Browsing by Author "Siswani"
Now showing 1 - 19 of 19
Results Per Page
Sort Options
- ItemBrucella Melitensis: Respon Serologis terhadap Kambing yang Mendapat Infeksi Buatan dengan Kuman Brucella Melitensis Biovar 1(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Siswani; Rosmiaty; F. D., Titis; MuflihanahBrucellosis pada ruminansia kecil, khususnya kambing dan domba merupakan penyakit menular yang sangat penting terutama dari aspek kesehatan masyarakat (Public health) mengingat penyakit ini menyebabkan dampak zoonosis yang tinggi berupa kematian pada manusia. Penyebab utama brucellosis pada kambing domba disebabkan oleh kuman Brucella melitensis. Brucellosis ini menyebakan kerugian ekonomi yang besar, antara lain terjadinya keguguran, ternak lahir lemah, penurunan produksi susu dan peradangan pada persendian Di Indonesia status kejadian brucellosis pada kambing dan domba belum banyak diketahui atau dilaporkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang epidemiologi penyakit, dampak zoonosis dan ekonomi yang disebabkan oleh brucellosis dan juga keterbatasan pemahaman tentang metode diagnosis penyakit ini. Keterbatasan bahkan ketidaktersedianya data tentang kejadian penyakit ini di Indonesia berdampak pada terhambatnya perdagangan internasional terutama dalam proses ekportasi komoditas ternak kambing dan domba dimana negara pengimport mempersyaratkan tentang status brucellosis di tingkat negara maupun individu ternak. Sebagai laboratorium rujukan nasional untuk penyakit brucellosis, maka pengembangan metode diagnosis brucellosis pada kambing dan domba di Balai Besar Veteriner Maros ini sangat diperlukan sebagai dasar dan pendukung pelaksanaan surveilans terhadap penyakit ini di Indonesia. Laboratorium Rujukan juga mempunyai tugas untuk menyiapkan bahan standard yang dibutuhkan dalam pengujian, terutama kontrol standard dalam pengujian serologis. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat respon serologis yang ditimbulkan pada kambing yang telah infeksi oleh kuman Brucella melitensis biovar 1 melalui intra konjungtiva, kemudian dilakukan pengambilan serum secara berkala dan selanjutnya contoh serum diperiksa secara serologis dengan metode RBT dan CFT secara paralel. Titer yang muncul akan diamati dan akan diseleksi sebagai kandidat dalam pembuatan kontrol positif standard. Hasil penelitian menunjukkan titer antibodi kambing yang diifeksi kuman Brucella melitensis muncul pada minggu ke-2 pasca infeksi dengan titer CFT 4/8. Titer antibodi kambing mencapai puncak pada minggu ke-11, yaitu 4/256 titer CFT, dan mulai terjadi penurunan titer pada minggu ke-28.
- ItemDampak infeksi dan diagnosa Chicken Infectious Anemia Virus pada Ayam(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-04) Hadi, Sulaxono; Sulaxono, Ratna Loventa; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosSerangan virus Chicken Infectious Anemia Virus (CIAV) menimbulkan berbagai akibat pada ayam, mulai klinis berupa kelemahan, mengantuk, kegatalan pada otot sayap dan perdarahan pada otot sayap. Dampak patologis yang terjadi tampak pada disfungsi hematopoietik sumsum tulang berupa kepucatan sumsum tulang dan nekrosis. Gambaran packed cell volume (PCV) ayam menunjukkan terus penurunan dan ayam mengalami anemia. Produksi sel-sel pembeku darah atau trombosit menunjukkan penurunan, trombositopenia, dibandingkan ayam normal. Perubahan histopatologi spesifik pada infeksi adalah terbentukkan inclusion bodies intranuklear pada sumsum tulang dan berbagai jaringan tubuh ayam yang lain. Secara imunohistokimia, antigen virus penyebab dapat ditemukan diidentifikasi pada sumsum tulang dan berbagai jaringan lainnya dari ayam terinfeksi CIAV dengan warna kecoklatan pada pewarnaan dengan imunohistokimia.
