lima) varietas antara lain: Inpari 1, Inpari 4, Inpari 13, Inpari 14 dan varietas Situbagendit sebagai pembanding, Pengkajian dilakukan secara partisipatif ditanam oleh kelompok tani, dengan luasan 5 hektar dengan jumlah petani 5 orang petani. Masing-masing petani menggunakan satu varietas dengan luas satu hektar. Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan desa Tugu Jaya Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan pada MK 2013. Lokasi dan petani dipilih secara sengaja. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengevaluasi kemampuan adaptasi dan hasil beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) serta kelayakan usahataninya. Bibit yang ditanam berumur 21 hari setelah semai (HSS). Jarak tanam sistem legowo 4:1 (50 cm x 25 cm x 12,5 cm) dan jumlah bibit 2-3 bibit/lubang. Pupuk yang digunakan 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 75 kg KCl/ha serta pupuk organik 500 kg/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 1 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 100 kg urea, 100 kg SP-36 dan 75 kg KCl/ha dan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 100 kg urea/ha. Metoda yang digunakan dengan pengamatan langsung di lapangan (observasi) terhadap varietas unggul yang dikaji. Data yang diperoleh disusun secara tabulasi dan dianalisis dengan uji statistik yaitu uji kesamaan nilai tengah (uji–t). Hasil menunjukkan bahwa lima varietas yang dikaji memiliki pertumbuhan dan produksi yang baik dengan produksi rata-rata 5,8 – 7,8 ton /ha. Teknologi ini secara ekonomi cukup menguntungkan yang diindikasikan oleh nilai B/C ratio lebih besar dari satu dan layak untuk disebarluaskan.
- ItemBUDIDAYA PADI SALIBU MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Suparwoto; Waluyo; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungKeunggulan teknologi salibu dimana umur padi relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena adanya penghematan pada pengolahan tanah, tanam dan penggunaan bibit serta dapat mempertahankan kemurnian benih. Teknologi salibu dapat dilakukan dengan cara memotong batang padi tujuh hari setelah panen dengan ketinggian 2-5 cm di atas permukaan tanah maka tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah, tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama, tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah. Secara ekonomis biaya pengeluaran budidaya padi salibu hanya Rp 7.224.000/ha lebih kecil dari budidaya padi tanam pindah (Rp 8.800.000/ha) sehingga keuntungan yang diperoleh dari budidaya padi salibu Rp 17.096.000/ha lebih besar daripada budidaya padi tanam pindah (12.100.000). Adapun tujuan sistem tanam Salibu untuk meningkatkan indeks pertanaman karena waktu tanam yang pendek dan hasil tinggi dan menghemat biaya operasional penanaman karena tidak lagi memerlukan benih baru dan tidak melalui proses persemaian, pengolahan lahan dan penanaman.
- ItemEvaluasi Terhadap Penanaman Padi Vaarietas Batang Hari Dan Sei Lalan Pada Rawa Lebak Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2005) Yanter Hutapea; Suparwoto; Dedeh Hadiyanti; BPTP JambiEvaluation for Batang Hari and Sei Lalan Variety Cultrivation at Swampy Area in South Sumatera. Swampy area has a high potency to produce rice in order to support food sufficiency and security, farmer's income and welfare. The introduction of Batang Hari and Sei Lalan variety at Swampy area has been conducted in Tanjung Menang village, Kota Kayu Agung Sub District, Ogan Konmering Ilir District in 2022 during the dry season.
- ItemIdentifikasi Dan Karakterisasi Genangan Rawa Lebak Dalam Penentuan Masa Tanam Padi Di Daerah Organ Komering Ilir Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2005) Waluyo; Suparwoto; Jumakir; BPTP JambiTelah dilakukan penelitian lahan non pasang surut (lebak) seluas 100 ha, di daerah Tanjung Alai Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Penelitian meliputi jenis, sifat serta karakteristik lahan rawa lebak, terutama zonifikasi jenis lebak, lama dan tinggi genangan yang menentukan pembagian jenis lebak, fluktuasi tinggi genangan, penentuan masa tanam untuk tanaman padi, pengembangan pola tanam dan alternatif penggunaan lainnya.
