Browsing by Author "Suharyanto"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Responsibilitas Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produksi Padi Sawah di Provinsi Bali(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Suharyanto; WidyantoroPenelitian bertujuan untuk menganalisis responsibilitas faktor-faktor produksi terhadap produksi padi sawah. Penelitian dilaksanakan pada tiga sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali yaitu Tabanan, Buleleng dan Gianyar selama dua musim tanam. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 216 petani yang terdiri dari 122 petani SL-PTT dan 94 petani non SL-PTT. Pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan metode acak berstrata. Data dianalisis dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) dengan fungsi produksi stokhastik frontier. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara konsisten produksi padi sawah dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk N, pestisida, tenaga kerja, umur bibit. Produksi padi sawah lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan. Luas lahan merupakan faktor produksi yang paling responsif dibandingkan faktor produksi lainnya. Faktor produksi usahatani padi sawah petani non SLPTT lebih responsif dibandingkan dengan petani SLPTT.
- ItemMULTIFUNGSI LAHAN SAWAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EKSISTENSI SUBAK(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Suharyanto; Rinaldi, Jemmy; Rubiyo; Balai Pengkajian Teknologi PertanianDampak alih fungsi lahan sawah terhadap penggunaan non pertanian menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas seperti aspek produksi pangan, perubahan orientasi ekonomi, social, budaya dan politik masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai persepsi petani terhadap multifungsi lahan sawah secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberlanjutan kelembagaan subak. Penelitian dilakukan di tiga kabupaten sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali yakni Kabupaten Tabanan, Badung dan Buleleng. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap 90 petani pada bulan Mei-Juli 2015. Pemilihan petani sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana masing-masing 30 petani per kabupaten contoh. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan teknik skor. Hasil analisis mengindikasikan bahwa pemahaman petani terhadap multifungsi lahan sawah pada umumnya masih terfokus pada manfaat langsung khususnya pada penyediaan pangan dan kesempatan kerja. Sedangkan fungsi-fungsi lahan sawah lainnya diperoleh respon yang bervariasi antar wilayah. Jika masyarakat petani kurang memahami dan menyadari arti penting dari multifungsi lahan sawah secara utuh, maka hal ini dapat berimplikasi pada semakin sulitnya upaya pengendalian laju konversi lahan sawah ke penggunaan pertanian, yang tentunya akan berdampak pada eksistensi kelembagaan subak sebagai organisasi sosio religious.
- ItemMULTIFUNGSI LAHAN SAWAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EKSISTENSI SUBAK(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Suharyanto; Rinaldi, Jemmy; Rubiyo; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungDampak alih fungsi lahan sawah terhadap penggunaan non pertanian menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas seperti aspek produksi pangan, perubahan orientasi ekonomi, social, budaya dan politik masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai persepsi petani terhadap multifungsi lahan sawah secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberlanjutan kelembagaan subak. Penelitian dilakukan di tiga kabupaten sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali yakni Kabupaten Tabanan, Badung dan Buleleng. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap 90 petani pada bulan Mei-Juli 2015. Pemilihan petani sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana masing-masing 30 petani per kabupaten contoh. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan teknik skor. Hasil analisis mengindikasikan bahwa pemahaman petani terhadap multifungsi lahan sawah pada umumnya masih terfokus pada manfaat langsung khususnya pada penyediaan pangan dan kesempatan kerja. Sedangkan fungsi-fungsi lahan sawah lainnya diperoleh respon yang bervariasi antar wilayah. Jika masyarakat petani kurang memahami dan menyadari arti penting dari multifungsi lahan sawah secara utuh, maka hal ini dapat berimplikasi pada semakin sulitnya upaya pengendalian laju konversi lahan sawah ke penggunaan pertanian, yang tentunya akan berdampak pada eksistensi kelembagaan subak sebagai organisasi sosio religious.
- ItemPENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PETANI JERUK TERHADAP PENGENDALIAN PENYAKIT HUANG LUNG BIN (HLB) DI KABUPATEN BANGLI(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Suharyanto; Sutami, Ni putu; Jati, Eko Nugroho; Hidyat, Zikril; BPTP JambiPenyakit Huang Lung Bin (HLB) atau dahulu dikenal dengan CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneation) merupakan penyakit utama tanaman jeruk yang sampai saat ini belum juga tuntas pengendaliannya dan sangat merugikan bagi pengembangan jeruk di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku petani terhadap penyakit HLB sebagai langkah awal upaya pengendaliannya. Peneltian dilakukan melalui survei terhadap 60 petani jeruk yang dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Desa Kintamani dan Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani. Penentuan lokasi ditetapkan secara purposive, dimana kecamatan Kintamani merupakan sentra produksi jeruk di Bali, lebih dari 70 persen produksi jeruk di Bali berasal dari Kintamani. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif melalui tabulasi silang dan tabel frekuensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan petani terhadap penyakit HLB tergolong rendah, sikap tergolong netral dan perilaku tergolong rendah. Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian CVPD di lokasi penelitian antara lain melalui penerapan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) melalui penggunaan bibit jeruk bebas penyakit, pengendalian serangga penular CVPD, sanitasi kebun, pemeliharaan tanaman dan konsolidasi pengelolaan kebun. Hal tersebut dapat didiseminasikan melalui pelatihan, sekolah lapang dan metode diseminasi lainnya.
- ItemSTRATEGI MANAJEMEN RISIKO PETANI BAWANG MERAH PADA LAHAN SAWAH DATARAN RENDAH DI KABUPATEN BULELENG(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Suharyanto; Arya, Nyoman Ngurah; Rinaldi, Jemmy; Hasan, Rahmat; BPTP JambiPenelitian bertujuan untuk menganalisis perilaku petani dalam menghadapi risiko dan strategi manajemen risiko pada usahatani bawang merah pada lahan sawah dataran rendah. Pengumpulan data dilakukan melalui survei tehadap 30 petani bawang merah pada bulan Juli-Agustus 2015 di subak Yang Ai Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif mengunakan tabel frekuensi yang difokuskan pada persepsi petani terhadap risiko, perilaku dan strategi manajemen petani terhadap risiko. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi manajemen ex ante yang diterapkan petani dengan mengusahakan bawang merah sebagai tanaman bernilai ekonomis tinggi dalam pola tanam usahataninya. Strategi manajemen risiko interaktif dilakukan petani antara lain melalui penggunaan input produksi yang berlebih. Strategi manajemen risiko ex post yang ditempuh petani untuk menghindari kegagalan usaha yang dapat berdampak terhadap sumber pendapatan rumahtangga dan keberlanjutan usahatani antara lain menggunakan pendapatan dari usahatani lain, meminjam dari pihak lain dan menjual sebagian asset. Untuk meningkatkan tingkat stabilitas dan keberlanjutan pendapatan usahatani maka perencanaan pola tanam harus mempertimbangkan komoditas bawang merah sebagai salah satu komoditas dalam pola tanamnya dengan memperhatikan varietas,penggunaan sarana produksi, iklim dan harga.
- ItemSTRATEGI REVITALISASI PENGEMBANGAN LADA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Suharyanto; Rubiyo; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungProvinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan sentra produksi lada putih yang telah memperoleh indikasi geografis sebagai penghasil Muntok White pepper. Namun, usahatani lada dalam dasawarsa terakhir mengalami fluktuasi baik luas areal maupun produksinya karena berbagai permasalahan seperti konversi menjadi lahan tambang timah maupun komoditas perkebunan lainnya seperti karet dan kelapa sawit. Sejalan dengan diberlakukannya pelarangan penambangan inkonvensional dan harga komoditas karet dan kelapa sawit yang cenderung turun, masyarakat telah mulai kembali membudidayakan tanaman lada. Lada putih masih memiliki kekuatan dan peluang untuk dikembangkan karena memiliki kesesuaian lahan yang cukup luas, tersedianya teknologi ramah lingkungan yang efisien serta peluang melakukan diversifikasi usahatani maupun produk. Namun pada kenyataannya di lapang pengembangan usahatani lada juga mengalami kendala, kelemahan dan ancaman. Penyusunan strategi kebijakan revitalisasi pengembangan lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) melalui Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada bulan September 2015 dengan melibatkan beberapa stakeholder terkait. Indepth interview juga dilakukan pada beberapa petani lada di beberapa sentra produksi lada. Beberapa alternatif strategi revitalisasi pengembangan lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain : (1) intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi usahatani lada dengan teknologi rekomendasi, (2) peningkatan produktivitas dan diversifikasi produk dan usahatani lada, (3) pengembangan industri perbenihan tersertifikasi, (4) meningkatkan peran kelembagaan input-output dan diseminasi teknologi dan (5) meningkatkan peran kerjasama dan kemitraan antar institusi.