- ItemDampak infeksi dan diagnosa Chicken Infectious Anemia Virus pada Ayam(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Sulaxono, Hadi; Sulaxono, Ratna Loventa; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosSerangan virus Chicken Infectious Anemia Virus (CIAV) menimbulkan berbagai akibat pada ayam, mulai klinis berupa kelemahan, mengantuk, kegatalan pada otot sayap dan perdarahan pada otot sayap. Dampak patologis yang terjadi tampak pada disfungsi hematopoietik sumsum tulang berupa kepucatan sumsum tulang dan nekrosis. Gambaran packed cell volume (PCV) ayam menunjukkan terus penurunan dan ayam mengalami anemia. Produksi sel-sel pembeku darah atau trombosit menunjukkan penurunan, trombositopenia, dibandingkan ayam normal. Perubahan histopatologi spesifik pada infeksi adalah terbentukkan inclusion bodies intranuklear pada sumsum tulang dan berbagai jaringan tubuh ayam yang lain. Secara imunohistokimia, antigen virus penyebab dapat ditemukan diidentifikasi pada sumsum tulang dan berbagai jaringan lainnya dari ayam terinfeksi CIAV dengan warna kecoklatan pada pewarnaan dengan imunohistokimia.
- ItemDeteksi Spesies Leptospira Dengan Teknik Conventional PCR Pada Target Gen secY(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Muflihanah; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Siswani; Haeriah; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosDeteksi spesies Leptospira sangat penting diketahui karena untuk pengembangan diagnosa Leptospirosis di laboratorium. Penelitian ini ini berfujuan untuk mendeteksi spesies Leptospira dengan menggunakan teknik Conventional PC R pada target gen sec Y. Empat spesies bakteri standar Leptospira interrogans yaitu L.hardjo, L. tarassovi, L. bataviae dan L. ichterohaemorhagica digunakan dalam pengembangan metode ini. Primer yang digunakan yaitu prirner spesifik G1 dan G2 padatarget gen secY mengfasilkan panjang amplikon 285 pasangan basa. Conventional PCR dapat digunakan sebagai alternatif pengujian Leptospirosis karena lebih cepat, sensitif dan spesifik.
- ItemDistribusi Kejadian Brucella melitensis di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Tahun 2017(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Siswani; Yudianingtyas, Dini Wahyu; Rosmiaty; Iryadi; RamlanBrucellosis pada ruminansia kecil khususnya kambing dan domba merupakan penyakit menular yang sangat penting terutama dari aspek kesehatan masyarakat (Public health) mengingat penyakit ini menyebabkan dampak zoonosis yang tinggi berupa kematian pada manusia. Penyakit ini pada kambing dan domba ini utamanya disebabkan oleh kuman Brucella melitensis. Informasi awal mengenai status Brucella melitensis pada beberapa kabupaten yang pernah dilaporkan terjadi kasus di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros (BBV Maros), maka kami melakukan surveilans secara rutin untuk mendapatkan data/informasi mengenai penyakit ini di beberapa kabupaten di wilayah kerja BBV Maros. Khusus untuk wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat diperoleh seroprevalensi pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 3% dan 2%. Kegiatan serosurveilans ini bertujuan untuk : mengetahui distribusi dan proporsi kejadian Brucella melitensis di Propinsi Sul-Sel dan Sul-Bar tahun 2017, mengetahui sensitifitas dan spesifisitas pengujian Brucella melitensis secara parallel. Dari hasil uji laboratorium, untuk Propinsi Sulawesi Barat diperoleh hasil seroprevalensi Brucella melitensis sebesar 4,23% (10/236) dan Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 4,45% (23/516). Perhitungan prevalensi dengan mempertimbangkan sensitifitas dan spesifisitas kedua uji labortorium dilakukan dengan menggunakan software epitools