- ItemKAJIAN BEBERAPA SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN IRIGASI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Waluyo; Suparwoto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungPengkajian dilaksanakan di Desa Tulus Ayu, Kecamatan Buay Madang Raya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Provinsi Sumatera Selatan pada musim kemarau (MK) 2015. Kegiatan pengkajian dilaksanakan pada lahan petani (on farm research) bekerja sama dengan petani sebagai menyediakan lahan pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten OKUT, BPP, PPL dan BPTP sebagai pemandu teknologi. Teknologi utama yang dikaji adalah benih unggul Inpari 6, penanaman sistem tanam jajar legowo 2:1; 3:1 dan legowo 4:1 (introduksi) serta cara penanaman konvensional petani sistem tegel (25 cm x 25 cm) dengan luas tanam 4 ha. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pada berbagai sistem tanam jajar legowo dalam peningkatan produktivitas dan pendapatan petani di lahan sawah irigasi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo 2:1 memberikan produktivitas yang lebih baik dibanding sistem tanam legowo 3:1; legowa 4:1 dan tegel, masing-masing 8,5 t/ha; 7,8 t/ha; 7,6 t/ha dan 6,9 t/ha. Penerapan sistem legowo meningkatkan produksi padi sebesar 1,0 – 1,6 t/ha dibanding dengan sistem tanam tegel. Secara ekonomis sistem tanam legowo 2:1 dengan B/C ratio > 1,0 dan sistem tanam tersebut layak dikembangkan dalam skala yang lebih luas.
- ItemKAJIAN PEMUPUKAN DUA VARIETAS KENTANG DI PAGAR ALAM SUMATERA SELATAN(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Hadianti, Dedeh; Suparwoto; BPTP JambiKajian dilaksanakan di Desa Tanjung Keling, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam Sumatera Selatan terletak pada ketinggian 1.137 m dpl, dimulai pada bulan Mei sampai September 2014. Tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi kentang pada tiga dosis pemupukan. Metode yang digunakan adalah kajian pengamatan di lapangan. Varietas yang digunakan yaitu varietas Granola dan varietas Merbabu-17 dengan perlakuan tiga dosis pupukanjuran yaitu A (100%), B (50%) dan C (25%) dari dosis anjuran (300 kg urea/ha; 400 kg SP-36/ha; 200 kg KCl/ha dan 500 kg NPK/ha). Parameter yang dikumpulkan meliputi: tinggi tanaman, jumlah cabang, berat dan jumlah umbi kentang per tanaman.Data dianalisis disusun secara tabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman varietas Merbabu-17 pada perlakuan A (100% pupuk), B (50% pupuk) dan C (25% pupuk) lebih tinggi dibanding varietas Granola, baik pada umur 30 maupun 60 hari setelah tanam. Berat umbi kentang varietas Merbabu-17 per tanaman pada perlakuan B (0,88 kg atau setara 22 t/ha) dan C (0,76 kg atau setara 19 t/ha) lebih rendah dibanding perlakuan A (1,08 kg atau setara 27 t/ha). Sedangkan rata-rata berat umbi kentang varietas Granola per tanaman pada perlakuan B (0,65 kg atau setara 16,25 t/ha) lebih tinggi dibanding perlakuan A (0,63 kg atau setara 15,75 t/ha) dan C (0,46 kg atau setara 11,50 t/ha). Pertumbuhan vegetatif maupun produksi varietas Merbabu-17 lebih tinggi daripada varietas Granola.
- ItemKarakterisasi Tanaman Duku di Sentra Produksi Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2003) Suparwoto; Hutapea, Yanter; Waluyo; Hidayanti, Dedeh; BPTP JambiTanaman duku (Lansium domesticum Corr.) merupakan salah satu komoditas unggulan dan spesifik daerah Sumatera Selatan. Kabupaten OKU merupakan salah satu sentra produksi duku yang dikenal duku Komering atau Palembang dengan produktivitas rata-rata 7, 10 ton.ha.
- ItemKarakteristik Pengusahaan Duku Di Sentra Produksi Provinsi Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2005) Suparwoto; Yanter Hutapea; Jumakir; BPTP JambiSumatera Selatan merupakan daerah penghasil duku yang terkenal dengan nama duku Palembang dimana buahnya mengandung cita rasa yang khas dan merupakan juga sumber penghasilan bagi petani. Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai kondisi dan pengelolaan tanaman duku di Sumatera Selatan khususnya di sentra produksi.
