Browsing by Author "Satoto"
Now showing 1 - 16 of 16
Results Per Page
Sort Options
- ItemDaftar Periksa Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi (Indonesia Rice Check)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017) Wahab, Moh. Ismail; Abdulrachman, Sarlan; Satoto; Suprihanto; Guswara, Agus; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSistem produksi padi sawah irigasi telah mengalami evolusi, dari anjuran dan adopsi paket teknologi budidaya pada awal penerapan teknologi revolusi hijau tahun 1970an, menuju tahap manajemen teknologi pada tahun 2000, dan seterusnya. Pengelolaan Sumberdaya dan Tanaman Terpadu (PTT) adalah salah satu model pengelolaan teknologi budidaya padi sawah. Dalam sistem produksi padi secara modern, penerapan komponen teknologi yang sesuai dan adaptif merupakan suatu keharusan. Komponen teknologi utama yang menjadi faktor penentu produktivitas padi perlu diidentifikasi secara tepat, baik yang berasal dari pengalaman empiris, yang berasal dari negara lain, maupun teknologi hasil penelitian yang terbukti keunggulannya. Daftar Periksa Budidaya (DPB) Padi yang merupakan adaptasi Rice Check (Australia), terdiri dari komponen utama sistem produksi padi sawah, yang harus dilakukan oleh petani produsen, apabila menghendaki diperolehnya produktivitas optimal. DPB Padi sawah disusun oleh peneliti padi atas dasar informasi/teknologi tersebut di atas, terdiri dari komponen teknologi yang nyata menentukan produktivitas yang tinggi. Bagi ekologi spesifik, DPB Padi dapat dimodifikasi menyesuaikan dengan kebutuhan agroekologi spesifik tersebut. Dalam panduan Daftar Periksa Budidaya padi sawah ini, dipilih 13 komponen teknologi yang harus dikelola dan diterapkan oleh petani, yang meliputi : (1) waktu tanam; (2) pilihan varietas dan benih; (3) persemaian; (4) penyiapan lahan; (5) pemeriksaan kandungan hara dalam tanah; (6) tanam dan populasi tanaman; (7) pemupukan; (8) pengelolaan air; (9) pengendalian gulma; (10) pengendalian OPT; (11) pemeriksaan status hara N dalam daun; (12) drainasi tanah; dan (13) panen dan penanganan pasca panen. DPB Padi sawah harus dipahami oleh penyuluh guna tindakan penyuluhan, dan dipahami oleh petani untuk memastikan pengadopsiannya. Dengan mengadopsi DPB Padi, senjang hasil antar petani dan antar hamparan sawah serta antar wilayah dapat diminimalisasi, sehingga produksi padi nasional dapat meningkat.
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017) Wahab, Moh. Ismail; Satoto; Rachmat, Ridwan; Guswara, Agus; Suharna
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019) Sasmita, Priatna; Satoto; Rahmini; Agustiani, Nurwulan; Handoko, Dody Dwi; Suprihanto; Guswara, Agus; SuharnaBuku ini menginformasikan karakteristik VUB padi secara rinci, antara lain potensi hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik, dan toleran terhadap cekaman abiotik.
- ItemGalur-Galur Padi Hibrida Yang Memiliki Ketahanan Terhadap Ras Blas(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Nasution, Angiani; Santoso; Kartina, Nita; Satoto; Trisnaningsih; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Padi hibrida mempunyai potensi hasil tinggi dibandingkan dengan varietas inbrida. Selain faktor genetis, keragaman dan ketidakstabilan hasil padi hibrida juga sangat terkait dengan kesesuaian agroklimat, agronomis, gangguan hama dan penyakit, oleh karena itu kendala utama yang aktual saat ini ada di lapangan saat ini adalah beberapa varietas padi hibrida yang sekarang ada yang bersifat rentan terhadap beberapa hama penyakit utama Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi ketahanan galur–galur padi hibrida terhadap penyakit blas daun dengan ketahanan beragam. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah kaca KP Muara Bogor MT 2015. Materi genetik yang diuji sebanyak 117 galur hibrida 3 varietas lokal asal dan 1 kontrol rentan varietas Kencana Bali. Ras cendawan P. grisea yang digunakan adalah ras, 033, 073, 133, dan 173. Hasil pengamatan dari 121 aksesi yang diuji terhadap 4 ras blas ternyata ketahannya bervariasi antar galur dan varietas dimana ada 42 galur yang mempunyai ketahanan terhadap 1 ras dan 5 galur yang mempunyai ketahanan terhadap 2 ras blas yaitu galur CRS832/BHS-1001, CRS891/BHS-1083, GMJ12/CRS860, GMJ12/CRS882, dan galur GMJ13/CRS664 sisanya bereaksi agak tahan dan rentan .
