Browsing by Author "Sulistiadji, Koes"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemDesain dan Rekayasa Prototipe Mesin Pembenam Pupuk di Lahan Sawah(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2009-04) Purwanto, C. Yusup; Sulistiadji, Koes; Pitoyo, Joko; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianDesain dan Rekayasa Prototipe Mesin Pembenam Pupuk di Lahan Sawah. Pemupukan memegang peranan penting dalam peningkatan produksi padi. Pada umumnya petani mengaplikasikan pupuk tersebut dengan cara disebarkan ke permukaan lahan menggunakan tangan. Cara ini cukup efisien akan tetapi efektifitasnya relatif rendah akibat terjadi proses pencucian, volatilisasi, nitrifikasi yang diikuti denitrifikasi. Aplikasi pupuk makro dengan cara membenamkannya di daerah perakaran tanaman akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyerapan unsur NPK oleh tanaman dan selanjutnya meningkatkan produktivitas tanaman, menghemat kuantitas aplikasi pupuk, dan mengurangi pencemaran lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain dan merekayasa prototipe mesin pembenam pupuk di lahan sawah. Prototipe mesin pembenam pupuk didesain, difabrikasi, dan diuji di Laboratorium Perekayasaan Balai Besar Mekanisasi Pertanian, Serpong sesuai prosedur yang baku mulai perancangan, gambar teknis, fabrikasi, dan pengujian. Dalam rekayasa prototipe mesin ini jenis pupuk yang dijadikan parameter desain adalah pupuk anorganik (urea) untuk tanaman padi di sawah. Prototipe mesin pembenam pupuk mampu menebar pupuk rata-rata 3,95 g/m panjang lintasan pada 1 sisi hopper. Kapasitas kerja mesin adalah 9 jam/ha dengan dosis 200,89 kg/ha.
- ItemEvaluasi Kinerja Mesin Panen Padi Pada Lahan Pasang Surut(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2008-04) Sulistiadji, Koes; Rosmeika, Rosmeika; Gunanto, Andri; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianLahan pasang surut mempunyai potensi untuk ditanami padi, namun terbatasnya jumlah tenaga kerja untuk panen merupakan kendala yang harus diatasi. Saat ini di Indonesia berkembang tiga jenis mesin panen padi, yaitu stripper tipe Riding, stripper tipe Walking, dan mesin sabit mower. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja kerja mesin panen tersebut di lahan pasang surut. Metode yang digunakan adalah metode evaluasi kinerja teknis, pengamatan susut tercecer, dan analisis finansial. Data unjuk kerja teknis yang didapat adalah Stripper tipe Riding mempunyai kapasitas kerja lapang 2,5-4,2 jam/ha, efisiensi kerja lapang 52,52 %, dan losses 7,8 %. Sedangkan stripper tipe walking mempnyai kapasitas kerja lapang 7,5 jam/ha, efisiensi kerja 80 %, dan losses 1,68-2,10 %. Mesin sabit mower mempunyai kapasitas kerja lapang 18 jam/ha, efisiensi kerja 95,5 %, dan losses 0,35 %. Sedangkan analisis finansial menunjukkan bahwa tiga jenis mesin panen padi yang dievaluasi lebih murah dibandingkan cara panen padi manual.
- ItemEvaluasi Teknis dan Ekonomis Mesin Panen Padi Tipe Sisir (Stripper) Merk Candua(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-10) Sulistiadji, Koes; Handaka, Handaka; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianStudi kelayakan terhadap Mesin Pemanen Padi Tipe Sisir dilaksanakan di Kabupaten, Pinrang, Propinsi Sulawesi Selatan. Mesin Pemanen padi Stripper Harvester Gathered (Rancangan IRRI) telah dimodifikasi oleh Bengkel Pengrajin Lokal (Bengkel Usaha Pinrang) yang semula ”Walking Type” menjadi ”Riding Type” dengan kemampuan kapasitas & kualitas kerja yang tidak jauh berbeda namun lebih mudah dioperasikan di berbagai macam jenis lahan. Mesin dengan nama ”Chandue” telah berkembang dan popoler di Propinsi Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Pinrang dan sekitarnya. Dua tipe mesin penyisir padi yang diuji di lapangan adalah : (a) Chandue tipe walking dan (b) Chandue tipe riding. Prinsip Kerja Mesin Penyisir Padi (Stripper Harvester type Gathered) adalah melakukan panen padi dengan cara menyisir tegakan tanaman padi yang siap panen, mengambil butiran padi dari malainya dan meninggalkan tegakan jerami di lapangan. Dari analisa aspek ekonomi, kedua tipe akan mendatangkan keuntungan antara Rp.8,6 juta – Rp.10,4 juta dengan asumsi : (a) Luas cakupan 60 ha per musim ; (b) Pendapatan Rp.90 juta dan (c) Biaya Operasi Rp. 79,6 juta (tipe walking DP 4000) dan Rp. 81,4 juta (tipe riding DP 6000). Mesin Stripper Chandue dan mesin-mesin sejenis hasil modifikasi IRRI-Stripper SG800 merupakan salah satu alternatif pilihan Mesin Panen Padi yang kemungkinan besar dapat dikembangkan di daerah yang langka tenaga kerja di Indonesia, seperti di Luar Pulau Jawa khususnya untuk Lahan Gambut atau Lahan Pasang Surut.