- ItemKarakteristikan Potensi Lahan Rawa Lebak Untuk Pengembangan Pertanian di Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2008) Waluyo; Suparwoto; Subowo; Jumakir; BPTP JambiDalam rangka mendukung pengembangan lahan rawa lebak di Sumatera Selatan, diperlukan informasi mengenai karakteristik dan potensi lahan rawa lebak, yaitu daya dukung tanah sesuai tipologi lahan, pola genangan air yang sangat mempengaruhi terhadap pola penggunaan lahan rawa lebak, dan sosial ekonomi. Lahan rawa lebak dapat dikelompokkan kedalam Grup landform, yaitu : Tanggul sungai dan Rawa belakang/”back swamps” yang mempunyai bentuk wilayah datar (lereng 0-1%). Berdasarkan lama dan ketinggian genangan air tipologi lahan rawa lebak dibedakan menjadi tiga kategori yaitu lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak dalam.
- ItemKeragaan Pertumbuhan Dan Hasil Padi Varietas Lokal Di Rawa Lebak Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2005) Suparwoto; Waluyo; Dedeh Hadiyanti; BPTP JambiLahan rawa lebak merupakan potensi sebagai penyangga pangan khususnya di Sumatera Selatan. Salah satu kekayaannya adalah plasma nutfah padi varietas lokal yang sangat dibutuhkan sebagai bahan pembentukan padi varietas unggul baru rawa lebak. Dengan beragamnya varietas tersebut maka dianggap perlu untuk meneliti pertumbuhan dan potensi hasilnya.
- ItemKeragaan Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Unggul Baru Tanaman Padi Di Lahan Rawa Lebak Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2018) Suparwoto; Waluyo; Priatna Sasmita; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pengkajian dilaksanakan di Desa Serijabo, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dimulai pada musim kemarau tahun 2017. Varietas yang diperagakan 4 VUB dan 2 varietas pembanding yaitu Mekongga dan IR 42. Tujuan pengkajian untuk mendapatkan informasi pertumbuhan dan produksi beberapa varietas Inpari yang adaptif dan memiliki produksi tinggi di lahan rawa lebak. Pengkajian dirancangan dengan metoda observasi, dengan luasan satu ha, jarak tanam legowo 2:1 (50x25x12,5 cm), umur bibit 35 hari setelah semai, 2-3 bibit/lubang. Dosis Pupuk yang digunakan adalah 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai dan hasil gabah per ha. Data yang diperoleh disusun secara tabulasi dan dianalisis dengan uji statistik yaitu uji kesamaan nilai tengah (uji–t). Hasil menunjukkan bahwa tinggi tanaman dari varietas yang diperagakan tergolong rendah dengan jumlah anakan produktif tergolong sedang. Inpari 9, Inpari 30, Inpari 33 dan Inpara 4 dapat beradaptasi baik di rawa lebak tengahan dengan produksi 6,3-8,0 ton gkp/ha lebih tinggi dari IR 42 sebagai varietas pembanding.
- ItemKeragaan Varietas Inpari di Rawa Lebak Tengahan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Waluyo; SuparwotoTujuan penelitian ini adalah untuk mengenalkan varietas Inpari kepada masyarakat atau petani di lahan rawa lebak. Penelitian dilaksanakan di Desa Kotadaro 2, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan pada agroekosistem rawa lebak tengahan pada musim kemarau 2014. Sebanyak empat varietas unggul baru padi digunakan dalam penelitian yaitu Inpari 13, Inpari 4, Inpari 6 dan Inpari 1. Persemaian dilakukan dengan sistem dua kali pindah. Bibit ditanam pada umur 30-35 hari setelah semai (HSS) menggunakan sistem legowo 4:1 (50 x 25 x 12,5 cm) dengan jumlah bibit 2-3 bibit/lubang. Hasil penelitian menunjukkan Inpari 6, Inpari 4, Inpari 1 dan Inpari 13 menghasilkan gabah kering masing-masing sebesar 7,7 ton gkp/ha, 7,4 ton gkp/ha, 6,6 ton gkp/ha dan 6,1 ton gkp/ha.