- ItemEfektivitas Metode Uji Enzymed Linked Immunosorbant Assay (ELISA) dalam Mendeteksi Antibodi Penyakit Enzootic Bovine Leucosis di UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Siswani; Rosmiaty; Utami, Wulandari; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Enzootic Bovine Leukosis (EBL) adalah penyakit pada ternak yang disebabkan oleh virus leukemia sapi, Bovine Leukosis Virus (BLV) yang merupakan virus golongan retroviridae. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas metode ELISA untuk mendeteksi keberadaan penyakit Enzootic Bovine Leucosis (EBL) pada sapi Bali di UPTD Perbibitan Sapi Bali Kabupaten Konawe Selatan. Sebanyak 70 sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 68 betina dan 2 jantan di uji di laboratorium serologi Balai Besar Veteriner Maros. Jenis Elisa kit yang digunakan dalam pengujian ini adalah kit komersial Competitive ELISA ID Vet (Perancis), kit diagnostik ini dirancang untuk mendeteksi antibodi terhadap glikoprotein gp51 dalam serum sapi dan kerbau, baik sampel individual maupun sampel yang di pooled (sampai 10 sampel). Hasil uji ELISA EBL terhadap sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan bahwa dari 70 sampel yang diuji terdeteksi positif sebanyak 2 sampel (2,86%) positif antibody, uji tersebut mempunyai korelasi positif dengan gejala klinis yang muncul dilapangan, yaitu tumor (limfosarkoma). Dengan demikian teknik ELISA dapat digunakan untuk monitoring penyakit EBL pada sapi dan terutama untuk sapi bibit
- ItemEfektivitas Metode Uji Enzymed Linked Immunosorbant Assay (ELISA) dalam Mendeteksi Antibodi Penyakit Enzootic Bovine Leucosis di UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Siswani; Rosmiaty; Utami, Wulandari; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Enzootic Bovine Leukosis (EBL) adalah penyakit pada ternak yang disebabkan oleh virus leukemia sapi, Bovine Leukosis Virus (BLV) yang merupakan virus golongan retroviridae. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas metode ELISA untuk mendeteksi keberadaan penyakit Enzootic Bovine Leucosis (EBL) pada sapi Bali di UPTD Perbibitan Sapi Bali Kabupaten Konawe Selatan. Sebanyak 70 sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 68 betina dan 2 jantan di uji di laboratorium serologi Balai Besar Veteriner Maros. Jenis Elisa kit yang digunakan dalam pengujian ini adalah kit komersial Competitive ELISA ID Vet (Perancis), kit diagnostik ini dirancang untuk mendeteksi antibodi terhadap glikoprotein gp51 dalam serum sapi dan kerbau, baik sampel individual maupun sampel yang di pooled (sampai 10 sampel). Hasil uji ELISA EBL terhadap sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan bahwa dari 70 sampel yang diuji terdeteksi positif sebanyak 2 sampel (2,86%) positif antibody, uji tersebut mempunyai korelasi positif dengan gejala klinis yang muncul dilapangan, yaitu tumor (limfosarkoma). Dengan demikian teknik ELISA dapat digunakan untuk monitoring penyakit EBL pada sapi dan terutama untuk sapi bibit.
- ItemElisa NSP : Deteksi Antibodi untuk Mendiagnosa Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Ruminansia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-05) Siswani; Utami, Wulandari; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit mamalia yang paling menular dan memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial yang parah pada peternak. Ada tujuh serotipe virus Footh and Mouth Disease Virus (FMDV), yaitu, O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1 (OIE, 2021). PMK tidak dapat dibedakan secara klinis dari penyakit vesikular lainnya, seperti penyakit vesikular babi, stomatitis vesikular, dan eksantema vesikular, oleh karena itu pengujian laboratorium pada kasus suspek PMK menjadi hal utama dalam peneguhan diagnosa. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran terhadap efektivitas pengujian PMK dengan metode Elisa NSP dan sejauh mana dapat mendeteksi antibodi terhadap virus PMK pada ternak ruminansia. Dapat disimpulkan bahwa metode ELISA untuk deteksi antibodi terhadap NSP dari FMDV dapat digunakan untuk mengidentifikasi infeksi sebelumnya atau sekarang dengan salah satu dari tujuh serotipe virus yang ada. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi dugaan kasus PMK dan untuk mengevaluasi prevalensi infeksi atau untuk membuktikan kebebasan dari infeksi berdasarkan populasi.
