Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Satoto"

Now showing 1 - 20 of 28
Results Per Page
Sort Options
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Analisis Adopsi Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2017-07-15) Satoto; Yuni Widyastuti; Nita Kartina; Bayu Pramono Wibowo
    Produktivitas padi di Indonesia cenderung stagnan sebagai akibat cekaman biotik, abiotik, dan pengaruh perubahan iklim global. Salah satu alternatif untuk peningkatan produktivitas adalah memanfaatkan heterosis pada padi hibrida. China merupakan negara perintis pengembangan teknologi padi hibrida. Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan padi hibrida di tingkat petani. Areal pertanaman padi hibrida kurang 5% dari total luas tanaman padi. Penyebab rendahnya adopsi varietas padi hibrida di Indonesia meliputi faktor sosial ekonomi, stabilitas produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, kualitas gabah, harga benih yang tinggi, harga jual gabah yang rendah, dan informasi teknik budi daya yang belum memadai bagi petani. Tulisan ini mengidentifikasi tantangan dan hambatan pengembangan padi hibrida, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat adopsi, dan saran kebijakan pengembangan padi hibrida di Indonesia.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Daftar Periksa Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi (Indonesia Rice Check)
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017) Wahab, Moh. Ismail; Abdulrachman, Sarlan; Satoto; Suprihanto; Guswara, Agus; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Sistem produksi padi sawah irigasi telah mengalami evolusi, dari anjuran dan adopsi paket teknologi budidaya pada awal penerapan teknologi revolusi hijau tahun 1970an, menuju tahap manajemen teknologi pada tahun 2000, dan seterusnya. Pengelolaan Sumberdaya dan Tanaman Terpadu (PTT) adalah salah satu model pengelolaan teknologi budidaya padi sawah. Dalam sistem produksi padi secara modern, penerapan komponen teknologi yang sesuai dan adaptif merupakan suatu keharusan. Komponen teknologi utama yang menjadi faktor penentu produktivitas padi perlu diidentifikasi secara tepat, baik yang berasal dari pengalaman empiris, yang berasal dari negara lain, maupun teknologi hasil penelitian yang terbukti keunggulannya. Daftar Periksa Budidaya (DPB) Padi yang merupakan adaptasi Rice Check (Australia), terdiri dari komponen utama sistem produksi padi sawah, yang harus dilakukan oleh petani produsen, apabila menghendaki diperolehnya produktivitas optimal. DPB Padi sawah disusun oleh peneliti padi atas dasar informasi/teknologi tersebut di atas, terdiri dari komponen teknologi yang nyata menentukan produktivitas yang tinggi. Bagi ekologi spesifik, DPB Padi dapat dimodifikasi menyesuaikan dengan kebutuhan agroekologi spesifik tersebut. Dalam panduan Daftar Periksa Budidaya padi sawah ini, dipilih 13 komponen teknologi yang harus dikelola dan diterapkan oleh petani, yang meliputi : (1) waktu tanam; (2) pilihan varietas dan benih; (3) persemaian; (4) penyiapan lahan; (5) pemeriksaan kandungan hara dalam tanah; (6) tanam dan populasi tanaman; (7) pemupukan; (8) pengelolaan air; (9) pengendalian gulma; (10) pengendalian OPT; (11) pemeriksaan status hara N dalam daun; (12) drainasi tanah; dan (13) panen dan penanganan pasca panen. DPB Padi sawah harus dipahami oleh penyuluh guna tindakan penyuluhan, dan dipahami oleh petani untuk memastikan pengadopsiannya. Dengan mengadopsi DPB Padi, senjang hasil antar petani dan antar hamparan sawah serta antar wilayah dapat diminimalisasi, sehingga produksi padi nasional dapat meningkat.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017) Wahab, Moh. Ismail; Satoto; Rachmat, Ridwan; Guswara, Agus; Suharna
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019) Sasmita, Priatna; Satoto; Rahmini; Agustiani, Nurwulan; Handoko, Dody Dwi; Suprihanto; Guswara, Agus; Suharna
    Buku ini menginformasikan karakteristik VUB padi secara rinci, antara lain potensi hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik, dan toleran terhadap cekaman abiotik.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Evaluasi Heterosis Sejumlah Padi Hibrida Turunan Galur Mandul Jantan Asal China
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Widyastuti, Yuni; Satoto
