Browsing by Author "Supartopo"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
- Item2. Uji Adaptasi Galur Padi Pada Lahan Rawa Lebak di Kebun Percobaan Kayuagung Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Suparwoto; Waluyo; Setiawan, Usman; Supartopo; Rumanti, Indrastuti A.; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSalah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian adalah varietas unggul, diantaranya varietas unggul yang adaptif dan berpotensi hasil tinggi di lahan rawa lebak. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan beberapa galur calon varietas yang memiliki potensi hasil tinggi, berpenampilan baik, umur genjah sampai sedang dan adaptif pada lahan rawa lebak. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Kayuagung, Desa Sidakersa, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan pada lebak tengahan, dimulai pada musim kemarau tahun 2013. Galur/varietas yang diteliti sebanyak 12 galur dan 2 varietas sebagai pembanding yaitu : 1) B13135-1-MR-2-KA-1, 2) B13131-9-MR-2, 3) B13133-9- MR-2, 4) B13100-2-MR-3-KY-2, 5) B13134-2-MR-2-KA-8-3, 6) B13134-4-MR1-KA-3-4, 7) B13134-2-MR-2-KA-1-2, 8) B13136-6-MR-2-KA-2-1, 9) B13144- 1-MR-2-KA-2-1, 10) B13100-3-MR-1-KA-2-2, 11) B13100-3-MR-1-KA-2-3, 12) B13100-3-MR-1-KA-2-3, 13) Inpara 3 dan 14) IR 42. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan, luas petak 4 m x 5m, jarak tanam 25 cm x 25 cm, umur bibit 30 HSS, ditanam 2-3 bibit/ rumpun. Pupuk yang digunakan 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 0 hari setelah tanam (HST) dengan takaran 75 kg urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha dan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 75 kg urea/ha, diberikan secara disebar. Pemeliharan tanaman dilakukan secara intensif. Peubah yang diamati adalah : tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi per malai, bobot 1000 butir gabah dan hasil gabah kering giling/petak setelah dihilangkan satu baris pinggir. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa Galur-galur yang mempunyai potensi hasil di atas 2,7 ton/ha yaitu galur B13100-3-MR-1-KA-2-3, B13134-4-MR-1-KA-3-4, B13133-9-MR-2, B13144- 1-MR-2-KA-2-1 dan B13136-6-MR-2-KA-2-1.
- ItemAdaptabilitas dan Stabilitas Hasil Galur-galur Harapan Padi Gogo(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Yullianida; Supartopo; E. S. Mulyaningsih; Suwarno; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiInteraksi genotipe dengan lingkungan seringkali menimbulkan kesulitan dalam pemilihan genotipe unggul dari suatu pengujian pada kisaran lingkungan yang luas. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi adaptabilitas dan stabilitas galur harapan padi gogo. Sebanyak 12 galur harapan padi gogo dan dua varietas pembanding Situpatenggang dan Limboto diuji multilokasi selama tiga musim pada tahun 2011-2013 di 16 lingkungan berbeda yang tersebar di tiga propinsi sentra penanaman padi gogo, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Lampung. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Uji adaptabilitas dan stabilitas hasil menggunakan metode analisis Finlay-Wilkinson dan AMMI. Hasil penelitian menunjukkan interaksi genotipe dengan lingkungan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil galur-galur harapan padi gogo. Uji adaptabilitas dan stabilitas menunjukkan dua galur memiliki βi tidak berbeda nyata dengan 1.00 dan mampu beradaptasi di lingkungan suboptimal (βi<1.0), yaitu IR79971-B-110-B-B (βi=0.92) dan B11930F-TB-2 (βi=0.93). Dua galur dan satu varietas pembanding teridentifi kasi memiliki βi tidak berbeda nyata dengan 1.00 dan memiliki stabilitas diatas rata-rata (βi>1.0) yang artinya hanya beradaptasi baik pada lingkungan yang optimal atau subur, yaitu IR79971-B-127- B-B (βi=1.07), B12825E-TB-2-12-4 (βi=1.02) dan Situpatenggang (βi=1.01), sedangkan sembilan genotipe lainnya memiliki koefi sien regresi (βi) berbeda nyata dengan 1.00, berarti genotipe tersebut tidak stabil. Pada biplot hasil AMMI tergambar bahwa genotipe yang tidak stabil berada jauh dari sumbu utama maupun garis lingkungan spesifi k. Rata-rata hasil pada uji multilokasi di total 16 lingkungan adalah sebesar 3.71 t/ha dan dari 14 genotipe yang diuji terdapat tujuh genotipe dengan daya hasil di atas rata-rata. Galur B11930F-TB-2 memiliki hasil sama dengan hasil rata-rata populasi, yaitu 3.71 t/ha dan memiliki βi mendekati 1 (0.93), sehingga teridentifi kasi dapat beradaptasi di lingkungan suboptimal. Sedangkan galur yang memiliki hasil tertinggi, yaitu B12151D-MR-11 (4.11 t/ ha) teridentifi kasi tidak stabil karena memiliki nilai βi berbeda nyata dengan 1.00 (βi = 1.29*).