- ItemImunologi Brucella Abortus(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Muflihanah; Siswani; Djatmikowati, Titis; Rosmiaty; Ramlan
- ItemInvestigasi Kasus Anthraks di Kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Siswani; Rahman, Abdul; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosInvestigasi terhadap kasus kematian ternak kuda di kecamatan Pattalassang kabupaten Takalar telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan, pengambilan spesimen dan mengidentifikasi faktor risiko. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah dikarenakan agen Bacillus anthracis. Investigasi lanjutan, sosialisasi dan sejumlah tindakan telah dilaksanakan dalam rangka pengendalian dan penmggulangan wabah anthraks di kecamatan Pattalassang kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan
- ItemInvestigasi Kasus Penyakit Anthraks di Kecamatan Mangara Bombang, Kabupaten Takalar(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Yudianingtyas, Dini Wahyu; Siswani; Suardi; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosInvestigasi terhadap kasus kematian sejumlah ternak sapi di kecamatan Mangara Bombang kabupaten takalar telah dilaksanakan pada bulan Juni 2012. lnvestigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan dan penelusuran kasus serta melakukan pengambilan spesimen. Hasil perneriksaan laboratorium menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah dikarenakan agen Bacillus anthracis. Investigasi lanjutan, sosialisasi dan sejumlah tindakan telah dilaksanakan datam rangka pengendalian dan penanggulangan wabah anthraks di kecamatan Mangara Bombang kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan
- ItemInvestigasi Kasus Rabies di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara pada Februari 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Putra, Hamdu Hamjaya; Siswani; Hendrawati, Ferra; FaisalPeningkatan kejadian gigitan hewan penular rabies (HPR) di wilayah Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara dilaporkan pada tanggal 4 Februari 2019. Rabies merupakan penyakit zoonosis berbahayayang menular melalui gigitan HPR dan menyebabkan kematian pada manusia. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan diperoleh informasi bahwa kasus gigitan dimulai pada awal bulan Februari 2019, di Desa Lowalatu, Kecamatan Ngapa. Tim investigasi Balai Besar Veteriner Maros bekerja sama dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan, Karantina dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara melakukan penelusuran kasus dan pencarian kasus aktif. Terdapat laporan 25 kasus gigitan HPR dari awal Januari hingga 16 Februari 2019. Kegiatan investigasi wabah ini bertujuan mengidentifi kasi rute transmisi kasus rabies, faktor risiko yang berperan dalam penyebaran penyakit dan pemberian saran tindakan pengendalian wabah. Kegiatan ini didapatkan sampel otak sebanyak 2 spesimen dan serum 5 spesimen dari HPR di sekitar lokasi kasus gigitan. Hasil pengujian terhadap sampel di laboratorium Virologi BBVet Maros didapatkan hasil positif rabies dari spesimen otak dengan metode fl uorescent antibody technique (FAT) dan seronegatif terhadap serum dengan uji enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tindakan pengendalian wabah di Kolaka Utara sudah dilakukan diantaranya eliminasi anjing liar, vaksinasi darurat di daerah kasus, serta sosisalisasi kepada warga masyarakat. Rekomendasi saran yang dapat diberikan yaitu peningkatan kerja sama lintas sektoral berupa komunikasi, informasi, edukasi (KIE) tentang bahaya penyakit rabies, pengawasan lalu lintas HPR dari dan ke wilayah wabah, serta pelaporan cepat apabila ada kasus gigitan HPR di lapangan.
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Muflihanah; Andesfha, , Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping Tjatur; RamlanLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Muflihanah; Andesfha, Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping TjaturLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/ Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2.
- ItemKejadian Kasus PenyakitAnthraks di Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Siswani; Yudianingtyas, Dini Wahyu; Djatmikowati, Titis Furi; Haeriah; Perpustakaan Balai Besar Veteriner Marostelah terjadi kematian ternak sapi yang disertai dengan suspek pada manusia di Desa Jenne Taesa Kec. Simbang, Kabupaten Maros pada bulan oktober 2013. pengambilan spesimen dilaksanakan oleh petugas Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros untuk dilakukan konfirmasi laboratorium di Balai Besar Veteriner Maros (BBvet Maros). hasil pengujian menunjukkan positif Bacillus Anthracis. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi di lapangan adalah kurangnya masyarakat, ternak yang belum pernah dilakukan vaksinasi anthraks sehingga sosialisasi kegiatan penanggulangan (vaksinasi, terapi antibiotik serta mekanisme pelaporan) menjadi kunci dalam program pengendalian penyakit antraks di kecamatan simbang.
- ItemPrevalensi Antibodi terhadap Infectious Bovine Rhinotracheitis Virus pada Sapi Bali di Wilayah Sumber Bibit Kabupaten Barru(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-03) Anis, Saiful; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosPengelolaan teknis kawasan perbibitan dilakukan dengan memonitor status penyakit hewan menular, salah satunya adalah penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR). Infectious bovine rhinotracheitis-infectious pustular vulvovaginitis (IBR-IPV) adalah penyakit viral akut dan kontagius yang menyerang sapi dan kerbau. Agen etiologis penyakit ini adalah Bovine Herpesvirus-1 (BHV-1).Penyakit ini menyebabkan kerugian yang cukup besar dalam industri peternakan melaului penurunan produktivitas dan reproduktivitas sapi. Tujuan dari surveillans ini untuk mendeteksi level penyakit IBR di kawasan sumber bibit sapi bali. Pengujian dilakukan terhadap serum sampel menggunakan uji indirect elisa antibody capture. 36 serum dari 455 serum menunjukkan serokonversi. True prevalensi IBR di wilayah sumber bibit Kabupaten Barru dengan tingkat kepercayaan 95% mencapai 7,13% dengan confidence interval 4,5 - 9,68%.