    Abstract Heterosis Evaluation of New Hybrid Rice Lines Derived from the Chineses Cytoplasmic Male Sterile. An observational yield trial to evaluate the heterosis of 400 new rice hybrid lines derived from the Chineses cytoplasmic male sterile was conducted in Sukamandi and Muara Experimental Stations, Indonesian Center for Rice Research during the second cropping season (CS-2) 2008. These 400 new rice hybrid hybrids breeding lines were compared to six standard rice varieties arranged in an augmented design with six blocks of 100 plots each. Although the adjusted yields of the 10 new hybrid rice lines was greater than the yield of the highest check, Ciherang, none of these higher yields were significant statistically. Results of the trial indicated that a total of 21 new hybrid rice lines with the yield ranged from 7.63 t/ha to 15.20 t/ha, were selected from the trial carried out in the Sukamandi Experimental Station. The yields of 13 hybrid rice lines were significantly higher than that of Maro and 8 hybrid rice lines reached the heterosis of 42.0-110.8% which was higher as compared to that of Ciherang. Meanwhile, a total of 29 new hybrid rice lines were selected from the trial carried out in Muara yielded 5.80-8.80 t/ha. The yields of 9 hybrid rice lines was significantly higher than that of Ciherang, in which five new hybrid rice lines reached the heterosis of 21.30-57.60% which were higher than the best check, Maro. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat heterosis sejumlah hibrida baru padi turunan galur mandul jantan asal China telah dilaksanakan di KP Sukamandi dan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada MT-2/2008. Sebanyak 400 padi hibrida dan enam varietas pembanding yaitu Maro, Rokan, Segara Anak, Bernas Super, Bernas Prima, dan Ciherang ditanam dalam rancangan Augmented yang terbagi dalam enam ok. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dari penelitian di KP Sukamandi terpilih sebanyak 21 hibrida baru dengan kisaran hasil 7,6-15,2 t/ha. Sebanyak 13 hibrida nyata memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan Maro, delapan diantaranya menunjukkan heterosis 42-110,8% lebih tinggi dibandingkan Ciherang dengan hasil tertinggi yang berkisar antara 8,8-15,2 t/ha. Dari penelitian di Muara, terpilih sebanyak 29 hibrida dengan kisaran hasil 5,8-8,8 t/ha. Sebanyak sembilan hibrida menghasilkan gabah nyata lebih tinggi dibandingkan Ciherang, lima hibrida diantaranya menunjukkan hasil 21,3-57,6% lebih tinggi dibandingkan dengan Maro. Galur mandul jantan HTP 20 menurunkan F, hibrida terpilih terbanyak dibandingkan dengan galur mandul jantan asal China yang lain.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Galur-Galur Padi Hibrida Yang Memiliki Ketahanan Terhadap Ras Blas
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Nasution, Angiani; Santoso; Kartina, Nita; Satoto; Trisnaningsih; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Padi hibrida mempunyai potensi hasil tinggi dibandingkan dengan varietas inbrida. Selain faktor genetis, keragaman dan ketidakstabilan hasil padi hibrida juga sangat terkait dengan kesesuaian agroklimat, agronomis, gangguan hama dan penyakit, oleh karena itu kendala utama yang aktual saat ini ada di lapangan saat ini adalah beberapa varietas padi hibrida yang sekarang ada yang bersifat rentan terhadap beberapa hama penyakit utama Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi ketahanan galur–galur padi hibrida terhadap penyakit blas daun dengan ketahanan beragam. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah kaca KP Muara Bogor MT 2015. Materi genetik yang diuji sebanyak 117 galur hibrida 3 varietas lokal asal dan 1 kontrol rentan varietas Kencana Bali. Ras cendawan P. grisea yang digunakan adalah ras, 033, 073, 133, dan 173. Hasil pengamatan dari 121 aksesi yang diuji terhadap 4 ras blas ternyata ketahannya bervariasi antar galur dan varietas dimana ada 42 galur yang mempunyai ketahanan terhadap 1 ras dan 5 galur yang mempunyai ketahanan terhadap 2 ras blas yaitu galur CRS832/BHS-1001, CRS891/BHS-1083, GMJ12/CRS860, GMJ12/CRS882, dan galur GMJ13/CRS664 sisanya bereaksi agak tahan dan rentan .
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Inovasi teknologi pengembangan varietas unggul padi hibrida untuk meningkatkan produktivitas padi dan mendukung swasembada beras berkelanjutan
    (IAARD Press, 2021-03-31) Satoto; Balitbangtan
  • No Thumbnail Available
    Item
    Keragaan Hasil Padi Hibrida Turunan Galur Mandul Jantan Baru Hasil Seleksi BB Padi
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Satoto; Direja, Murdani; Widyastuti, Yuni; Rumanti, Indrastuti A.