- ItemInovasi teknologi pengembangan varietas unggul padi hibrida untuk meningkatkan produktivitas padi dan mendukung swasembada beras berkelanjutan(IAARD Press, 2021-03-31) Satoto; Balitbangtan
- ItemPendugaan Keragaman Genetik Kombinasi Padi Hibrida Baru(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Kartina, Nita; Satoto; Widyastuti, Yuni; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiTujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik beberapa kombinasi padi hibrida. Sebanyak tiga puluh enam kombinasi hibrida dan empat varietas pembanding telah dievaluasi di Batang musim tanam pertama, atau musim kemarau (MK) tahun 2013 menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Karakter kuantitatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi/malai, jumlah gabah hampa/malai, jumlah gabah total, seed set, bobot 1000 butir, dan hasil gabah kering giling. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan nyata antar genotipe pada karakter jumlah gabah total per malai, bobot 1000 butir dan hasil. Perbaikan dapat dilakukan pada karakter hasil karena menunjukkan nilai koefi sien keragaman genotipe (KVG) tertinggi yaitu 34,9% dan heritabilitas tinggi dengan nilai 0,67. Selain karakter hasil, heritabilitas luas terdapat pada karakter bobot 1000 butir dengan nilai heritabilitas sebesar 0,6 dan karakter tinggi tanaman dengan koefi sien keragaman fenotipe (KVP) tertinggi yaitu sebesar 71,84%.
- ItemPertumbuhan, Hasil dan Nilai Heterosis Empat Belas Padi Hibrida Baru(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Wibowo, Bayu Pramono; Rumanti, Indrastuti A; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSalah satu keunggulan varietas hibrida dibandingkan dengan varietas inbrida adalah sifat heterosis yang muncul pada varietas hibrida tetapi tidak muncul pada varietas inbrida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, hasil dan nilai heterosis padi hibrida baru. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Muara Bogor pada musim hujan tahun 2013. Penelitian menggunakan 400 hibrida dan 5 varietas pembanding antara lain Hipa8, Hipa11, DG 1 SHS, Inpari19 dan Ciherang. Hasil penelitian menunjukkan empat hibrida baru yaitu GMJ12/ CRS929, GMJ12/CRS942, GMJ13/CRS949, dan GMJ12/CRS952 memiliki hasil lebih tinggi dibandingkan dengan kelima varietas pembanding. Keempat hibrida baru tersebut juga menunjukkan bahwa gabah kering giling dan nilai heterosis lebih tinggi dibandingkan dengan kelima varietas pembanding. Keempat belas hibrida tersebut masih perlu diuji lanjut kestabilan produktivitasnya dan tingkat nilai heterosisnya pada pengujian daya hasil berikutnya.
- ItemPotensi Penyerbukan Silang Galur Mandul Jantan Dan Ketepatan Waktu Berbunga Produksi F1 Padi Hibrida(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Pramono Wibowo, Bayu; Kartina, Nita; Nafisah; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Keberhasilan produksi benih (F1) padi hibrida ditentukan antara lain oleh karakter bunga, kesesuaian waktu pembungaan kedua tetua, dan karakter morfologi lain yang mempengaruhi transfer tepung sari dari tetua jantan (restorer = R) ke tetua betina (galur mandul jantan =GMJ). Salah satu karakter GMJ yang baik adalah mempunyai kemampuan menyerbuk silang yang tinggi yang tercermin dari tingginya pembentukan biji (seed set). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku galur mandul jantan dan kesesuaian waktu berbunganya. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Sukamandi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada musim hujan 2014 dan musim kemarau 2015. Penelitian tentang potensi silang outcrossing mengunakan kombinasi galur GMJ dan pemulih kesuburan 25A/B, 29A/B, GMJ6A/B, 97A/B, GMJ13A/B, GMJ14A/B, 56A/B, GMJ12A/B dan GMJ15A/B dengan variabel yang diamati antara lain: umur 50% berbunga, eksersi malai, sudut palea dan lemma, seedset dan lama membuka lemma dan palea tetua padi hibrida, sedangkan penelitian produksi benih untuk uji daya hasil lanjutan menggunakan metode “strict isolation”. Kombinasi hibrida yang diproduksi sebanyak 19 hibrida yang memiliki potensi hasil tinggi atau memiliki ketahanan terhadap hama penyakit yang telah dievaluasi pada pengujian uji daya hasil pendahuluan pada musim sebelumnya. Luasan per kombinasi adalah 100 m2. Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur 50% berbunga, umur dapat dipanen, serangan hama dan penyakit dilapangan, seed set dan hasil benih. Perilaku galur mandul jantan seperti eksersi malai, sudut membuka palea lemma dan lama waktu membuka sangat mempengaruhi tingkat penyerbukan silang yang tinggi. Sinkronisasi pembungaan dan ketepatan bunga pada galur mandul jantan dan restorer berpengaruh pada hasil benih. Tetua hibrida yang memiliki kriteria morfologi bunga dan agronomi yang baik dapat digunakan sebagai kombinasi hibrida untuk dilanjutkan pada pengujian selanjutnya.
- ItemProduksi Benih F1 Padi Hibrida pada Dua Metode Isolasi Yang Berbeda(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Kartina, Nita; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Keberhasilan produksi benih padi hibrida tergantung pada kesesuaian pembungaan tetua betina (seed parent) dan tetua jantan (pollen parent). Metode isolasi produksi benih F1 penting dilakukan untuk menjamin kemurnian benih tiap musim. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai metode isolasi pada produksi benih F1 padi hibrida. Kegiatan yang dilakukan ialah produksi benih F1 dengan metode isolation free dan produksi benih F1 dengan metode strict isolation. Masing-masing kegiatan dilakukan pada musim kemarau tahun 2013 dan 2012 di Kebun Percobaan Sukamandi. Hasil penelitian menunjukkan 117 benih F1 pada metode isolation free, memberikan hasil produksi benih sebesar 20 g sampai 50 g per kombinasi (hibrida). Hasil benih pada metode strict isolation, berkisar antara 400 g (0,4 kg) pada GMJ7/Bio-12-3 hingga 6200 g (6,2 kg) pada A7/BH9D yang berasal dari sekitar 400 rumpun tetua padi hibrida. Penggunaan A7 sebagai tetua betina yang digunakan pada dua metode isolasi, memberikan hasil benih F1 yang tinggi, terutama pada metode strict isolation. Delapan hibrida memberikan hasil produksi benih sebesar 3700 g sampai 6200 g. Berdasarkan umur berbunga, bahwa dari tujuh galur mandul jantan yang digunakan pada metode isolation free, dua galur mandul jantan (GMJ13 dan GMJ14), memiliki umur bunga sangat genjah (72 HSS). Lima galur mandul jantan lainnya yaitu GMJ11, GMJ12, A1, A7, GMJ6 berumur genjah, yaitu 77 HSS, 81 HSS, 84 HSS dan 87 HSS. Pada kegiatan produksi benih F1 hibrida metode strict isolation, 6 hibrida menunjukkan sinkronisasi baik, selisih umur berbunga galur-galur tetuanya 0–3 hari, hibrida tersebut ialah A7/BH19B-MR-6-2-2-2-B, A7/BH9D, GMJ6/ BH24B-MR-7-4B, A7/BP51-1, GMJ6/BH9D-MR-1-9-1B dan A7/ BH19D-7-5-1.
- ItemProduksi Benih Genotipe Padi Hibrida Dengan Metode “Isolation Free”(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Kartina, Nita; Widyastuti, Yuni; A.Rumanti, Indrastuti; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Produksi benih yang dapat menjamin kemurnian benih merupakan tahapan penting dalam pengembangan padi hibrida. Sebanyak 71 kombinasi padi hibrida (F1) dari tetua betina A1, A7, GMJ6A, GMJ12A, GMJ13A, GMJ14A, GMJ15A, BC5241,BC5355 dan 50 galur pemulih kesuburan berhasil dibuat benihnya pada musim tanam (MT) II tahun 2013 di Kebun Percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi-Subang, Jawa Barat. Penelitian dibuat menggunakan metode “Isolation free” (tanpa isolasi). Metode “isolation free” yaitu produksi benih F1 antara dua kombinasi yang berbeda tidak dilakukan isolasi, biasanya digunakan untuk mendapatkan benih yang jumlahnya tidak terlalu banyak untuk tiap kombinasi, tetapi jumlah kombinasi hibrida yang diproduksi cukup banyak. Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak empat galur mandul jantan yaitu GMJ11A, GMJ13A, GMJ14A dan BC5241 memiliki umur bunga sangat genjah (73 - 74 hari setelah semai). Enam galur mandul jantan lainnya yaitu A1, A7, GMJ6A, GMJ12A, GMJ15A dan BC5355 berumur genjah, yaitu 84 dan 86 hari setelah semai (HSS). Satu galur pemulih kesuburan memiliki umur berbunga sangat genjah yaitu 67 HSS. Hasil tertinggi diperoleh kombinasi A7/CRS1121 sebesar 33,5 gram per rumpun.
- ItemProduksi Benih Kombinasi Padi Hibrida Pada Tahap Evaluasi Daya Hasil(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Kartina, Nita; P. Wibowo, Bayu; A.Rumanti, Indrastuti; SatotoBenih merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dalam perkembangan adopsi padi hibrida. Produksi benih F1 padi hibrida dilakukan untuk menyediakan benih F1 setiap musim, dengan memperhatikan metode isolasi dan sinkronisasi pembungaan antara galur mandul jantan dan galur pemulih kesuburan. Sebanyak dua puluh enam kombinasi padi hibrida (F1) dibuat benihnya pada MH2012 di kebun Percobaan Sukamandi - Subang, Jawa Barat. Penelitian dibuat menggunakan metode Strict Isolation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak tujuh kombinasi F1 padi hibrida memiliki sinkronisasi yang baik dengan selisih umur berbunga 0-2 hari. Hibrida tersebut adalah GMJ7/BH25B-MR-2-2B, GMJ13/SMD10C-6, GMJ6/BP51-1, GMJ13/BP51-1, GMJ15/BP2274-3E-4-1, A2/H1(BIO-R68) dan A2/H2(BIO-R69). Hasil tertinggi diperoleh kombinasi GMJ15/SMD12C-9 sebesar 4600 gram/plot dengan persentase gabah isi (seed set) sebesar 37,75% dan hasil benih terendah diperoleh kombinasi GMJ13/SMD10C-6 dan GMJ13/BP51-1 sebesar 600 gram/plot, yang memiliki persentase gabah isi masing-masing sebesar 1,35% dan 1,34%.
- ItemRekomendasi Budidaya Padi untuk Berbagai Agroekosistem(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2022) Sasmita, Priatna; Sastro, Yudi; Satoto; Nugraha, Yudhistira; A, Agus Wahyana; Hairmansis, Aris; Suprihanto; Hasmi, Idrus; Zusanti, Zuziana; Rumanti, Indrastuti Apri; Rahmini; Handoko, Dody Dwi; Agustini, NurwulanUpaya mewujudkan kedaulatan pangan merupakan komitmen pemerintah yang tiada henti dilakukan melalui peningkatan produksi padi. Strategi peningkatan produksi nasional saat ini dan kedepan ditem puh melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan baku sawah. Upaya tersebut optimis dapat direalisasikan karena tersedianya berbagai inovasi dan teknologi hasil penelitian, terutama yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meskipun teknologi tersebut baru sebagian yang diterapkan oleh petani. Saat ini produksi padi nasional sudah mencapai angka 56,54 juta ton GKG. Kementerian Pertanian pada tahun 2020 mentargetkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 7%. Aspek penting yang menjadi perhatian dalam peningkatan produksi padi tersebut antara lain adalah peningkatan efisiensi dan pelestarian lingkungan karena berkaitan dengan daya saing produksi berkelanjutan yang didasarkan pada agroekosistem padi.
- ItemRekomendasi Budidaya Padi untuk Berbagai Ekosistem(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2021) Samsita Priatna; Sastro, Yudi; Satoto; Nugraha Yudhistira; A, Agus Wahyana; Hairmasnsis, Aris; Suprianto; Hasmi Idrus; Zusanti, Zuziana; rumanti, Indrastuti Apri; Rahmini; Handoko, dody Dwi; Agustini, NurwulanUpaya mewujudkan kedaulatan pangan merupakan komitmen pemerintah yang tiada henti dilakukan melalui peningkatan produksi padi. Strategi peningkatan produksi nasional saat ini dan kedepan ditempuh melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan baku sawah. Upaya tersebut optimis dapat direalisasikan karena tersedianya berbagai inovasi dan teknologi hasil penelitian, terutama yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meskipun teknologi tersebut baru sebagian yang diterapkan oleh petani. Saat ini produksi padi nasional sudah mencapai angka 56,54 juta ton GKG. Kementerian Pertanian pada tahun 2020 mentargetkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 7%. Aspek penting yang menjadi perhatian dalam peningkatan produksi padi tersebut antara lain adalah peningkatan efisiensi dan pelestarian lingkungan karena berkaitan dengan daya saing produksi berkelanjutan yang didasarkan pada agroekosistem padi. Petunjuk teknis penerapan Teknologi Budidaya Padi di berbagai Agroekosistem ini disusun sebagai acuan bagi para pihak yang akan menerapkan teknologi tersebut, selanjutnya diharapkan buku ini dapat bermanfaat. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dalam penyusunan buku rekomendasi ini disampaikan penghargaan dan terima kasih
- ItemRespon Pada Fase Perkecambahan F1 Padi Hibrida Terhadap Cekaman Kekeringan Menggunakan Polietilen Glikol 6000(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Widyastuti, Yuni; S. Purwoko, Bambang; Yunus, Muhamad; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Padi adalah salah satu tanaman pangan yang paling penting yang dapat tumbuh di daerah rawan kekeringan dan merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Pemuliaan untuk cekaman kekeringan dibatasi oleh kurangnya metode yang sesuai terhadap stress abiotik ini. Polietilen glikol (PEG) telah banyak digunakan sebagai larutan osmotik untuk mendeteksi toleransi kekeringan pada fase perkecambahan padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon beberapa variabel toleransi terhadap simulasi cekaman kekeringan selama fase perkecambahan dan menyeleksi F1 padi hibrida toleran cekaman kekeringan melalui uji cepat PEG 6000 pada konsentrasi 25%. Percobaan dilakukan di rumah kaca BB Biogen Cimanggu Bogor, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial 2 faktor 3 ulangan dengan faktor pertama adalah 37 genotipe padi sedangkan faktor kedua adalah PEG 6000 2 taraf, yaitu konsentrasi 0 dan 25%.Berdasarkan persen perkecambahan, indeks vigor benih, panjang akar seminal, dan panjang kecambah teridentifikasi dua belas hibrida yang diduga toleran simulasi cekaman kekeringan fase perkecambahan adalah IR58025A/R32, IR80154A/PK90, IR80154A/R3, IR80154A/PK12, IR80154A/BP11, IR80156A/BP11, GMJ13A/PK90, GMJ13A/R3, GMJ13A/BP11, GMJ14A/R3, GMJ14A/ BP11, dan GMJ15A/PK90.
- ItemTingkat Polimorfisme Beberapa Marker Ssr (Simple Sequen Repeat) Untuk Identifikasi Sidik Jari DNA Plasma Nutfah Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) R. Rohaeni, Wage; W. Mulsanti, Indria; A. Hidayatullah; SatotoMarker SSR (Simple Sequent Repeat) merupakan salah satu marker molekuler yang memiliki keunggulan hasil akurat, marker kodominan, repeatable, dan relatif murah. Teknologi ini telah berkembang, tervalidasi dan praktis diterapkan dalam kegiatan-kegiatan identifikasi plasma nutfah, analisis kekerabatan dan jarak genetik serta seleksi materi pemuliaan. Informasi tingkat polimorfik marker SSR penting diketahui untuk menentukan marker-marker yang efektif digunakan untuk identifikasi sidik jari DNA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui PIC (polymorphism information content) dari marker-marker SSR terkait sifat tertentu yang diaplikasikan pada beberapa plasma nutfah koleksi BB Padi. Penelitian dilaksanakan pada April – Juni 2015 di Laboratorium DNA, Kelompok Peneliti Pemuliaan dan Plasma Nutfah, Balai Besar Tanaman Padi. Sebanyak 13 marker SSR terkait sifat tertentu diaplikasikan terhadap 35 plasma nutfah yang terdiri dari padi lokal dan padi introduksi. Analisis PIC dilakukan terhadap hasil visualisasi pita DNA dengan menggunakan bantuan software power marker. Penelitian menunjukkan 11 marker SSR bersifat polimorfik dan dua marker bersifat monomorfik. Marker RM8213 memiliki nilai PIC tertinggi (0.676) dibandingkan 12 marker lainnya. Marker RM443 dan RM4608 adalah marker SSR yang tidak dapat menghasilkan pita DNA (nilai PIC 0.00) pada semua sampel DNA plasma nutfah yang diujikan.
- ItemVarietas Unggul Baru Padi(Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 2017-10) Ali Jamil; Satoto; Priatna SasmitaDalam mendukung swasembada pangan utamanya padi, jagung, kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi sejak tahun 2007 hingga 2016 telah melepas berbagai Varietas Unggul Baru (VUB) padi spesifik lokasi untuk semua agroekosistem budidaya padi. Mulai tahun 2008, penamaan VUB yang dilepas tidak lagi menggunakan nama sungai tetapi menggunakan istilah baru, yaitu; Inpa (INBRIDA PADI).