- ItemModifikasi Alat Tanam Bibit Padi Manual Tipe Dua Baris Model China(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2011-10) Budiman, Diana A.; Sulistiadji, Koes; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianSistem tanam padi sawah di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara pindah tanam (96%). Walaupun dengan cara tersebut kebutuhan tenaga tanam lebih besar (mencapai 25 - 30% dari total tenaga produksi)dibandingkan tanam langsung maupun sebar tanam. Karena saat ini sudah terjadi kelangkaan tenaga tanam pada sentra-sentra produksi padi, maka perlu adanya alternatif penggunaan teknologi mekanisasi untuk kegiatan pindah tanam ini secara sederhana, mudah dan murah. Penelitian ini bertujuan melakukan modifikasi alat tanam bibit padi tipe dua baris model China, agar sesuai dengan lahan dan kebiasaan tanam bibit padi sawah di Indonesia. Metodologi yang digunakan dimulai dari identifikasi karakter bibit padi, lahan sawah dan cara tanam di Indonesia, kemudian dilakukan prarancangan. gambar teknik, pembuatan komponen dan perakitan alat tanam bibit padi tipe dua prototype. Prototipe yang dihasilkan diuji laboratorium, uji lapang dan modifikasi untuk mengetahui kinerja alat tanam. Hasil akhir uji lapang alat tanam bibit padi 2 baris menunjukkan bahwa jumlah bibit tertanam tiap lubang berkisar 2 - 8 batang/lubang (seharusnya 2 - 4 batang/lubang), jumlah lubang tidak ada tanaman 41,27% seharusnya < 5%), bibit mengambang 9,92% (seharusnya < 3 – 4%), bibit rusak 7,5% (seharusnya < 3 – 4%) dan kedalaman tanam sebesar 9,8 cm (seharusya 4,5 – 6 cm). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja alat tanam masih belum sempurna. Sedangkan kapasitas kerja sebesar 20,29 jam/ha (sudah memenuhi persyaratan yang diinginkan) dan biaya tanam sebesar Rp 351.000/ha (dapat ditekan dari Rp 750.000/ha atau 46,87%). Langkah selanjutnya akan dilakukan perbaikan terus menerus, terutama pada unit pengumpan dan pengambilan bibit sampai didapatkan hasil yang stabil Kata Kunci : Alat tanam bibit padi model China, tipe dua bads, modifikasi ABSTRACT Rice cropping systems in Indonesia is generally done by rice transplanting (96%). Although this plant needs a large amount of labor (up to 25-30% of the total power production), rather than direct seeding and spread seeding.Since the shortage of labor have occurred in the centers rice production, it needs an alternative use of mechanization technology for transplanting activity with simple, easy and cheaper ways. This study was aimed to modify two rows manual transplanter Chinese model related to the land conditions and the habit of rice farmers in Indonesia. The methodology used starting from the identification of the character of rice seeds, rice lowland and planting rice seedling manner. The methods consists pre design. technical drawings and manufacture of prototype equipment of two rows type rice transplanter. Laboratory tests, field testing and modifications of rice transplanter to determine and refine the performance of planting equipment. Based on field test results, they were obtained: number of rice seeds implanted ranged 2-8 plants / hole (it should be 2-4 plants / hole), 41.27% missing hills (it should be less than 5%). Floating-hill 9.92% (it should be less than 3-4%). damage hill 7.5% (it should be less than 3-4%) and planting depth was 9.8 cm (it should be 4.5 to 6 cm). The results indicated that the performance of rice transplanter was still not perfect. However. work capacity and the cost reduction of planting has been reached, each amounting to 20.29 hours/ha and Rp 351.000/ha (it reduced the cost of planting by 46.87%). The next step is still done by fixing some equepment components, such as: feeding units and rotary picker. Laboratory and field tests would be conducted thuously until stable results.
- ItemPengembangan Model Mekanisasi Budidaya Padi di Kawasan PLG untuk Meningkatkan Efisiensi Usaha Tani(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2010-04) Sulistiadji, Koes; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianKawasan exPLG di Kalimantan Tengah merupakan asset nasional yang perlu direhabilitasi dan direvitalisasi, karena mempunyai potensi sumberdaya lahan 1,4 juta hektar dan masih cukup luas yang belum termanfaatkan untuk dijadikan lahan pertanian produktif dan berkelanjutan melalui penerapan inovasi teknologi mekanisasi pertanian karena terbatasnya sumber daya manusia yang ada. Penelitian dengan judul “Pengembangan Model Mekanisasi Budidaya Padi di Kawasan PLG untuk Meningkatkan Effisiensi Usaha Tani ” ini mempunyai maksud dan tujuan mengembangkan model mekanisasi budidaya padi di kawasan PLG untuk meningkatkan efisiensi usaha tani dari cara manual ke cara mekanis melalui penerapan beberapa prototipe alsintan (diluar alsin pengolah tanah yang ada) pada kegiatan yang menyedot banyak tenaga kerja terdiri dari prototipe alsin persemaian kering ; manual transplanter ; power weeder ; mower; dan thresher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alsintan budidaya padi di kawasan PLG dapat menurunkan upah tenaga kerja sebesar Rp.2.035.378,- per hektar dibanding dengan sistem budidaya secara konvensional. Rasio kinerja alsintan dengan kinerja cara manual masing-masing adalah : 2-3 kali, 15 kali, 11 kali, 10 kali, 4 kali, dan 17 kali, untuk unit persemaian kering, traktor tangan, manual transplanter, power weeder, mower, dan thresher. Sedangkan luas cakupan lahan untuk masing-masing alsintan tersebut pada musim kering (MK) dan musim basah (MH) berturut-turut adalah 8 ha (MK) & (MH) ; 21,8 ha (MK) & 20,9 ha (MH) ; 9,1 Ha (MK) & 5,5 ha (MH) ; 29,8 ha (MK) & 9,5 ha (MH) ; 20,3 ha (MK) & 6,5 ha (MH) ; 45,1 Ha (MK) & 14,4 ha (MH).
- ItemPengembangan Paket Teknologi Mesin Perontok Padi Lipat di Daerah Terasering untuk Menekan Losses dan Mengurangi Kejernihan Kerja(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Sulistiadji, Koes; Wiyono, Joko; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianMerontok padi secara mekanis menggunakan mesin perontok selain mampu menekan besarnya angka losses, juga mampu mengurangi kejerihan kerja. Mendekatkan mesin perontok ke areal panen akan menekan besarnya angka losses yaitu mengurangi susut tercecer saat pengangkutan menuju tempat perontokan dan untuk daerah terasering hal ini sulit dilakukan karena belum tersedianya mesin perontok dengan mobilitas tinggi. Mesin Perontok yang populer dan beredar di pasaran adalah mesin perontok dengan kapasitas kerja besar yaitu 600 kq/jam, dengan power antara 5.5 HP sampai 7,5 HP dan akan menjumpai kesulitan bila dioperasikan di daerah sawah terasering, karena bobotnya yang cukup berat dan tidak tersedianya jalan yang memadai. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan desain prototipe mesin perontok padi lipat bermotor, dengan kriteria parameter desain : (a) kecepatan putar optimum drum perontok 300 rpm, (b) kapasitas kerja teoritis 200 sampai 300 kg per jam untuk komoditas padi, (c) bobot keseluruhan prototipe relatif ringan, (d) menggunakan penggerak motor bensin 3.5 Hp, 4000 rpm dan (e) mampu mengurangi kejerihan kerja relatif dibanding cara gebot. Rancang bangun prototipe mesin perontok padi lipat bermotor telah dilakukan dengan dasar kriteria yang telah ditentukan. Komponen drum perontok digunakan bahan kayu berbentuk silinder dg ukuran 3 x 4 x 50 cm berjumlah 8 buah. Gigi perontokan digunakan tipe wire diameter 5 mm berbahan tahan karat dan dipasang zig-zag. Sistem transmisi dari engine penggerak menuju drum perontok digunakan pully dan v-belt dengan 2 (dua) kali penurunan kecepatan (dari 4000 rpm menjadi 300 rpm). Hasil uji fungsional di laboratorium BBP Mektan menunjukkan bahwa performance komponen-komponen utama sudah baik, serta penggunaan engine 3.5 Hp juga dapat berfungsi dengan baik Kegiatan uji lapang dilaksanakan di lahan terasering Desa Nusa Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Varietas padi yang digunakan sebagai bahan uji adalah sembada 168 (hibrida). Umur panen adalah 105 hari, rata-rata panjang malai (setelah di panen) adalah 85 cm, rata-rata kadar air gabah sebesar 18,6 – 20,4 %. Produksi ubinan sebesar 13.31 ton/ha dan nisbah gabah terhadap jerami + gabah sebesar 34.28 %. Kapasitas kerja pengumpanan relatif masih kecil 108,66 kg/jam untuk Perdal thresher lipat, dan 245,22 kg/jam untuk Thresher lipat bermotor. Sedangkan Kapasitas perontokan 34,52 kg/jam dan 79,95 kg/jam masing masing untuk Perdal thresher lipat dan Threher Lipat Bermotor. Prosentase Susut tercecer saat perontokan (yang diakibatkan oleh mesin perontok) berupa gabah tidak terontok, besarnya rata rata untuk Thresher tipe pedal 0,86 %, dan untuk Thresher pedal bermotor 0,69 %. Hasil analisa laboratorium terhadap kualitas gabah menunjukkan bahwa rata-rata prosentase gabah isi adalah 94.5 % dan butir retak 7/100 butir. Dari analisa Finansial Mesin Thresher Lipat Bermotor, melalui asumsi, harga mesin Rp.4 juta,-, umur teknis 5 tahun, upah operator Rp. 30.000,- per hari, Konsumsi BBM 0,833 l/jam, harga Bensin Premium Rp.4.500,-/liter, harga gabah Rp. 3.000,- per kg, kapasitas kerja mesin 79,95 kg/jam diperoleh Biaya Pokok Operasional mesin senilai Rp. 203,- per kg, gabah masih lebih murah dibanding dengan ongkos Gebot di Kab. Bone sebesar Rp.334,- per kg.
- ItemRancang Bangun Mesin Perontok Padi Bermotor Tipe Lipat Menggunakan Drum Gigi Perontok TipeStripping Rasbar(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2008-10) Sulistiadji, Koes; Rosmeika, Rosmeika; Gunanto, Andri; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPeningkatan intensitas tanaman membutuhkan peningkatan tenaga kerja. Keterbatasan tenaga menuntut alternatif penggunaan tenaga mekanis. Diantara kegiatan budidaya padi kegiatan perontokan secara manual (gebot) memerlukan tersedianya tenaga manusia cukup besar dan merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan. Terdapat dua cara merontok padi, yaitu secara manual (gebot) dan secara mekanis menggunakan mesin perontok thresher. Merontok padi dengan cara gebot atau menggunakan thresher umumnya didahului dengan panen menggunakan sabit. Kapasitas kerja merontok menggunakan gebot tidak ada yang melampaui 100 kg/jam/orang, merontok menggunakan pedal thresher antara 90 sampai 120 kg/jam/orang, merontok dengan power thresher 600 sampai 1.000 kg/jam (tergantung kapasitas mesin yang dipergunakan). Terjadinya angka susut tercecer yang besar saat panen padi umumnya diakibatkan proses panen dilakukan menggunakan tenaga manusia, besarnya angka susut tercecer dapat ditekan apabila digunakan mesin bermotor, karena semua mesin panen padi bermotor dirancang dan direkayasa untuk menghasilkan susut tercecer dibawah 2 %, apabila angka tersebut terlampaui maka terdapat 3 alternatif kemungkinan kesalahan yaitu (a) kesalahan pada operator, (b) kesalahan desain mesin itu sendiri, dan (c) kondisi lingkungan kerja yang tidak sesuai. Terdapat banyak jenis dan tipe alsin perontok padi, dipakai diberbagai klas usaha tani padi mulai dari usaha tani klas subsisten, menengah dan klas besar (agribisnis). Mahalnya harga mesin perontok padi yang beredar di pasaraan di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh mahalnya harga enjin penggerak. Dari sekian banyak jenis dan tipe mesin perontok padi masih terdapat peluang untuk desain rekayasa mesin perontok yakni jenis mesin perontok dengan kemampuan kinerja diantara Pedal thresher (kapasitas kerja 100 kg/jam) dengan Power Thresher (kapasitas kerja 600 kg/jam). Tujuan penelitian ini adalah melakukan rancang bangun prototipe mesin thresher lipat tipe stripping raspbar menggunakan drum dengan 8 gigi, dengan kriteria : (a) kecepatan putar optimum drum 200 rpm, (b) kapasitas kerja 200 sampai 300 kg per jam untuk komoditas padi, (c) bobot keseluruhan prototipe relatif ringan, (d) menggunakan penggerak enjin bensin 2 HP, 3.600 rpm, (e) konsumsi bahan bakar irit, (f) susut tercecer dibawah 1 %, (g) biaya pokok operasional per kg, relatif lebih murah dibanding dengan perontokan secara manual (gebot).