    Abstract Yield Performance of Some Hybrid Rice Combinations Derived from New Male Sterile Lines Selected in ICRR. A large number of hybrid rice combinations derived from new male sterile and restorer lines developed in Indonesia were evaluated for their yield performance compared to inbred and hybrid check varieties in observational yield trials. The trials were conducted in cropping season (CS)-1 of 2007 in Muara, CS-1 of 2008 in Muara, and CS-1 of 2008 in Sukamandi. In each location, the trial was conducted using Augmented Design with five blocks. Results indicated that during CS-1 of 2007 in Muara, three hybrids, GMJ4/PK16, GMJ5/PK43, and GMJ4/CRS326, yielded 14.3%, 7.1%, and 7.1%, respectively, over Rokan and it was 33.3%, 25.0%, and 25.5%, respectively, equally over Maro and Fatmawati, but only one hybrid, i.e. GMJ4/PK16 yielded 6.7% higher than Ciherang. This hybrid was at 85 days old when it performed 50% flowering time, produced more than 80% filled-grain, and moderately resistant to bacterial leaf blight. During CS-1 of 2008 in Muara, a total of 57 hybrids were selected and performed a positive standard heterosis of 12.1-63.3% as compared to Ciherang, Maro, Rokan, Hipa 3, Hipa 4, and Hipa 5. Two hybrids, GMJ5/BH21D and GMJ5/BH24B, were identified as those performing the highest heterosis. While during the CS-1 of 2008 in Sukamandi, a total of 52 hybrid combinations were selected, having the heterosis values of 2.4-76.5% as compared to Ciherang. Mekongga, IR64, Maro, and Rokan. The highest heterosis of 76.5% was demonstrated by GMJ7/BH77E-MR-1-1-1-1, while GMJ5/BH33D hybrid consistently demonstrated high yield potential and high heterosis in two locations simultaneously. During these trials in two different locations and different seasons, a total of male sterile and restorer lines suitable for developing hybrid combinations. having heterosis of more than 25%, were identified. Four restorer lines, namely BH21D, BH32D, BH33D, and BH53D seemed to provide as the good general combiner. Abstrak Sejumlah kombinasi pad nasi padi hibrida turunan galur mandul jantan dan restorer baru yang diral dirakit di Indonesia telah diuji daya hasilnya dibandingkan dengan varietas pembanding inbrida dan hibrida pada uji observasi daya hasil. Percobaan dilaksanakan di tiga kombinasi lokasi dan musim, yaitu Muara pada musim tanam (MT)-1 2007, Muara MT-1 2008, dan Sukamandi MT-1 2008. Pada masing-masing lokasi dan musim, percobaan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan Augmented terdiri atas lima blok. Hasil percobaan menunjukkan bahwa di Muara pada MT-1 2007, tiga hibrida, yaitu GMJ4/PK16, GMJ5/PK43, dan GMJ4/CRS326, memberikan hasil gabah berturut-turut sebesar 14,3%, 7,1%, dan 7,1% lebih tinggi daripada Rokan atau 33,3%, 25,0%, dan 25,5%, lebih tinggi daripada Maro atau Fatmawati, namun hanya ada satu hibrida yaitu GMJ4/PK16 yang menghasilkan gabah lebih tinggi daripada Ciherang dengan kelebihan hasil sebesar 6,7%. Hibrida tersebut mempunyai umur 50% berbunga 85 hari, pengisian gabah >80%, dan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Di Muara pada MT-1 2008, telah terpilih 57 hibrida. Hibrida-hbrida terpilih tersebut memberikan heterosis positif (untuk hasil t/ha) berkisar antara 12,1-63,3% terhadap Ciherang, Maro, Rokan, Hipa 3, Hipa 4, dan Hipa 5. Dua dari 57 hibrida terpilih, yaitu GMJ5/BH21D dan GMJ5/BH24B memberikan nilai heterosis paling tinggi. Di Sukamandi pada MT-1 2008 telah terpilih 52 hibrida yang memberikan heterosis antara 2,4-76,5% terhadap Ciherang, Mekongga, IR64, Maro, dan Rokan. Nilai heterosis tertinggi sebesar 76,5% dicapai oleh hibrida GMJ7/BH77E-MR-1-1-1-1, sedangkan hibrida GMJ5/BH33D menunjukkan potensi hasil dan heterosis yang tinggi secara konsisten di dua lokasi pengujian. Pada pengujian ini telah diidentifikasi beberapa galur mandul jantan dan restorer yang mampu menurunkan kombinasi hibrida dengan heterosis >25%. Empat galur restorer, yaitu BH21D, BH32D, BH33D, dan BH53D adalah galur-galur restorer yang mempunyai daya gabung umum yang baik.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Panduan Teknis Produksi Benih dan Pengembangan Padi Hibrida dan Padi Tipe Baru
