Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Sudaryono"

Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika Tanah Alfisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007-12-16) Andy Wijanarko; Sudaryono; Sutarno
    Pemanfaatan tanah dalam jangka waktu yang lama tanpa teknik pengawetan, dapat menyebabkan penurunan kesuburan kimiawi dan fisik tanah, sehingga produktivitasnya rendah. Alfisol umumnya berada pada kondisi geografis dan agroklimat yang mendorong untuk menjadi tanah marjinal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kimia dan fisika tanah Alfisol di tujuh lokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH tanah Alfisol yang diamati bereaksi dari masam hingga netral, dengan kandungan C- organik rendah, P-tersedia dari sangat rendah hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi. Warna tanah Alfisol yang diamati adalah coklat kemerahan hingga merah gelap, kekuatan tanah yang relatif rendah yaitu kurang dari 3,75 kg F/cm2, struktur tanah dari butir hingga tiang dan tekstur tanah dari lempung liat berpasir hingga liat
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Kontribusi Ilmu Tanah dalam Mendorong Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005) Sudaryono; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Kendala produksi pertanian tanaman kacang tanah secara garis besar dikelompokkan ke dalam lima macam, yaitu (1) biofisik, (2) teknis, (3) sosial, (4) ekonomi, dan (5) kebijakan. Kendala biofisik menyangkut masalah lahan atau jenis tanah, pola tanam, dan gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Ragam jenis tanah menunjukkan ragam karakteristik tanah yang sekaligus mencerminkan ragam kendala dan tingkat produktivitas kacang tanah. Ragam jenis lahan atau agroekologi mencerminkan ragam dinamika gangguan OPT, serta ragam pola tanam. Pola tanam lebih ditentukan oleh neraca air musiman atau secara umum ragam iklim suatu wilayah.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Kawasan Agroekosistem
    (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015) Mejaya, Made Jana; Harnowo, Didik; Marwoto; Subandi; Sudaryono; Adie, M. Muchlish
    Salah satu program Kementerian Pertanian pada periode tahun 2015-2019 adalah peningkatan produksi kedelai menuju Swasembada. Program peningkatan produksi kedelai di lakukan dengan peningkatan produktivitas dan perluasan areal melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) dan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB). Sasaran perluasan areal yang potensial adalah di agroekosistem lahan sawah, lahan kering/kering masam, lahan rawa lebak dan lahan pasang surut. Dalam kaitannya peningkatan produksi kedelai telah di susun dan dilaksanakan melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Pedoman Umum PTT Kedelai
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2016) Marwoto; Subandi; Adisarwanto, T.; Sudaryono; Kasno, Astanto; Hardaningsih, Sri; Setyorini, Diah; Adie, M. Muchlish
    Hingga saat ini kebutuhan kedelai nasional sebagian masih harus dipenuhi dari impor karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat. Kedelai banyak digunakan untuk industri pangan, antara lain tahu dan tempe yang telah menjadi menu utama masyarakat. Untuk menekan volume impor yang terus membengkak diperlukan upaya percepatan peningkatan produksi kedelai. Belajar dari pengalaman dalam penerapan inovasi teknologi padi sawah dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Badan Litbang Pertanian mengembangkan PTT kedelai untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta menjaga kelestarian lingkungan.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk Budi Daya Kedelai
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009-12-16) Sudaryono
    Lahan kering masam Ultisol yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua menjadi tumpuan pengembangan kedelai. Kondisi lahan kering Ultisol harus diperbaiki agar memiliki tingkat kesesuaian dan kesuburan yang layak untuk pengembangan kedelai. Inti masalah pada tanah Ultisol adalah: (1) Al yang dapat dipertukarkan (Aldd) dan kejenuhan Al tanah tinggi sehingga menjadi racun dan menghambat ketersediaan P karena fiksasi (Al-P) sehingga P tidak tersedia untuk tanaman; (2) kadar besi (Fe) tinggi, potensial menjadi racun dan memfiksasi P (Fe-P) sehingga ketersediaan P rendah tersedia; (3) kadar bahan organik umumnya rendah, menyebabkan daya sangga (buffering capacity) tanah rendah. Tanaman kedelai tidak dapat tumbuh optimal pada Ultisol yang memiliki kemasaman tinggi (pH tanah < 4,5) dan kejenuhan Aldd > 20%. Untuk pemecahan masalah keracunan Al dan Fe pada Ultisol umumnya memakai amelioran tanah dengan bahan baku mineral seperti kapur pertanian (kalsit atau CaCO3, kapur tohor atau CaOH), dolomit maupun zeolit. Detoksifikasi Al dan Fe pada Ultisol dengan pupuk organik belum banyak dikerjakan sehingga membuka topik penelitian selanjutnya. Penggunaan pupuk organik, khususnya limbah pabrik tapioka dan pupuk kandang terfermentasi, memiliki arti penting untuk budi daya kedelai di lahan kering masam. Kesuburan tanah ideal untuk lahan kering masam dapat diwujudkan melalui tindakan manipulatif pengelolaan lahan, baik bersifat fisik-mekanik, maupun kimia, hayati, dan konservasi. Tindakan praktis yang disarankan adalah (1) perbaikan kesuburan fisik melalui penyiapan lahan untuk mencapai kondisi solum tanah cukup dalam (40-50 cm), struktur tanah gembur, daya simpan lengas meningkat, (2) perbaikan kesuburan kimia melalui ameliorasi tanah (zeolit, dolomit, kapur, amelioran organik), pemupukan organik dan anorganik (NPK, dan hara mikro), (3) perbaikan kesuburan hayati dengan pupuk hayati yang mengandung mikroba tanah terutama bakteri pelarut fosfat, mikoriza, dan bakteri penambat N nonsimbiotik, dan (4) pengaturan pola tanam atau rotasi tanaman yang lebih produktif.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Transformasi Sistem Produksi Tanaman Pangan Menjadi Tanaman Tahunan di Lahan Kering: Ancaman bagi Keamanan Pangan
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011-12-15) Sudaryono; P. C. Hastuti
    Proporsi dan pengelolaan sistem produksi tanaman semusim dan tanaman tahunan pada lahan kering suboptimal menjadi bagian integral yang tidak terpisahkan dalam pasokan produksi tahunan. Alih fungsi lahan kering dari pertanian pangan menjadi nonpertanian dan atau ke pertanian lain perlu dicermati berkaitan dengan jaminan keamanan pangan nasional. Lahan kering di Lampung umumnya tergolong suboptimal dan memiliki kendala kelestarian, khususnya dari aspek bahan induk tanah yang miskin hara, erodibilitas tinggi, curah hujan tinggi, berlereng, perkolasi dakhil (internal) cepat, dan daya dukung rendah. Lahan kering suboptimal akan cepat merosot kemampuannya bilamana sistem pengelolaan lahan tidak bijaksana. Pengelolaan lahan dan tanaman dengan pola pergiliran tanaman secara intensif dan membiarkan permukaan tanah kurang terlindungi, pengaturan aliran air permukaan tidak teratur, dan miskin tindakan 184 Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No. 2 - 2011 konservasi lahan akan menyebabkan tanah menjadi cepat rusak. Sistem usahatani tanaman semusim (umur < 4 bulan panen) memiliki sistem perakaran di permukaan tanah

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback