Browsing by Author "Sunarlim ...[at al], Novianti"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemImprovement of Soybean Yields under Acid Soil Conditions in Indonesia(Central Research Institute for Food Crops, 2001-02) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAcid soils usually are deficient in major nutrients such as phosphorous, potassium, calcium, and magnesium, toxic to exchangeable aluminum and low cation exchange capacity. Soybean cultivate grown in this soil usually produced low yields. The soybean yield can be improved by growing soybean varieties tolerant to the acid soil, soil management, and nutrient management. Results of several experiments indicated that some varieties were more tolerant to acid soil than others. Some improved varieties were developed to obtained varieties tolerant to acid soil. Application of manure in acid soils increased organic matter content and increased soybean yields. Artificial soil conditioners did not affect the soybean yield, because they only affected soil physics but not the soil chemical properties. Plant inoculation with Rhizobium in an areas where soybean had not previously been grown increased nodule weight, percentage of nitrogen content, and seed yield. In some experiments, plant inoculation with Rhizobium In an areas where soybean had been grown increased soybean yield, but in other experiments did not affect the yield. Results of nitrogen fixation experiments using 1SN showed that total nitrogen fixed by soybean plants was 63.2 kg/ha or 45.4% from the total plant requirement of nitrogen. Liming at the rate of 1.0 to 1.5 x exchangeable aluminum was enough to obtain a good soybean yield. Anorganic fertilizers (P and K) were needed in the acid soils. The rate of P fertilizer was between 46 to 92 kg P2O5/ha, while and K fertilizer was 60 kg K2O/ha.
- ItemInisiasi Akar Manggis dari Tunas In Vitro(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPertumbuhan tunas manggis secara kultur jaringan telah berhasil dilakukan, se-dangkan perakaran masih sukar dan keberhasilannya masih sangat rendah. Pe-nelitian perakaran manggis dilakukan pada musim tanam 2002 di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Per-tanian. Penelitian dilakukan dengan mencoba 2 media dasar (WPM dan MS) dengan 3 taraf media dasar (1, ½, dan ¼ formula) dan penambahan IBA (5 dan 10 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media WPM lebih baik diban-dingkan dengan media MS. Pada umur 3 bulan eksplan yang ditumbuhkan pada media WPM (WPM + IBA 5 mg/l, WPM + IBA 10 mg/l, ½ WPM + IBA 10 mg/l, ¼ WPM + IBA 5 mg/l, dan ¼ WPM + IBA 10 mg/l) sudah berakar, sedangkan pada media MS diperlukan waktu 6 bulan dan hanya 1 perlakuan (¼ MS + IBA 5 mg/l) yang berakar. Persentase eksplan yang berakar tertinggi didapat dari media ¼ WPM + IBA 10 mg/l, yaitu sebanyak 66,7%.
- ItemPenyimpanan Plasma Nutfah Ubi Jalar, Ubi Kayu, dan Talas secara In Vitro dengan Pertumbuhan Minimal(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2002-11) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenyimpanan tanaman ubi-ubian secara kultur in vitro dapat mengurangi tem-pat, tenaga, dan biaya, selain mengurangi kemungkinan kehilangan genotipe karena serangan hama, panyakit, serta gangguan oleh tekanan lingkungan. Kultur in vitro dalam kondisi minimal dapat menyimpan biakan dalam jangka waktu cukup lama. Penelitian dilakukan untuk menyimpan 50 aksesi ubi jalar (Ipomoea batatas), 20 aksesi ubi kayu (Manihot utilisima), dan 10 aksesi talas (Colocasia esculenta). Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan alkohol 70%, clorox 30 dan 20%. Biakan yang telah steril diperbanyak dan disimpan pada media penyimpanan. Penelitian media penyimpanan talas menggunakan paclo-butrazol dengan konsentrasi 0, 1, 3, dan 5 mg/l. Hasil penelitian memperlihat-kan bahwa dari 50 aksesi ubi jalar yang disterilisasi, 36 aksesi sudah steril dan sebagian sudah disimpan pada media penyimpanan. Dari 20 aksesi ubi kayu yang disterilisasi, 5 aksesi steril dan sedang diperbanyak. Dari 10 aksesi talas yang disterilisasi, baru 5 aksesi yang steril digunakan untuk penelitian media penyimpanan dengan paclobutrazol. Makin tinggi konsentrasi paclobutrazol maka biakan makin pendek dan anakan makin sedikit.