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2003) Suwarno; Bambang Suprihatno; Satoto; Buang Abdullah; Udin S Nugraha; I Nyoman Widiarta
    Badan Litbang Pertanian juga telah merakit padi tipe baru (PTB) dengan memanfaatkan plasma nutfah yang ada. Padi tipe baru (PTB) dirancang agar fotosintat terdistribusikan secara lebih efektif ke malai/gabah. Potensi hasil PTB diharapkan 20-30% lebih tinggi dari varietas unggul baru (VUB) IR64 dan Ciherang. Peningkatan selanjutnya diharapkan dapat dicapai dengan memanfaatkan gejala heterosis melalui pengembangan padi hibrida dengan menggunakan padi tipe baru sebagai tetua.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengeloalaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010-12-16) Satoto; Anischan Gani; Sudibyo Triwahyu Utomo
    Padi yang dikembangkan di Indonesia mencapai luasan 12,2 juta ha dengan produksi Pmencapai 57 juta ton (FAO 2008). Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan meningkatkan hasil per satuan luas tanaman padi dengan luasan lahan yang semakin berkurang akibat terkonversi ke kegiatan non pertanian. Salah satu upaya peningkatan kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri adalah dengan pencanangan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Program peningkatan hasil per satuan luas dilakukan melalui dua pendekatan yaitu perbaikan teknik budidaya dan perbaikan varietas. Saat ini telah tersedia 57 varietas padi hibrida di Indonesia. Varietas unggul hibrida yang dibudidayakan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman, Terpadu (PTT) telah teruji kemampuannya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi. Transfer teknologi baru kepada petani akan efektif bila dilakukan dengan pembelajaran langsung di tingkat petani. Hal ini mendorong untuk mengenalkan aplikasi PTT dan varietas hibrida melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). SL-PTT padi hibrida hendaknya dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan berbagai institusi yang kompeten, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan dan bahkan tingkat desa. Buku panduan pelaksanaan SL-PTT padi hibrida ini disusun berdasarkan pengalaman penyelenggaraan SL-PTT padi dan diperkaya dengan pengalaman dalam pengembangan inovasi teknologi padi dengan pendekatan PTT di berbagai lokasi di Indonesia dan petunjuk evaluasi adopsi komponen teknologi (ricecheck). Saya berharap buku panduan ini dapat dijadikan acuan bagi para narasumber, pelatih, fasilitator atau pemandu lapang dalam pelaksanaan SL-PTT padi hibrida dalam upaya peningkatan produksi padi dan pendapatan petani melalui program P2BN
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pendugaan Keragaman Genetik Kombinasi Padi Hibrida Baru
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Kartina, Nita; Satoto; Widyastuti, Yuni; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik beberapa kombinasi padi hibrida. Sebanyak tiga puluh enam kombinasi hibrida dan empat varietas pembanding telah dievaluasi di Batang musim tanam pertama, atau musim kemarau (MK) tahun 2013 menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Karakter kuantitatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi/malai, jumlah gabah hampa/malai, jumlah gabah total, seed set, bobot 1000 butir, dan hasil gabah kering giling. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan nyata antar genotipe pada karakter jumlah gabah total per malai, bobot 1000 butir dan hasil. Perbaikan dapat dilakukan pada karakter hasil karena menunjukkan nilai koefi sien keragaman genotipe (KVG) tertinggi yaitu 34,9% dan heritabilitas tinggi dengan nilai 0,67. Selain karakter hasil, heritabilitas luas terdapat pada karakter bobot 1000 butir dengan nilai heritabilitas sebesar 0,6 dan karakter tinggi tanaman dengan koefi sien keragaman fenotipe (KVP) tertinggi yaitu sebesar 71,84%.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008-09-09) Satoto; B. Suprihatno
    Pengembangan varietas padi hibrida secara komersial setidaknya didasarkan atas dua hal, yaitu keunggulan varietas hibrida tersebut dan kemudahan produksi benihnya. Keunggulan varietas padi hibrida didasarkan atas fenomena heterosis yang diharapkan muncul, terutama potensi hasil, sedangkan kemudahan produksi benih dapat dilakukan dengan penggunaan galur mandul jantan dengan karakter pembungaan yang mendukung persilangan alami. Penelitian padi hibrida di Indonesia dimulai pada tahun 1983 dengan tujuan menjajaki prospek dan kendala penggunaan padi hibrida. Sejak 1998 penelitian lebih diintensifkan dengan melakukan pembentukan tetua padi hibrida yang berasal dari plasma nutfah sendiri dengan target mendapatkan padi hibrida yang adaptif di lingkungan Indonesia dan berpotensi hasil 15-20% lebih tinggi dibanding varietas inbrida terbaik. Sejak 2001 penelitian padi hibrida melibatkan lebih banyak peneliti dari berbagai disiplin ilmu dengan tujuan meningkatkan stabilitas heterosis dan mendapatkan teknik budi daya yang sesuai untuk padi hibrida. Dari program pembentukan tetua dan hibrida telah diperoleh sejumlah padi hibrida harapan, kandidat galur mandul jantan (GMJ) baru beserta pasangannya, dan galur-galur restorer. Pada tahun 2002 telah dilepas varietas Maro dan Rokan, disusul Hipa3 dan Hipa4 pada tahun 2004, Hipa5 Ceva dan Hipa6 Jete pada tahun 2007. Di lingkungan yang sesuai, varietas-varietas tersebut mampu menghasilkan gabah 1,0-1,5 t/ha lebih tinggi dibanding varietas inbrida terbaik di daerah yang bersangkutan. Pada umumnya varietas padi hibrida yang sudah dilepas termasuk 25 varietas padi hibrida swasta masih mempunyai kelemahan, antara lain rentan terhadap wereng coklat, hawar daun bakteri, dan atau tungro. Tingkat heterosis dari varietas padi hibrida yang dilepas oleh BB Padi bervariasi antarlokasi. Dengan kata lain, hibrida tersebut bersifat spesifik lokasi. Pengujian selanjutnya menunjukkan sejumlah hibrida yang unggul merupakan turunan dari GMJ IR58025A, IR62829A, dan IR68897A. Pemuliaan untuk membentuk galur-galur tetua dan hibrida yang lebih baik dilakukan secara terus-menerus. Pembentukan dan perbaikan GMJ dan restorer yang tahan wereng coklat, hawar daun bakteri atau tungro sedang dalam proses dan saat ini sudah diperoleh sejumlah galur mandul jantan dan restorer yang tahan wereng coklat dan hawar daun bakteri
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Peranan Galur Mandul Jantan dalam Perakitan dan Pengembangan Padi Hibrida
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011-12-15) Satoto; Indrastuti A Rumanti
    Mandul jantan merupakan suatu kondisi bunga dimana tanaman tidak mampu memproduksi polen fungsional. Sistem mandul jantan berfungsi mempermudah produksi benih hibrida dari sejumlah tanaman menyerbuk sendiri seperti padi, kapas, dan sejumlah tanaman sayuran dalam skala komersial. Galur mandul jantan (GMJ) padi diklasifikasikan berdasarkan empat kriteria yaitu (1) berdasarkan pengendali sifat mandul jantan, GMJ dibedakan menjadi empat tipe yaitu mandul jantan genetik (genetic male sterility), mandul jantan sitoplasmik-genetik (cytoplasmic-genetic male sterility), mandul jantan sensitif faktor lingkungan (environment sensitive genic male sterility), dan mandul jantan nongenetik atau karena perlakuan kimiawi (non-genetic or chemically induced male sterility); (2) perilaku genetik dari gen ms, GMJ dibedakan menjadi dua tipe yaitu sporofitik dan gametofitik; (3) pola pelestarian dan pemulihan (maintaining-restoring) dari GMJ, terdapat tiga tipe yaitu WA, Honglian, dan Boro type (BT), dan (4) morfologi polen, GMJ digolongkan ke dalam tipe typical abortion, spherical abortion, dan stained abortion. Pengembangan padi hibrida dengan menggunakan sistem GMJ sitoplasmik-genetik mutlak memerlukan tetua jantan yang disebut galur pemulih kesuburan (restorer line). Karakter pemulihan kesuburan dikendalikan oleh gen dominan tunggal ‘Rf’ yang mempunyai pengaruh gametofitik. GMJ dan pemulih kesuburan dimanfaatkan untuk merakit varietas hibrida sistem tiga galur. Dua cara utama untuk mendapatkan tanaman mandul jantan yaitu: (a) dari persilangan kerabat jauh, misalnya persilangan antarspesies (O. sativa x O. glaberrima), persilangan antar-ras (indika x japonika), dan persilangan antar varietas yang sangat berbeda sumber asalnya; dan (2) dari tanaman mandul jantan alami, yang biasanya merupakan hasil dari mutasi gen, sehingga tidak ditemukan galur pelestari pasangannya. Bioteknologi juga menjadi salah satu metode alternatif untuk merakit GMJ, antara lain dengan memanfaatkan sinar gamma, teknik kultur jaringan seperti kultur antera, marker added selection (MAS), quantitative trait loci (QTL), dan transformasi genetika.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Perbedaan Hasil Padi Antarmusim di Lahan Sawah Irigasi