- ItemKeragaan Varietas Jagung Hibrida di Lahan Kering Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Suparwoto; Waluyo; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianJagung merupakan komoditas yang strategis setelah padi. Sayangnya, produksi jagung nasional belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan, salah satunya melalui pengembangan varietas jagung hibrida. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh varietas jagung hibrida yang adaptif, dengan pertumbuhan yang baik, serta potensi hasil tinggi di lahan kering Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Lokasi kajian adalah lahan kering di Desa Tanjung Seteko. Lahan yang digunakan seluas 1 ha dengan melibatkan 2 petani kooperator. Kajian dimulai dari bulan Februari hingga September 2018. Penentuan lokasi dan kooperator berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ogan Ilir. Dalam kajian ini digunakan 4 varietas jagung hibrida, yaitu: Bima-10, Bima-20, NASA29 yang merupakan varietas yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian, dan Pioneer-21 yang merupakan produksi perusahaan swasta digunakan sebagai pembanding. Hasil kajian menunjukkan bahwa semua jagung hibrida yang diuji tidak menunjukkan perbedaan nyata untuk diameter tongkol dan berat pipilan kering, namun terdapat perbedaan untuk tinggi tanaman, panjang tongkol dan hasil produksi. Bima-10 menghasilkan produksi yang dari Bima-20 dan NASA-29, tetapi tidak berbeda nyata dengan Pioneer-21.
- ItemPeluang dan Kendala Pengembangan Padi Air Dalam di Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2003) Waluyo; Suparwoto; Jumakir; BPTP JambiTelah dilakukan penelitian pengembangan padi air dalam (padi salah tahun) di lahan rawa lebak. Budidaya padi air dalam secara teknis dapat dilaksanakan dan secara ekonomis menguntungkan.
- ItemPemanfaatan lahan rawa untuk budidaya anggur(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, 2006) Subowo; Suparwoto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
- ItemPenampilan Varietas Padi Inpari 33 dengan Teknologi Jarwo Super di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Sumatera Selatan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Waluyo; Suparwoto; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPeningkatan produktivitas padi terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan teknologi jajar legowo super (Jarwo Super) dengan skala yang luas. Tujuan dari pengkajian ini adalah meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta memberikan memanfaatkan untuk mengembangkan inovasi yang telah dihasilkan Balitbangtan, serta menggali potensi dari komponen teknologi jarwo super yang mampu menekan kendala yang menjadi faktor pembatas dalam usahatani padi di lahan sawah. Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Ulak Agung Ilir Kecamatan Muara Dua Kisam Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan pada MK mulai Juni sampai November 2017. Lahan yang digunakan adalah milik petani terdiri dari 50 petani dari Kelompok Pengambatan dan Panca Makmur, dengan luas 50 hektar. Lokasi dipilih secara purposive yang dianggap representatif yaitu mewakili keragaan Jarwo Super dan relatif mudah diakses. Responden di desa diambil secara acak dari petani pelaksana Jarwo Super. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Keunggulan budidaya padi Jarwo Super diketahui dengan menghitung efisiensi (B/C). Hasil produktivitas VUB padi melalui penerapan teknologi Jarwo Super meningkatkan hasil secara nyata diatas teknologi eksisting (7,0t/ha), peningkatan hasil padi Inpari Inpari 33 sebesar 30,2 %, dibandingkan dengan varietas Ciherang dengan hasil mencapai 9,45 t/ha, Penerapan inovasi teknologi Jarwo Super dalam usahatani padi di lahan irigasi secara ekonomi mendapat keuntungan sebesar Rp 23.400.000,- sedangkan teknologi non Jarwo Super sebesar Rp 16.750.000,ha /musim dengan nilai B/C > 1.