- ItemGalur Harapan Padi Untuk Lahan Rawa dan Rawan Banjir(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Supartopo; Hairmansis, Aris; Kustianto, BambangAbstract The Promising Rice Lines of Swampy and Flood Prone Area. Swampy and flood prone areas available in Indonesia are pretty wide and when utilized for growing rice, it may contribute meaningfully to the availability of rice in the country. From 2008 to 2009, a total of 9 genotypes and 3 check varieties have been tested in Karang-Agung (South Sumatera), Indramayu (West Java), Cilacap, Kebumen, and Purworejo (Central Java), as well as in Bojonegoro (East Java). The trials were arranged in a randomized complete block design with four replications. The seedlings of 21-25 days of age and 2-3 seedlings per hill were transplanted into plots of 5 m x 4 m in size, with the planting space of 25 cm x 25 cm. The rice crops were fertilized with urea, TSP, and KCI at the rates of 150, 100, and 100 kg/ha, respectively. Results of the trials indicated that the genotype BP1027-F-PN-1-2-1-KN-MR-3-3 yielded the highest (5.87 t/ha) while the three check varieties IR42, Batanghari, and IR64 produced 5.17, 5.81, and 4.99 t/ha, respectively. Three breeding lines, B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1, TOX4136-5-1-1-KY-3, and B11586F-MR-11-2-2 yielded higher than IR42, i.e. 5.50. 5.25, and 5.21 t/ha, respectively. One line, BP367E-MR-42-4-PN-3-MR-4 yielded 5.16 t/ha, higher than that of IR64. The line BP1027-F-PN-1-2-1-KN-MR-3-3 had 66% rough rice, 94% head rice, good rice texture and eating quality, 24.43% amylose content, long grain, small chalkiness, medium rice shape and resistant to three blast races. The breeding line of B11586F-MR-11-2-3 was resistant to rice tungro virus in Karang Agung. Abstrak Lahan rawa dan lahan rawan banjir yang tersedia di Indonesia sangat luas. Oleh karena itu, perlu dimanfaatkan untuk membantu mencukupi kebutuhan beras yang secara nasional terus meningkat. Pada tahun 2008 dan 2009 telah dilakukan pengujian sebanyak sembilan galur dan tiga varietas pembanding di daerah Karang Agung (Sumatera Selatan), Indramayu (Jawa Barat), Kebumen, Cilacap, dan Purworejo (Jawa Tengah) serta Bojonegoro (Jawa Timur). Percobaan dilakukan dalam rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Bibit umur 21 hari ditanam 2-3 bibit/lubang dalam petak berukuran 4 m x 5 m dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Pertanaman dipupuk dengan urea, TSP, dan KCl dengan dosis berturut-turut 150 kg/ha, 100 kg/ha, dan 100 kg/ha. Hasil pengujian ini menunjukkan bähwa galur BP1027F-PN-1-2-1-KN-MR-3-3 menghasilkan gabah tertinggi sebesar 5,87 t/ha, sedangkan varietas pembanding IR42, Batanghari, dan IR64 berturut-turut menghasilkan 5,17 t/ha, 5,81 t/ha, dan 4,99 t/ha. Tiga galur yang hasilnya lebih tinggi dari varietas IR42 adalah B10891B-MR-3-KN-4-1-1-MR-1 (5,50 t/ha), TOX4136-5-1-1-KY-3 (5,25 t/ha), dan B11586F-MR-11-2-2 (5,21 t/ha). Satu galur, BP367E-MR-42-4-PN-3-MR-4 menghasilkan gabah sebesar 5,16 t/ha, hasil ini lebih tinggi dari hasil varietas pembanding IR64. Galur BP1027F-PN-1-2-1-KN-MR-3-3 memiliki rendemen beras pecah kulit 66%, beras kepala 94%, tekstur nasi sedang dengan rasa nasi enak, kandungan amilosa 24,43%, ukuran beras panjang, pengapuran sedikit, bentuk beras medium, dan tahan terhadap tiga ras penyakit blas. Galur B11586F-MR-11-2-3 tergolong tahan terhadap virus tungro di Karang Agung.