- ItemPenyimpanan Tanaman Ubi-ubian dengan Metode Pertumbuhan Minimal dan Kriopreservasi(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenyimpanan ubi-ubian secara kultur in vitro di laboratorium mempunyai tujuan untuk memudahkan perawatan dan pengamatan selain memerlukan tempat yang tidak luas. Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas) dan ubi kayu (Manihot utilisima) selain disimpan dengan pertumbuhan minimal, juga dicoba untuk disimpan dengan kriopreservasi. Untuk pembekuan jaringan ubi jalar digunakan metode vitrifikasi. Krioprotektan yang dicoba ialah PVS1, PVS2, UBI, M (MS + sukrosa + manitol), dan V (VKM + sukrosa + manitol). Untuk optimasi ubi kayu digunakan media MS dan DKW dengan penambahan BA (0 dan 0,1 mg/l). Un-tuk mengurangi pelayuan pada ubi kayu dicoba dengan menambahkan AgNO3, glutamin, dan arginin. Selain ubi jalar dan ubi kayu, ubi-ubian lainnya seperti yam (Dioscorea alata) juga dicoba untuk disimpan secara kultur in vitro. Perba-nyakan tunas yam dicoba pada media MS + kinetin (0, 0,5, 1, 2, dan 4 mg/l) atau media MS dengan kombinasi kinetin (0, 1, dan 2 mg/l) dengan IAA (0; 0,5; dan 1 mg/l). Selain itu, dicoba juga pada media MS + BA (0; 0,5; 1, dan 2 mg/l). Media penyimpanan yang diteliti ialah paclobutrazol (0, 1, 3, dan 5 mg/l), ancymidol (0, 1, 2, dan 3 mg/l), dan manitol (0, 20, 40, 60, dan 80 g/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan ubi jalar tetap berwarna hijau dan tegar bila diberi perlakuan media pra perlakuan V yang direndam di dalam krioprotek-tan yang mengandung manitol dan sukrosa selama 16 jam, tetapi jaringan ini tidak dapat diregenerasikan setelah dibekukan. Untuk regenerasi ubi kayu dan mengurangi pelayuan secara umum media dasar DKW lebih baik daripada media dasar MS. Untuk perbanyakan tunas yam, konsentrasi kinetin dan BA terbaik berturut-turut ialah 2 dan 1 mg/l. Konsentrasi paclobutrazol dan ancymi-dol terbaik untuk media penyimpanan belum terlihat karena masa simpan baru berturut-turut 4,5 dan 4 bulan. Dengan bertambahnya zat penghambat per-tumbuhan maka tinggi biakan berkurang, tetapi jumlah daun bertambah. Masih perlu pengamatan lebih lanjut setelah disimpan lebih dari satu tahun.