- ItemPendapatan Usahatani Menggunakan Varietas Unggul Baru Padi (Inpari) Di Lahan Irigasi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Waluyo; Suparwoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Keberhasilan budidaya tanaman padi tidak hanya ditentukan oleh pemilihan varietas yang tepat, tetapi kesesuaian terhadap faktor lingkungan merupakan penentu utama dalam meningkatkan produktivitasnya dan pendapatan petani. Varietas unggul baru sangat besar dalam usaha peningkatan produksi padi nasional. Padi varietas unggul baru (VUB) merupakan salah satu paket teknologi yang nyata dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani khususnya. Selama ini padi sawah varietas Ciherang ditanam secara terus menerus di kabupaten OKU Timur. Penanaman suatu varietas tertentu secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan hasil. Pengkajian keragaan varietas unggul baru (VUB), dan sebagai pembanding varietas Ciherang telah dilakukan di lahan sawah irigasi desa Tulus Ayu Kecamatan Belitang Madang Raya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), provinsi Sumatera Selatan, pada musim gadu 2015. Pengkajian dilakukan secara partisipatif, di lahan sawah petani seluas 2 hektar pada hamparan 50 hektar. Tiga varietas unggul baru (VUB), yang ditanam dan dikelola melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu(PTT), dengan menerapkan komponen benih berkualitas, bibit muda umur < 21 hari, jumlah bibit 1-2 bibit/lubang, tanam legowo 4:1, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Tujuan pengkajian adalah mengetahui peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani melalui penampilan beberapa varietas unggul baru (VUB) varietas Inpari dibandingkan dengan varietas yang digunakan oleh petani di lahan irigasi. Variabel hasil dan komponen hasil diamati saat panen, dianalisis dan dibandingkan terhadap hasil varietas Ciherang yang diproduksi petani disekitar pengkajian. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata hasil gabah yang diperoleh varietas Inpari 6, Inpari 22, Inpari 30, dan varietas Ciherang berturut-turut sebesar sebesar 7,5 t/ha; 7,0 t/ha; 7,3 t/ha dan 6,6 t/ha. Dibanding varietas Ciherang, produksi varietas unggul yang diuji meningkat lebih 10%, sementara keuntungan usahatani juga meningkat sekitar 15%. Berdasarkan hasil pengkajian ini terlihat bahwa produksi ketiga varietas Inpari 6, Inpari 22, dan Inpari 30, layak untuk dikembangkan di desa Tulus Ayu Kecamatan Belitang Madang Raya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatera Selatan.
- ItemPendapatan Usahatani Menggunakan Varietas Unggul Baru Padi (Inpari) Di Lahan Irigasi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Waluyo; Suparwoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Keberhasilan budidaya tanaman padi tidak hanya ditentukan oleh pemilihan varietas yang tepat, tetapi kesesuaian terhadap faktor lingkungan merupakan penentu utama dalam meningkatkan produktivitasnya dan pendapatan petani. Varietas unggul baru sangat besar dalam usaha peningkatan produksi padi nasional. Padi varietas unggul baru (VUB) merupakan salah satu paket teknologi yang nyata dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani khususnya. Selama ini padi sawah varietas Ciherang ditanam secara terus menerus di kabupaten OKU Timur. Penanaman suatu varietas tertentu secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan hasil. Pengkajian keragaan varietas unggul baru (VUB), dan sebagai pembanding varietas Ciherang telah dilakukan di lahan sawah irigasi desa Tulus Ayu Kecamatan Belitang Madang Raya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), provinsi Sumatera Selatan, pada musim gadu 2015. Pengkajian dilakukan secara partisipatif, di lahan sawah petani seluas 2 hektar pada hamparan 50 hektar. Tiga varietas unggul baru (VUB), yang ditanam dan dikelola melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu(PTT), dengan menerapkan komponen benih berkualitas, bibit muda umur < 21 hari, jumlah bibit 1-2 bibit /lubang, tanam legowo 4:1, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Tujuan pengkajian adalah mengetahui peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani melalui penampilan beberapa varietas unggul baru (VUB) varietas Inpari dibandingkan dengan varietas yang digunakan oleh petani di lahan irigasi. Variabel hasil dan komponen hasil diamati saat panen, dianalisis dan dibandingkan terhadap hasil varietas Ciherang yang diproduksi petani disekitar pengkajian. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata hasil gabah yang diperoleh varietas Inpari 6, Inpari 22, Inpari 30, dan varietas Ciherang berturut-turut sebesar sebesar 7,5 t/ha; 7,0 t/ha; 7,3 t/ha dan 6,6 t/ha. Dibanding varietas Ciherang, produksi varietas unggul yang diuji meningkat lebih 10%, sementara keuntungan usahatani juga meningkat sekitar 15%. Berdasarkan hasil pengkajian ini terlihat bahwa produksi ketiga varietas Inpari 6, Inpari 22, dan Inpari 30, layak untuk dikembangkan di desa Tulus Ayu Kecamatan Belitang Madang Raya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatera Selatan.
- ItemPengakjian Lahan Rawa Lebak Dengan Penerapan Teknologi Sistem Usahatani Terpadu Di Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2005) Waluyo; Suparwoto; I.W Supartha; Jumakir; BPTP JambiLahan rawa lebak merupakan lahan marjinal yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan di Sumatera Selatan, tetapi baru sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian