Browsing by Author "Sunandar, Nandang"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemKajian pengolahan mie dengan bahan baku tepung terigu yang disubstitusi tepung cassava(BPTP Jawa Barat, 2014-11-15) Histifarina, Dian; Sunandar, Nandang; Sukmaya; BPTP Jawa BaratKetergantungan Indonesia terhadap beras dan produk pangan impor seperti terigu yang tinggi, membuat ketahanan pangan nasional sangat rapuh. Dari aspek kebijakan pembangunan makro, kondisi tersebut mengandung resiko (rawan), yang juga terkait dengan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu kebijakan pembangunan pangan dalam mencapai ketahanan pangan adalah melalui diversifi kasi pangan, yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif bahan pangan sehingga mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu. Salah satu produk pangan yang sangat tergantung pada tepung terigu adalah produk mie. Perkembangan konsumsi mie cukup pesat dan mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau preferensi konsumen di Indonesia. Alternatif jenis tepung dari umbi-umbian dapat mensubstitusi terigu dalam pembuatan mie. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi terigu pada proses pengolahan mie cassava. Pengkajian dilakukan di laboratorium Mutu Hasil BPTP Jawa Barat dari bulan Juli hingga Oktober 2013. Formulasi substitusi terigu yang digunakan antara 70-100%. Data yang diamati meliputi kadar air, kadar abu, protein, warna, dan sifat organoleptik (warna, rasa, fl avor, tekstur dan penampilan keseluruhan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi mie dengan komposisi 30% tepung cassava dan 70% tepung terigu merupakan formulasi terbaik dengan mutu mendekati mie terigu 100% dan sesuai SNI mie.
- ItemKeragaan dan Produktivitas Padi Varitas Inpari 30 Pada Lahan Tergenang di Kabupaten Bandung (Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Sianipar, Ratima; Sunandar, Nandang; Mulijanti, Siti Lia; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPerubahan iklim di Indonesia yang tidak menentu menjadi salah satu kendala yang mengkhawatirkan bagi peningkatan produksi padi. Varietas unggul padi yang berdaya hasil tinggi memiliki peran sangat penting dalam peningkatan produksi padi dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan utama terutama beras. Varietas inpari 30 adalah varietas unggul baru yang diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut terutama dalam upaya pencapaian target swasembada pangan 2017. Namun pada penerapan terdapat hambatan perubahan cuaca seperti musim hujan yang berkepanjangan khususnya di wilayah tergenang yang sulit dihindari. Sehingga varietas unggul baru yang telah dilepas penting untuk dikaji pada daerah genangan. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan dan produktivitas padi pada demplot varietas inpari 30 pada lahan tergenang. Kajian dilakukan di lahan tergenang (bawah tol Cileunyi) di 3 ( tiga ) desa yaitu desa Cileunyi Kulon, desa Cileunyi Wetan dan desa Cibiru Hilir kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung pada Musim Hujan bulan Nopember 2013 – Maret 2014. Areal demplot seluas 3 (tiga) ha. Sistim tanam yang digunakan adalah tanam Legowo 2 : 1. Hasil kajian menunjukan varietas inpari 30 dapat tumbuh dengan baik pada saat tergenang (umur mulai tanam – 1 bulan). Keragaan inpari 30 pada lahan tergenang, tanaman padi tumbuh tingginya sama dengan deskripsi dan umur tanaman lebih lama, yaitu: 117 hari (deskripsi 111 hari ), jumlah anakan lebih banyak 50 - 55 anakan. Produktivitas mencapai 9 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan Inpari 26 (5,5 ton/ha) dan Ciherang (4,7 ton/ha)
- ItemKeragaan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sawah di Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Bandung(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Hamdani, Kiki Kusyaeri; Diratmaja, IGP Alit; Sunandar, Nandang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiVarietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Saat ini tersedia berbagai varietas unggul baru yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan memiliki potensi hasil tinggi yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar, akan tetapi belum semuanya dikenal secara luas dan diadopsi oleh petani. Selain itu, varietas yang dihasilkan lebih bersifat umum untuk semua wilayah dan belum memenuhi kriteria spesifik lokasi. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui keragaan dan produktivitas beberapa varietas unggul baru padi sawah di Kabupaten Bandung. Pengkajian dilaksanakan di Desa Ciparay, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung pada bulan April - Agustus 2014. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan varietas dan sepuluh ulangan. Varietas yang diuji adalah varietas Inpari 24, Inpari 25, Inpari 26, dan Inpari 28. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, bobot 1000 butir, dan hasil gabah kering panen. Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. Hasil kajian menunjukkan bahwa varietas Inpari 28 menghasilkan produktivitas tertinggi yaitu 8,17 ton GKP/ha walaupun tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya.
- ItemPenerapan Kalender Tanam Terpadu Terhadap Peningkatan Produktivitas Beberapa Varietas Padi Sawah di Kabupaten Kuningan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Supriyadi, Hendi; Sunandar, Nandang; Guswara, Agus; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPemerintah terus berupaya mengejar target pencapaian swasembada pangan khususnya beras. Salah satunya dengan menyiapkan Kalender Tanam (Katam) Terpadu untuk masing-masing provinsi dan kabupaten serta kecamatan seIndonesia. Segala sesuatu yang terkait dengan persoalan perubahan iklim sangat penting karena berdampak terhadap perubahan pola tanam dan penurunan produksi beras, antara lain disebabkan karena adanya serangan hama dan penyakit tanaman. Berdasarkan pertimbangan ini, maka Katam Terpadu dapat dijadikan sebagai pemandu penerapan pola tanam bagi petani. Penelitian validasi Katam Terpadu dilaksanakan di Desa Sangkanhurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan. Penelitian dilaksanakan pada MK-2 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan 5 perlakuan penggunaan varietas unggul baru dan 5 ulangan. Tujuan penelitian adalah untuk memperlihatkan secara visual keunggulan penggunaan varietas unggul baru rekomendasi Katam Terpadu dibandingkan dengan penggunaan varietas yang biasa dibudidayakan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru Inpari-13 yang direkomendasikan Katam Terpadu memberikan hasil paling tinggi (9,81 t GKP/ ha). Sementara penggunaan varietas pilihan petani hanya menghasilkan gabah sebesar 7,23 t GKP/ha
- ItemPengaruh perlakuan jerami terhadap beberapa varietas padi sawah(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Surdianto, Yanto; Sunandar, Nandang; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa BaratPenelitian telah dilaksanakan di Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat, mulai bulan Juli hingga Nopember 2014. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan jerami padi terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan lima ulangan. Sebagai petak utama adalah perlakuan kompos jerami (J) terdiri dari tiga taraf yaitu, (J0) tanpa jerami, (J1) jerami dikomposkan, dan (J2) Jermi padi digelebeg. Sebagai anak petak adalah varietas unggul baru (VUB) terdiri dari tiga taraf yaitu, Inpari-4 (V1), Inpari-14 (V2) dan Mekongga (V3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) varietas padi yang dikaji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman pada pada umur 45 hst dan 87 hst, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 45 hst anakan produktif. Perlakuan jerami J1, memberikan tinggi tanaman tertinggi pada umur 45 hst dan 87 hst, (2) perlakuan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap panjang malai dan jumlah gabah hampa per malai. Perlakuan jerami dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap panjang malai, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai, dan (3) perlakuan jerami dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah isi 1000 butir tetapi berpengaruh nyata terhadap hasil padi.
- ItemPetunjuk Teknis Budidaya Sapi Potong(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2009) Hardianto, Rully; Sunandar, NandangPemerintah melalui Program Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan, menetapkan daging sapi menjadi salah satu sasaran komoditas strategis. Potensi Jawa Barat untuk pengembangan sapi potong cukup besar. Namun suplai daging maupun sapi bakalan dari Jawa Barat volumenya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Selain karena konsumsi masyarakat Jawa Barat sendiri terus meningkat, penurunan suplai tersebut juga disebabkan karena belum efi siennya pola peternakan sapi oleh para peternak. Melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dengan pendekatan usaha kelompok atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), maka usaha sapi potong sangat memungkinkan dilakukan secara komersial dan berorientasi usaha agribisnis. Petunjuk Teknis tentang usaha sapi potong ini diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk Gapoktan dalam mengembangkan usaha sapi potong berbasis inovasi teknologi dan kelembagaan usaha kelompok.
- ItemPetunjuk Teknis Budidaya Tanaman Teh Organik(BPTP Jawa Barat, 2013-10) Sunandar, Nandang
- ItemPetunjuk Teknis Pembuatan Pakan Lengkap Untuk Ternak Ruminansia(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2009) Hardianto, Rully; Sunandar, NandangKemandirian dalam memenuhi kebutuhan pakan merupakan langkah strategis dan mendesak untuk dapat mewujudkan agribisnis peternakan yang modern dan berdaya saing. Eksplorasi pemanfaatan sumberdaya lokal yang hanya menghasilkan produk primer saja tidak cukup untuk dijadikan andalan dalam pembangunan ekonomi modern. Upaya transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantage) melalui pengembangan industri hulu sangat diperlukan. Berkait dengan hal itu, jika penyediaan pakan dapat diusahakan oleh Kelompok Tani/Gapoktan di masing-masing desa, maka nilai tambah dari pemanfaatan bahan lokal menjadi pakan ternak akan menjadi bagian pendapatan daerah yang bersangkutan
- ItemRancangan kelembagaan penunjang model usahatani integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi di lahan suboptimal(BPTP Jawa Barat, 2014-11-15) Sutrisna, Nana; Sunandar, Nandang; Surdiantoi, Yanto; BPTP Jawa BaratElemen kelembagaan, dalam proses produksi pertanian sering berada dalam posisi marginal. Sejauh ini upaya peningkatan produksi pertanian senantiasa dikaitkan dengan penerapan dan jenis teknologi, padahal peran lembaga dan kelembagaan pertanian dalam proses penyebaran dan adopsi inovasi teknologi pertanian serta pemasran hasil masih sangat kuat. Dengan demikian penelitian kelembagaan dan perannya dalam proses pengembangan model usahatani integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi di lahan sub optimal menjadi penting. Penelitian bertujuan menginventarisasi dan mengidentifi kasi lembaga pertanian eksisting di sekitar lokasi pengkajian dan lingkungan sekitarnya sekaligus merancang alternatif lembaga dan kelembagaan pertanian yang dapat menunjang pengembangan model usahatani integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi. Penelitian menggunakan metode survei dan Focus Group Discussion (FGD) dengan pakar kelembagaan. Data yang dikumpulkan merupakan informasi kuantitatif dan kualitatif yang bersumber pada kelembagaan, kelembagaan organisasi dan kelembagaan individu tokoh kunci. Pengumpulan data menggunakan External Factor Checklist untuk mengetahui keragaman variabel lingkungan, ketersediaan teknologi, tekanan eksternal, dan sumberdaya eksternal kelembagaan pertanian eksisting. Data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis deskriptif, dijabarkan, dan diinterpretasikan menurut alur logika pendekatan sistem. Titik tolak analisis adalah dinamika kelembagaan usaha tani dalam tiap segmen kegiatan dalam siklus produksi tahunan dan dalam setiap subsistem dari model usahatani integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) kelembagaan eksisting yang dapat menunjang pengembangan model usahatani integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi di ahan suboptimal. Berdasarkan 4 (empat) kelembagaan eksisting, ditambah kelembagaan pemasaran, kemudian dirancang sebagai sub model kelembagaan usahatani integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi di lahan suboptimal. Kelembagaan tersebut merupakan sebuah kelembagaan agribisnis, yang terdiri atas: kelembagaan usahatani/usaha ternak, kelembagaan penyediaan sarana produksi, kelembagan pengolahan hasil dan limbah, dan kelembagaan pemasaran hasil.
- ItemSikap dan Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Jajar Tanam Legowo di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Dianawati, Meksy; Syafei, Atang M.; Sunandar, Nandang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenerapan teknologi tanam jajar legowo di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 10,7%, namun perlu terus ditingkatkan penerapannya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sikap dan pengetahuan petani terhadap teknologi jajar tanam legowo pada 4 Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2013. Penelitian dilakukan dengan metode survey di 4 Kecamatan yaitu Singaparna, Sukarame, Padakembang, dan Mangunreja. Penarikan sampel responden dilakukan secara acak sederhana dari populasi yaitu 20 responden, yang terdiri dari 2 petani dan 18 jasa tanam yang belum menerapkan sistem tanam legowo 2. Daftar pertanyaan berisi tentang pengetahuan terhadap prinsip dasar teknologi legowo dan manfaat penerapan teknologi legowo. Selain itu digali pula sikap responden terhadap teknologi legowo dan keinginan memperluas teknologi legowo. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis lebih dari 2 sampel bebas dengan program SPSS 19.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden Kecamatan Singaparna terhadap legowo paling tinggi (58,5%), diikuti Mangunreja (53,25%), Sukarame (37%), dan Padakembang (32,92%), sedangkan sikap responden Kecamatan Mangunreja terhadap legowo paling tinggi (50%), diikuti Singaparna (38,5%), Sukarame (32,5%), dan Padakembang (31,46%). Tidak berbeda nyata pengetahuan dan sikap responden antar kecamatan terjadi pada pemahaman pengetahuan legowo dapat mengurangi serangan penyakit (10,75%) dan dapat dimanfaatkan sebagai mina padi (7%), sikap sulitnya panen pada sistem legowo (34,75%), petani legowo kembali menanam secara tegel (60%), dan penambahan petani legowo baru setiap musim (10,25%). Responden penelitian tepat menjadi sasaran penyuluhan dan pelatihan teknologi tanam jajar legowo.
- ItemSikap dan Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Jajar Tanam Legowo di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Dianawati, Meksy; Syafei, Atang M.; Sunandar, Nandang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenerapan teknologi tanam jajar legowo di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 10,7%, namun perlu terus ditingkatkan penerapannya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sikap dan pengetahuan petani terhadap teknologi jajar tanam legowo pada 4 Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2013. Penelitian dilakukan dengan metode survey di 4 Kecamatan yaitu Singaparna, Sukarame, Padakembang, dan Mangunreja. Penarikan sampel responden dilakukan secara acak sederhana dari populasi yaitu 20 responden, yang terdiri dari 2 petani dan 18 jasa tanam yang belum menerapkan sistem tanam legowo 2. Daftar pertanyaan berisi tentang pengetahuan terhadap prinsip dasar teknologi legowo dan manfaat penerapan teknologi legowo. Selain itu digali pula sikap responden terhadap teknologi legowo dan keinginan memperluas teknologi legowo. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis lebih dari 2 sampel bebas dengan program SPSS 19.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden Kecamatan Singaparna terhadap legowo paling tinggi (58,5%), diikuti Mangunreja (53,25%), Sukarame (37%), dan Padakembang (32,92%), sedangkan sikap responden Kecamatan Mangunreja terhadap legowo paling tinggi (50%), diikuti Singaparna (38,5%), Sukarame (32,5%), dan Padakembang (31,46%). Tidak berbeda nyata pengetahuan dan sikap responden antar kecamatan terjadi pada pemahaman pengetahuan legowo dapat mengurangi serangan penyakit (10,75%) dan dapat dimanfaatkan sebagai mina padi (7%), sikap sulitnya panen pada sistem legowo (34,75%), petani legowo kembali menanam secara tegel (60%), dan penambahan petani legowo baru setiap musim (10,25%). Responden penelitian tepat menjadi sasaran penyuluhan dan pelatihan teknologi tanam jajar legowo.