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2013-10-11) Satoto; Yuni Widyastuti; Untung Susanto; Made J. Mejaya
    Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim hujan (MH, Oktober-April) dan kemarau (MK, Mei-September). Kedua musim memiliki karkateristik yang berbeda, antara lain pada karakter curah hujan, suhu udara, kelembaban, radiasi surya, dan tingkat keawanan (mendung). Meskipun terpengaruh oleh perubahan iklim global, kondisi yang berbeda antarmusim memungkinkan terjadinya kesenjangan hasil antarmusim. Hasil pengujian di berbagai lokasi dan waktu menggunakan galur/varietas hibrida maupun inbrida menunjukkan kecenderungan senjang hasil antarmusim yang bervariasi. Pengujian pada hibrida beserta pembanding varietas inbrida di Jawa Timur (2001–2003) menunjukkan kecenderungan berbeda antarmusim dan tahun. Pengujian 29 aksesi padi ultra genjah koleksi plasma nutfah BB Padi di Kuningan (dataran menengah, 550 m dpl) pada MK 2010 dan MH 2010/2011 tidak menunjukkan senjang hasil yang nyata antarmusim. Demikian juga pengujian 10 galur inbrida GSR beserta empat varietas pembanding di Sukamandi pada MK 2012 dan MH 2012/2013, tidak menunjukkan pengaruh genotipe, jarak tanam, maupun musim tanam terhadap karakter hasil tanaman. Beberapa faktor yang menyebabkan senjang hasil antarmusim antara lain adalah kondisi suhu, konsentrasi CO2, dan radiasi surya pada fase pemasakan biji. Kenaikan suhu menurunkan daya hasil, peningkatan kadar CO2 mendorong pembentukan biomassa tanaman, sedangkan radiasi surya yang optimal mendorong peningkatan daya hasil padi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi senjang hasil antarmusim adalah mengetahui prevalensi serangan hama/penyakit pada tiap musim, memetakan varietas spesifik untuk tiap musim, dan menerapkan teknik budi daya spesifik musim, misalnya rekomendasi khusus pemupukan, jarak tanam, pengairan, dan pengelolaan hama/penyakit tanaman.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Perilaku Pembungaan Galur-galur Tetua Padi Hibrida
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2012-12-13) Yuni Widyastuti; I.A. Rumanti; Satoto
    Padi secara alami merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang kemampuan menyerbuk silangnya (outcrossing) sangat rendah (0,5-6,8%). Pada pemuliaan padi hibrida peningkatan kemampuan menyerbuk silang antara tetua diharapkan dapat meningkatkan produksi benih. Keberhasilan produksi benih hibrida antara lain ditentukan oleh karakter bunga, kesesuaian waktu pembungaan kedua tetua, dan karakter morfologi yang lain yang mempengaruhi transfer tepungsari dari tetua jantan (galur B atau R) ke tetua betina (galur A). Beberapa karakter agronomi padi seperti jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah spikelet per malai, tinggi tanaman, daun bendera yang sempit dan pendek, serta eksersi malai juga dapat mempengaruhi tingkat serbuk silang padi. Karakteristik pembungaan pada tetua betina (galur A) antara lain ukuran putik dan tangkai putik, eksersi kepala putik, dan persentase yang tinggi, periode reseptivitas putik yang lama, sudut membuka bunga yang besar, lama membuka bunga, dan posisi malai yang keluar dari daun bendera sangat menentukan terjadinya penyerbukan. Karakteristik pembungaan tetua jantan (galur B atau R) antara lain ukuran kepala sari, tangkai sari yang panjang, jumlah serbuk sari/kepala sari yang banyak, persentase kepala sari yang tinggi dan durasi pembungaan ikut memperbesar terjadinya serbuk silang. Hasil studi heritabilitas dan kemajuan genetik mengindikasikan bahwa sifat-sifat bunga yang mendukung terjadinya penyerbukan silang pada padi dapat diperbaiki melalui pemuliaan. Hal ini mengindikasikan seleksi secara fenotipik dapat dilakukan terhadap sifat-sifat tersebut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyerbukan silang pada padi adalah temperatur, kelembaban relatif, intensitas cahaya, dan kecepatan angin.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pertumbuhan, Hasil dan Nilai Heterosis Empat Belas Padi Hibrida Baru