- ItemPenyimpanan Ubi Jalar secara In Vitro dengan Pertumbuhan Minimal(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1999) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenyimpanan ubi jalar secara kultur in vitro di laboratorium dimaksudkan untuk lebih mudah melakukan perawatan dan pengamatan, serta tidakmemerlukantempat yang luas. Penelitian dilakukan pada tahun 1998/99 di Laboratorium Kelti Reproduksi dan Pertumbuhan Balitbio, Bogor. Penelitian terdiri dari tiga ulangan, percobaan pertama bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi manitol yang cocok untuk penyimpanan ubi jalar dengan pertumbuhan minimal. Sebagai perlakuan pada percobaan pertama adalah konsentrasi manitol (0,40,60, dan 80 g/1) pada lima varietas ubijalar (Mangkokan, Patola, Ende, Helung, dan Koboak). Percobaan kedua bertujuan untuk mendapatkan media dasar penyimpanan ubi jalar. Perlakuan pada percobaan kedua terdiri dari tiga faktor yaitu media dasar (MS dan 1 /2 MS), manitol (0 dan 40 g/1) dan lima varietas ubi jalar (Patola, Lidang, Mangkokan, Ende, dan Sablah). Pada percobaan ketiga dilakukan penyimpanan 15 varietas ubi jalar dengan menggunakan media MS +manitol 40 g/1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi manitol terbaik adalah 40 g/1. Di atas konsentrasi ini tanaman tidak dapat tumbuh. Media dasar MS lebih baik dari media 1/2 MS karena masa simpan tanaman dengan menggunakan media dasar MS lebih lama dibanding media 1 /2 MS. Dari 15 varietas yang disimpan terdapat empat varietas (Retok, Mikmak, Sablah, dan Lidang) yang tidak dapat disimpan dengan menggunakan media MS +manitol 40 g/1 karena keempat varietas ini hams sering disubkultur.
- ItemPenyimpanan Ubi Kayu secara In Vitro dengan Pertumbuhan Minimal(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2001) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenyimpanan ubi kayu (Manihot utilisima) secara kultur in vitro bertujuan untuk mempermudah perawatan dan pengamatan sehingga pemeliharaan dapat lebih intensif. Selain itu, penyimpanan dengan cara ini tidak memerlukan tempat yang luas. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kelti Reproduksi dan Pertumbuhan Balitbio pada MT 1998/99 dan 1999/2000. Penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama bertujuan untuk mendapatkan media yang cocok untuk perbanyakan ubi kayu. Percobaan menggunakan empat perlakuan konsentrasi kinetin (0, 1, 3, dan 5 mg/1) dan perlakuan lainnya tanpa dan dengan AgNO3. Percobaan kedua bertujuan untuk mendapatkan media yang cocok bagi penyimpanan ubi kayu. Percobaan terdiri dari tiga unit: 1) konsentrasi manitol (0, 20, 40, dan 60 g/1); 2) konsentrasi paclobutrazol (0, 1, 3, dan 5 mg/1); dan 3) konsentrasi ABA (0, 1, 2, dan 3 mg/1). Pada percobaan ketiga dilakukan penyimpanan 25 aksesi ubi kayu de ngan menggunakan media MS + manitol 40 g/1 dan AgNO3 5 mg/1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AgNO3 diperlukan untuk perbanyakan ubi kayu. Media penyimpanan dapat digunakan dengan menambahkan manitol 40 g/1 atau paclobutrazol 3 mg/1 atau ABA 1 mg/1. Pada penyimpanan 25 aksesi ubi kayu dengan menggunakan media MS + manitol 40 g/1 + AgNO3 5 mg/1, terlihat 11 aksesi ubi kayu dapat disimpan lebih dari sembilan bulan, sembilan aksesi yang kurang dari sembilan bulan, dan lima aksesi tidak dapat disimpan.
- ItemPerkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian di Indonesia(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianResearch in agricultural biotechnology has been developed since the end of 20" century. In 1985, National Committee was formed under the Minister of Research and Technology. Research in agricultural biotechnology has been increased since Riset Unggulan Terpadu (RUT) under Dewan Riset Nasional and Hibah Bersaing in university were given, which make research program that more than one year were possible to do with a continues fund. Research in plant biotechnology were focused on plant improvement, such as pest and disease resistance, were done for rice, soybean, sweet potato, sugar cane, and chocolate and virus resistance for groundnut, tobacco, papaya, potato, and chili. While in animal science, research in biotechnology were focused on production technology, such as artificial insemination and embryo transfer in dairy cow, and also for food enriched by producing probiotics and enzymes. Even though in theory genetic engineering on cattle has a good impact for the future, several problems (i.e. technical, economics, and social) need a careful consideration. In aquaculture, biotechnology research has been conducted for genes transfer to improve resistance to disease and to promote growth. Biotechnology also used to produce vaccines and to detect virus with accuracy and faster. To anticipate problems that might be occur in application of biotechnology, government has issued biosafety regulation.