- ItemKeragaan Galur dan Varietas Padi Gogo Sebagai Tanaman Tumpangsari Hutan Jati Muda di Blora dan Indramayu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Lalu Muhamad Zarwazi; Widyantoro; Supartopo; Husin M. TohaAbstract Performance of Upland Rice Lines and Upland Rice Varieties as an Interculture at Young Teak Forest in Blora and Indramayu. There were about 55.6 million hectares of dry land available in Indonesia which can be utilized as an alternative of improving rice production in the country. One of the dry land available was those covered with young, forest plants in which rice crops still possible to be grown with considerable yield production. The experiment has been conducted at Ngliron Village, Randublatung Sub-district, Blora District, Central Java and at Bantarwaru Village, Gantar Sub-district, Indramayu District, West Java, during the WS of 2008/2009. The rice genotypes tested in Blora were TB409B-TB-14-3, B11602E-MR-1-2, and BP1351D-1-2-PK-3-1, while in Indramayu were TB490C-TB-1-21-MR-1-1, TB490C-TB-1-2-1, and TB409B-TB-14-3. In both locations, three rice varieties, Batutegi, Limboto, and Situ Patenggang, were grown as check. The trials were arranged in a Randomized Complete Design, with rice genotypes as the trial. Results of the trials indicated that the average yield of upland rice genotypes harvested were 4.21 t/ha of dry crop grains (DCG) or 3.941 kg/ha of dry milled grains (DMG) in Indramayu and 5.03 t/ha (DCG) or 4.56 t/ha (DMG) in Blora. In Indramayu, the lines of TB490C-TB-1-21-MR-1-1, TB490C-TB-1-2-1, dan TB409B-TB-14-3 yielded 4.81, 4.73, and 4.62 t/ha, respectively. In Blora, the lines of TB409B-TB-14-3, B11602E-MR-1-2, and BP1351D-1-2-PK-3-1 yielded 5.32, 5.26, and 4.99 t/ha, respectively. In both locations, the check varieties yielded lower than the tested genotypes. Abstrak Lahan kering yang tersedia untuk perluasan areal pertanian di Indonesia ada sekitar 22,4 juta ha. Areal ini perlu segera dimanfaatkan untuk meningkatkan cadangan pangan yang makin sulit dicapai. Salah satu lahan kering yang perlu lebih dimanfaatkan adalah lahan kosong di bawah tegakan tanaman perkebunan dan hutan tanaman industri (HTI) muda. Percobaan keragaan galur harapan dan varietas padi gogo sebagai tanaman tumpangsari hutan jati muda telah dilakukan di Desa Ngliron (Blora) dan Desa Bantarwara (Indramayu) pada MH 2008/2009. Percobaan dirancang mengacu pada pola rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri atas 17 galur harapan dan 3 varietas (limboto, Batutegi dan Situ Patenggang) sebagai pemlading. Hasil percobaan menunjukkan bahwa produksi rata-rata galur dan varietas padi gogo di dua lokasi masing-masing adalah: 3,94 t/ha GKG di Indramayu dan 4,56 t/ha GKG di Blora. Hasil yang tinggi pada lokasi Indramayu dicapai oleh galur-galur: TB490C-TB-1-21-MR-1-1, TB490C-TB-1-2-1, dan TB409B-TB-14-3 masing-masing mencapai 4,81; 4,73 dan 4,62 t/ha GKG. Varietas pembanding Batutegi. Limboto, dan Situ Patenggang berturut-turut menghasilkan 4,53; 4,48 dan 4,19 t/ha GKG. Hasil yang tinggi pada lokasi Blora dicapai oleh galur; TB409B-TB-14-3; B11602E-MR-1-2 dan BP1351D-1-2-PK-3-1 masing-masing mencapai: 5,32; 5,26 dan 4,99 t/ha GKG. Sementara tiga varietas pembanding, yaitu Batutegi, Limboto, dan Situ Patenggang masing-masing mencapai: 5,10; 4,33 dan 4,15 t/ha GKG.
- ItemKetahanan Galur Padi Rawa Terhadap Wereng Coklat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Trisnaningsih; Kustianto, Bambang; Supartopo; Kartohardjono, ArifinAbstract Resistance of Swampy Rice Lines to Brown Plant Hopper. There were a total of 9.5 million ha swampy areas potential to be utilized as a productive agriculture land. The main constrain in the areas were abiotic and biotic in nature. In those areas the rice plants usually grown were local varieties and the yields were low. To obtain rice varieties resistant to the brown plant hopper and have good yield potential, a greenhouse studies have been conducted at Muara Experimental Station, the ICRR, during the year of 2007 and 2008 by the method of seedling box screening test. The rice lines tested were those selected from the early yield test (EYT) and the multi-location test (MLT) trials. The tested lines were infested with the brown planthopper biotype 2 and 3 which have been reared in the Green House of Muara Experimental Station. Results of the screening indicated that the lines of B9858D-KA-55, IR70213-9-CPA-12-UBN-2-1-3-1, and IR70215-2-CPA-2-1-UBN-1-2 were moderately resistant to the BPH biotype 2 and biotype 3, while the line IR70181-5-PM1-1-2-B-1 was resistant to biotype 3 and moderately resistant to biotype 2. Abstrak Ketahanan varietas padi rawa yang ada sekarang terhadap wereng cokelat (Nilaparvata lugens Stal) perlu diuji untuk mendapatkan varietas padi yang tahan terhadap wereng cokelat (WCK). Uji ketahanan beberapa galur padi yang berasal dari Kelti Pemuliaan, BB Padi telah dilakukan di rumah kaca KP Muara, Bogor, BB Padi pada MT 2007 dan 2008. Galur padi yang diuji disemai dalam seedling box screening test, kemudian diinfestasi dengan WCK biotipe 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa galur yang agak tahan terhadap WCK biotipe 3 adalah B9858D-KA-55, IR70213-9-CPA-12-UBN-2-1-3-1, dan IR70215-2-CPA-2-1-UBN-1-2. Sementara galur IR70181-5-PM1-1-2-B-1 menunjukkan reaksi tahan dan agak tahan berturut-turut terhadap WCK biotipe 3 dan 2.
- ItemPenampilan Hasil dan Sifat Agronomi Lain Galur Harapan Padi Gogo di Dataran Tinggi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Supartopo; Suwarno; Yusuf, Amrizal; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiVarietas padi unggul yang adaptif pada lahan kering dataran tinggi sangat diperlukan karena disamping sebagai bahan makan pokok juga berfungsi sebagai pergiliran tanaman setelah tanaman sayuran. Petani padi di daerah lahan kering dataran tinggi masih menggunakan varietas lokal yang sudah beradaptasi baik namun produksinya rendah dan umurnya panjang. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi daya hasil dan penampilan galur harapan padi gogo di lahan kering dataran tinggi. Penelitian dilakukan pada MH 2013 di Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara. Sebanyak 50 galur dan varietas padi gogo diuji pada percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Ukuran plot 2 m x 5 m, jarak tanam 15 cm x 30 cm, tanam benih langsung dengan cara tugal, jumlah benih 2-4 butir per lubang tanam. Takaran dan jenis pupuk yang digunakan adalah 300 kg NPK (Phonska) + 100 kg Urea /ha. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur tanaman berbunga, umur dapat dipanen, jumlah gabah isi dan hampa per malai, bobot 1000 butir gabah isi, hasil gabah kering giling per petak. Data hasil pengamatan dianalisis ragam dan perbandingan nilai tengah antar galur dilakukan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menujukkan terdapat 13 galur yang hasilnya lebih tinggi atau sama dengan varietas pembanding Sigambiri Putih (2,3t/ha). Galur-galur yang dievaluasi berumur lebih genjah dibanding varietas Sigambiri Merah (157 hari) dan Sigambiri Putih (168 hari). Galur harapan yang berdaya hasil tinggi tersebut perlu dievaluasi lebih lanjut agar dapat dilepas sebagai varietas unggul baru padi gogo dataran tinggi.
- ItemPotensi Hasil Dan Mutu Beras Galur-Galur Padi Gogo Terseleksi Di Dataran Tinggi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Hairmansis, Aris; Supartopo; Yullianida; Herlina, Erna; Warsono; Sukirman; Suwarno; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Salah satu dampak perubahan iklim global adalah menurunnya daya dukung sumberdaya lahan sawah irigasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemanfaatan lahan-lahan sub optimal seperti lahan kering di dataran tinggi perlu dioptimalkan. Kendala utama produksi padi gogo di dataran tinggi adalah cekaman suhu udara rendah. Hingga saat ini varietas unggul padi toleran suhu rendah yang mampu beradaptasi di lingkungan tersebut belum tersedia. Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul padi gogo yang adaptif di dataran tinggi telah dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sejumlah galur potensial telah terseleksi di dataran tinggi dan perlu diuji lebih lanjut daya hasil serta mutu berasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya hasil galur-galur padi gogo dataran tinggi dan menganalisis mutu beras dan nasinya sebagai dasar pemilihan galur yang akan diuji lebih lanjut. Pengujian daya hasil dilakukan terhadap 25 galur padi gogo generasi lanjut dan tiga varietas pembanding pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan tiga ulangan. Analisis mutu dilakukan di laboratorium untuk menguji mutu fisikokimia dan mutu tanak. Hasil penelitian menunjukkan potensi hasil tertinggi genotipe padi gogo di dataran tinggi 900 mdpl kurang dari 4 t/ha. Sebagian besar galur yang diuji menghasilkan gabah kering kurang dari 2 t/ha. Tiga galur dengan hasil gabah tertinggi adalah B14086DTB-86-2 (2.95 t/ha), B14086D-TB-86-1 (2.65 t/ha) dan B14086D-TB-11 (2.65 t/ha), masih dibawah varietas pembanding Jatiluhur yang menghasilkan gabah kering tertinggi yakni 3.66 t/ha. Mutu beras dan nasi galur-galur yang diuji menunjukkan adanya keragaman. Galur B11495F-TB-1-19-2 yang memiliki mutu giling yang baik teridentifikasi sebagai beras merah dengan tekstur nasi yang pulen sehingga sangat potensial sebagai beras fungsional yang kaya antosianin.
- ItemRespon Pertumbuhan Dan Komponen Hasil Galur-GalurPadi Gogo Terseleksi Di Bawah Tegakan Pohon KelapaTerhadap Cekaman Naungan Paranet 70%(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Yullianida; Hairmansis, Aris; Supartopo; Suwarno; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pengembangan budidaya padi gogo diarahkan ke lahan perkebunan dan perhutani dimana padi gogo ditanam di antara tanaman tahunan dengan sistem tumpangsari. Pada kondisi tersebut tanaman padi sering mengalami defisit cahaya yang menyebabkan produksinya rendah, sehingga diperlukan varietas padi yang toleran terhadap naungan. Tujuan penelitian ini adalah menguji tingkat toleransi galurgalur terseleksi pada kondisi naungan alami pada tingkat naungan yang lebih tinggi dan merata, yaitu di bawah paranet 70%. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Muara, Bogor pada musim hujan (MH) 2015-2016. Sebanyak 87 galur padi gogo yang terdiri atas 38 galur uji daya hasil pendahuluan (UDHP) dan 49 galur observasi terpilih toleran naungan. Varietas pembanding yang digunakan adalah varietas toleran naungan Jatiluhur. Penilaian tingkat toleransi terhadap naungan dilakukan berdasarkan penghitungan nilai hasil relatif terhadap kontrol (HRK) yang dihitung berdasarkan jumlah gabah isi per malai pada perlakuan naungan 70% dibandingkan dengan perlakuan kontrol (0%). Hasil skrining toleransi galur-galur padi gogo terhadap cekaman naungan 70% menunjukkan 49 galur sangat toleran (HRK>1.00), 22 galur toleran (HRK 0.60-1.00), tujuh galur moderat (HRK 0.40-0.59) dan delapan galur peka (HRK<0.40). Cekaman naungan 70% dibanding pada perlakuan tanpa naungan (0%) menyebabkan umur berbunga lebih lambat, penurunan tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif, intensitas hijau daun fluktuatif, penurunan jumlah gabah isi per malai, peningkatan gabah hampa pada galur-galur moderat dan peka, serta penurunan bobot 1000 butir gabah pada galur-galur peka. Galur-galur toleran naungan 70% dibanding galurgalur peka memiliki umur berbunga yang lebih genjah, tinggi tanaman yang lebih tinggi, jumlah anakan produktif tidak berbeda dan intensitas hijau daun tampak fluktuatif antar kelompok galur. Jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 butir gabah galur-galur toleran lebih tinggi dibanding galur yang peka, sedangkan jumlah gabah hampanya lebih rendah sehingga persentase kehampaan gabah galur toleran pun lebih rendah dibanding galur peka.
- ItemSeleksi Galur Padi Gogo Generasi Menengah di Lahan Kering Dataran Tinggi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Hairmansis, Aris; Supartopo; Yullianida; Warsono; Sukirman; Sunaryo; SuwarnoLahan kering di dataran tinggi memiliki potensi yang besar untuk pengembangan padi mendukung peningkatan produksi beras nasional. Masalah utama pengembangan padi gogo di dataran tinggi adalah tidak adanya varietas unggul yang tersedia sehinga petani masih mengandalkan varietas lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi dan mengevaluasi galur-galur padi gogo untuk dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan di lahan kering dataran tinggi di Kabupaten Wonosobo pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut (dpl). Sebanyak 180 galur padi gogo dievaluasi dalam uji observasi dengan menggunakan rancangan augmented dan dibagi ke dalam empat blok. Sebanyak 45 galur ditanam di masingmasing blok. Pada masing-masing blok ditanam lima varietas pembanding yaitu Sigambiri Merah, Sigambiri Putih, Situ Patenggang, Jatiluhur dan Limboto. Sejumlah galur terpilih dari masing-masing blok menunjukkan hasil gabah di atas varietas pembanding terbaik dan rata-rata hasil semua varietas pembanding. Beberapa galur yang memberikan hasil terbaik di masing-masing blok antara lain B13636G-TB-14-1 (4.70 t/ha) di blok 1, B14083F-TB-3 (5.33 t/ha) di blok 2, B12056F-Tb-1-29-1 (4.52 t/ha) di blok 3 dan B11910D-MR-22-2 (3.62 t/ ha) di blok 4. Galur-galur dengan rata-rata hasil yang tinggi berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering dataran tinggi sehingga perlu dievaluasi lebih lanjut daya hasilnya di lahan kering dataran tinggi.
- ItemUji Daya Hasil Galur Padi Di Rawa Lebak Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Suparwoto; Waluyo; Supartopo; A.Rumanti, Indrastut; Suwarno; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penelitian ini kerjasama Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi dengan BPTP Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan beberapa galur calon varietas yang memiliki potensi hasil tinggi, berpenampilan baik, umur genjah sampai sedang dan adaptif pada lahan rawa lebak. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Kayuagung Desa Sidakersa Kota Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan dimulai pada musim kemarau 2015. Galur/varietas yang diteliti sebanyak 29 galur dan 4 varietas sebagai pembanding. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan, luas petak 2 m x 5m, jarak tanam 25 cm x 25 cm, umur bibit 40 HSS, ditanam 2-3 bibit/rumpun. Pupuk yang digunakan 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 0 hari setelah tanam (HST) dengan takaran 75 kg urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha dan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 75 kg urea/ha, diberikan secara disebar. Pemeliharan tanaman dilakukan secara intensif. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi per malai, dan hasil gabah kering giling/petak setelah dihilangkan satu baris pinggir. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa 21 galur yang terpilih mempunyai hasil antara 3 ton-5 ton GKG/ha ditanam pada keadaan kondisi kering adalah B13925E-KA-1, B13925E-KA-7, B13925E-KA-42, B13925E-KA-46, B13926E-KA-1, B13926EKA-13, B13926E-KA-23, B13926E-KA-26, dan B13131-4-MR-1-KA-7, B13926E-KA-44, B13926E-KA-49, B13952E-KA-5, B13957E-KA-11, B131328-MR-1-KA-21, B13134-4-MR-1-KA-1, B13136-6-MR-2-KA-2-1-7, B13573EKA-1-B, B13582E-KA-6-B, B13588E-KA-18-B lebih baik dari IR 42 (2,1 ton/ha), Inpara 4 (2,8 ton/ha dan Inpara 7 (2,9 ton/ha).