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Wibowo, Bayu Pramono; Rumanti, Indrastuti A; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Salah satu keunggulan varietas hibrida dibandingkan dengan varietas inbrida adalah sifat heterosis yang muncul pada varietas hibrida tetapi tidak muncul pada varietas inbrida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, hasil dan nilai heterosis padi hibrida baru. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Muara Bogor pada musim hujan tahun 2013. Penelitian menggunakan 400 hibrida dan 5 varietas pembanding antara lain Hipa8, Hipa11, DG 1 SHS, Inpari19 dan Ciherang. Hasil penelitian menunjukkan empat hibrida baru yaitu GMJ12/ CRS929, GMJ12/CRS942, GMJ13/CRS949, dan GMJ12/CRS952 memiliki hasil lebih tinggi dibandingkan dengan kelima varietas pembanding. Keempat hibrida baru tersebut juga menunjukkan bahwa gabah kering giling dan nilai heterosis lebih tinggi dibandingkan dengan kelima varietas pembanding. Keempat belas hibrida tersebut masih perlu diuji lanjut kestabilan produktivitasnya dan tingkat nilai heterosisnya pada pengujian daya hasil berikutnya.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Potensi Penyerbukan Silang Galur Mandul Jantan Dan Ketepatan Waktu Berbunga Produksi F1 Padi Hibrida
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Pramono Wibowo, Bayu; Kartina, Nita; Nafisah; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Keberhasilan produksi benih (F1) padi hibrida ditentukan antara lain oleh karakter bunga, kesesuaian waktu pembungaan kedua tetua, dan karakter morfologi lain yang mempengaruhi transfer tepung sari dari tetua jantan (restorer = R) ke tetua betina (galur mandul jantan =GMJ). Salah satu karakter GMJ yang baik adalah mempunyai kemampuan menyerbuk silang yang tinggi yang tercermin dari tingginya pembentukan biji (seed set). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku galur mandul jantan dan kesesuaian waktu berbunganya. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Sukamandi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada musim hujan 2014 dan musim kemarau 2015. Penelitian tentang potensi silang outcrossing mengunakan kombinasi galur GMJ dan pemulih kesuburan 25A/B, 29A/B, GMJ6A/B, 97A/B, GMJ13A/B, GMJ14A/B, 56A/B, GMJ12A/B dan GMJ15A/B dengan variabel yang diamati antara lain: umur 50% berbunga, eksersi malai, sudut palea dan lemma, seedset dan lama membuka lemma dan palea tetua padi hibrida, sedangkan penelitian produksi benih untuk uji daya hasil lanjutan menggunakan metode “strict isolation”. Kombinasi hibrida yang diproduksi sebanyak 19 hibrida yang memiliki potensi hasil tinggi atau memiliki ketahanan terhadap hama penyakit yang telah dievaluasi pada pengujian uji daya hasil pendahuluan pada musim sebelumnya. Luasan per kombinasi adalah 100 m2. Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur 50% berbunga, umur dapat dipanen, serangan hama dan penyakit dilapangan, seed set dan hasil benih. Perilaku galur mandul jantan seperti eksersi malai, sudut membuka palea lemma dan lama waktu membuka sangat mempengaruhi tingkat penyerbukan silang yang tinggi. Sinkronisasi pembungaan dan ketepatan bunga pada galur mandul jantan dan restorer berpengaruh pada hasil benih. Tetua hibrida yang memiliki kriteria morfologi bunga dan agronomi yang baik dapat digunakan sebagai kombinasi hibrida untuk dilanjutkan pada pengujian selanjutnya.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Produksi Benih F1 Padi Hibrida pada Dua Metode Isolasi Yang Berbeda