- ItemPrevalensi Antibodi terhadap Infectious Bovine Rhinotracheitis Virus pada Sapi Bali di Wilayah Sumber Bibit Kabupaten Barru(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Anis, Saiful; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosPengelolaan teknis kawasan perbibitan dilakukan dengan memonitor status penyakit hewan menular, salah satunya adalah penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR). Infectious bovine rhinotracheitis-infectious pustular vulvovaginitis (IBR-IPV) adalah penyakit viral akut dan kontagius yang menyerang sapi dan kerbau. Agen etiologis penyakit ini adalah Bovine Herpesvirus-1 (BHV-1).Penyakit ini menyebabkan kerugian yang cukup besar dalam industri peternakan melaului penurunan produktivitas dan reproduktivitas sapi. Tujuan dari surveillans ini untuk mendeteksi level penyakit IBR di kawasan sumber bibit sapi bali. Pengujian dilakukan terhadap serum sampel menggunakan uji indirect elisa antibody capture. 36 serum dari 455 serum menunjukkan serokonversi. True prevalensi IBR di wilayah sumber bibit Kabupaten Barru dengan tingkat kepercayaan 95% mencapai 7,13% dengan confidence interval 4,5 - 9,68%.
- ItemSeroprevalensi Brucellosis di Pulau Kabaena Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara Tahun 2023(Perpustakaan BBVet Maros, 2024-06-12) Titis Furi Djatmikowati; Dini Marmansari; Hamdu Hamjaya Putra; Siswani; Abdul RahmanBrucellosis merupakan penyakit bakterial pada sapi yang sangat menular, zoonosis dan penting secara ekonomi. Kabupaten Bombana yang secara geografis merupakan wilayah kepulauan, salah satunya adalah Pulau Kabaena yang hingga sat ini belum pernah dilaporkan terjadi kasus Brucellosis. Surveilan Brucellosis di Pulau Kabaena tahun 2023 merupakan surveilan awal untuk mengetahui tingkat atau aras penyakit Brucellosis dilakukan secara cross sectional. Besaran sampel sebanyak 400 sampel diperoleh berdasarkan rumus epidemiologi n = 4PQ/L2 dengan menggunakan galat 5% dan estimasi prevalensi 50% untuk serosurveilan tahun 2023. Pelaksanaan surveilan dilakukan di enam Kecamatan dan pemilihan desa dilakukan secara random. Sebanyak 435 sampel serum yang diperoleh tidak teridentifikasi positif RBT dan CFT. Studi seroprevalensi Brucellosis di Pulau Kabaena Kabupaten Bomabana tahun 2023 sebesar 0%, masih perlu dilakukan surveilan selanjutnya minimal 2 tahun kedepan untuk memonitoring seroprevalensi Brucellosis sehingga dapat ditentukan strategi pemberantasan Brucellosis di Pulau Kabaena Kabupaten Bombana
- ItemSeroprevalensi Brusellosis : Status Awal Pemberatasan Brusellosis dengan Pendekatan Zoning di Kabupaten Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06-15) Muflihanah; Djatmikowati, Titis Furi; Siswani; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosDalam upaya dalam menurunkan tingkat prevalensi panyakit brusellosis di wilayah tertular berat, pelaksanaan surveilans aktif (sero survey) sangat penting. Surveilans dilakukan sesuai dengan metode yang direkomendasikan untuk menentukan prevalensi sehingga menjadi status awal daerah tersebut. Penentuan status awal dalam pembrantasan brusellosis di Kabupaten Pinrang menggunakan desain cross sectional study dengan metode tahapan ganda berdasarkan asumsi prevalensi 20% dengan tingkat kepercayaan 95 tingkat error 5 %. Sebanyak 790 spesimen serum sapi yang diambil dari sebelas (11) kecamatan dan tujuh puluh lima (75) desa dan kelurahan. Spesimen diuji dengan metode uji Rose Bengal Test (RBT) dan hasil seropositif RBT kemudian diuji dengan metode Complement Fixation Test (CFT) Dari hasil pengujian spesimen menunjukkan bahwa seroprevalensi awal di Kabupaten Pinrang sebesar 13.92% dengan kisaran 0% - 100%.