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Kartina, Nita; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Keberhasilan produksi benih padi hibrida tergantung pada kesesuaian pembungaan tetua betina (seed parent) dan tetua jantan (pollen parent). Metode isolasi produksi benih F1 penting dilakukan untuk menjamin kemurnian benih tiap musim. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai metode isolasi pada produksi benih F1 padi hibrida. Kegiatan yang dilakukan ialah produksi benih F1 dengan metode isolation free dan produksi benih F1 dengan metode strict isolation. Masing-masing kegiatan dilakukan pada musim kemarau tahun 2013 dan 2012 di Kebun Percobaan Sukamandi. Hasil penelitian menunjukkan 117 benih F1 pada metode isolation free, memberikan hasil produksi benih sebesar 20 g sampai 50 g per kombinasi (hibrida). Hasil benih pada metode strict isolation, berkisar antara 400 g (0,4 kg) pada GMJ7/Bio-12-3 hingga 6200 g (6,2 kg) pada A7/BH9D yang berasal dari sekitar 400 rumpun tetua padi hibrida. Penggunaan A7 sebagai tetua betina yang digunakan pada dua metode isolasi, memberikan hasil benih F1 yang tinggi, terutama pada metode strict isolation. Delapan hibrida memberikan hasil produksi benih sebesar 3700 g sampai 6200 g. Berdasarkan umur berbunga, bahwa dari tujuh galur mandul jantan yang digunakan pada metode isolation free, dua galur mandul jantan (GMJ13 dan GMJ14), memiliki umur bunga sangat genjah (72 HSS). Lima galur mandul jantan lainnya yaitu GMJ11, GMJ12, A1, A7, GMJ6 berumur genjah, yaitu 77 HSS, 81 HSS, 84 HSS dan 87 HSS. Pada kegiatan produksi benih F1 hibrida metode strict isolation, 6 hibrida menunjukkan sinkronisasi baik, selisih umur berbunga galur-galur tetuanya 0–3 hari, hibrida tersebut ialah A7/BH19B-MR-6-2-2-2-B, A7/BH9D, GMJ6/ BH24B-MR-7-4B, A7/BP51-1, GMJ6/BH9D-MR-1-9-1B dan A7/ BH19D-7-5-1.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Produksi Benih Genotipe Padi Hibrida Dengan Metode “Isolation Free”
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Kartina, Nita; Widyastuti, Yuni; A.Rumanti, Indrastuti; Satoto; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Produksi benih yang dapat menjamin kemurnian benih merupakan tahapan penting dalam pengembangan padi hibrida. Sebanyak 71 kombinasi padi hibrida (F1) dari tetua betina A1, A7, GMJ6A, GMJ12A, GMJ13A, GMJ14A, GMJ15A, BC5241,BC5355 dan 50 galur pemulih kesuburan berhasil dibuat benihnya pada musim tanam (MT) II tahun 2013 di Kebun Percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi-Subang, Jawa Barat. Penelitian dibuat menggunakan metode “Isolation free” (tanpa isolasi). Metode “isolation free” yaitu produksi benih F1 antara dua kombinasi yang berbeda tidak dilakukan isolasi, biasanya digunakan untuk mendapatkan benih yang jumlahnya tidak terlalu banyak untuk tiap kombinasi, tetapi jumlah kombinasi hibrida yang diproduksi cukup banyak. Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak empat galur mandul jantan yaitu GMJ11A, GMJ13A, GMJ14A dan BC5241 memiliki umur bunga sangat genjah (73 - 74 hari setelah semai). Enam galur mandul jantan lainnya yaitu A1, A7, GMJ6A, GMJ12A, GMJ15A dan BC5355 berumur genjah, yaitu 84 dan 86 hari setelah semai (HSS). Satu galur pemulih kesuburan memiliki umur berbunga sangat genjah yaitu 67 HSS. Hasil tertinggi diperoleh kombinasi A7/CRS1121 sebesar 33,5 gram per rumpun.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Produksi Benih Kombinasi Padi Hibrida Pada Tahap Evaluasi Daya Hasil
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Kartina, Nita; P. Wibowo, Bayu; A.Rumanti, Indrastuti; Satoto
    Benih merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dalam perkembangan adopsi padi hibrida. Produksi benih F1 padi hibrida dilakukan untuk menyediakan benih F1 setiap musim, dengan memperhatikan metode isolasi dan sinkronisasi pembungaan antara galur mandul jantan dan galur pemulih kesuburan. Sebanyak dua puluh enam kombinasi padi hibrida (F1) dibuat benihnya pada MH2012 di kebun Percobaan Sukamandi - Subang, Jawa Barat. Penelitian dibuat menggunakan metode Strict Isolation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak tujuh kombinasi F1 padi hibrida memiliki sinkronisasi yang baik dengan selisih umur berbunga 0-2 hari. Hibrida tersebut adalah GMJ7/BH25B-MR-2-2B, GMJ13/SMD10C-6, GMJ6/BP51-1, GMJ13/BP51-1, GMJ15/BP2274-3E-4-1, A2/H1(BIO-R68) dan A2/H2(BIO-R69). Hasil tertinggi diperoleh kombinasi GMJ15/SMD12C-9 sebesar 4600 gram/plot dengan persentase gabah isi (seed set) sebesar 37,75% dan hasil benih terendah diperoleh kombinasi GMJ13/SMD10C-6 dan GMJ13/BP51-1 sebesar 600 gram/plot, yang memiliki persentase gabah isi masing-masing sebesar 1,35% dan 1,34%.
  • «
  • 1 (current)
  • 2
  • »

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback