Browsing by Author "Saefudin"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
- ItemKAJIAN SIFAT AGRONOMIS BENIH JAMBU METE ASAL BIJI DAN SAMBUNG PUCUK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Saefudin; Ferry, YuliusProduktivitas tanaman jambu mete dipengaruhi oleh jenis bahan tanam yang digunakan. Bahan tanam dapat berupa bibit asal biji (seedling) maupun hasil sambung pucuk (grafting). Jambu mete tergolong tanaman menyerbuk silang yang sifatnya sangat heterozigot, sehingga keturunan tanaman asal biji secara teoritis akan menunjukkan sifat-sifat agronomis yang beragam. Penggunaan benih asal sambung pucuk ( grafting) diduga akan menghasilkan pertanaman lebih seragam dan mampu mempertahankan sifat induknya. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Cikampek, pada bulan mei - juli 2012, bertujuan untuk membandingkan sifat agronomis jambu mete yang berasal dari benih seedling dan grafting di lapangan. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah asal benih, yaitu tanaman asal biji ( seedling) dan asal sambung pucuk (grafting) dari dua aksesi W-9 dan W-16 pada tanaman umur 2 tahun. Setiap plot terdiri dari 4 tanaman. Parameter pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, luas daun, persentase pohon berbunga, jumlah cabang bunga/tandan, jumlah bunga betina/tandan, panjang bunga dan lebar bunga. Untuk membedakan nilai rata-rata pengamatan digunakan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat agronomis tanaman jambu mete benih asal seedling dan grafting berbeda. Benih asal grafting pertumbuhannya relatif pendek dan tajuknya melebar dibandingkan dengan benih asal seedling. Sifat pembungaan tanaman jambu mete asal benih grafting lebih cepat dengan jumlah bunga betina lebih banyak sedangkan tanaman asal seedling lebih lambat berbunga dan jumlah bunga betina sedikit, tetapi memiliki ukuran bunga yang lebih besar.
- ItemKemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) Tanaman Penghasil Minyak Nabati dan Konservasi Lahan(IAARD Press, 2013) Herman, Maman; Syakir, Muhammad; Pranowo, Dibyo; Saefudin; SumantoKemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) adalah salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak nabati yang dapat diproses lebih lanjut menjadi biodiesel beserta turunannya. Habitus tanaman berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 15-20 m, mahkota daun yang rindang, dan sistem perakaran yang dalam sangat ideal sebagai tanaman konservasi. Atas dasar itu, tanaman ini sangat potensial, disamping dapat menghasilkan minyak nabati juga untuk meningkatkan produktivitas lahan-lahan kritis di Indonesia. Buku ini membahas pemanfaatan tanaman kemiri sunan dan teknologi budidayanya serta manfaatnya sebagai tanaman konservasi. Diharapkan buku ini dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak dalam mengembangkan kemiri sunan.
- ItemKemiri Sunan, Tanaman Penghasil Minyak Nabati dan Konservasi lahan(IAARD Press, 2013) Maman Herman; Muhammad Syakir; Dibyo Pranowo; Saefudin; SumantoKrisis energi yang melanda dunia termasuk Indonesia, telah mendorong berbagai pihak untuk mencari energi alternatif yang dapat diperbaharui. Kebutuhan energi, khususnya bahan bakar solar, dari tahun ke tahun terus meningkat seiiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat. Sementara itu cadangan minyak bumi dunia, menurut para ahli diperkirakan hanya tinggal untuk 100 tahun kedepan. Kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) adalah salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak nabati yang dapat diproses lebih lanjut menjadi biodiesel beserta turunannya. Habitus tanaman berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 15-20 m, mahkota daun yang rindang, dan sistem perakaran yang dalam sangat ideal sebagai tanaman konservasi. Atas, dasar itu, tanaman ini sangat potensial, disamping dapat menghasilkan minyak nabati juga untuk meningkatkan produktivitas lahan-lahan kritis di Indonesia.
- ItemKetangguhan Pertanian Menangkal Krisis Pangan Dunia(Pertanian Press, ) I Ketut Kariyasa; Saefudin; Zainul Azmi; Mirza Sativa; Ruri Sitaresmi; Sumedi; Akbar Choer; Naufal Nur Mahdi; Muhamad Alpian
- ItemKetangguhan Pertanian Menangkal Krisis Pangan Dunia : #KERJAB3RSAMA Menteri Pertanian Capaian Kinerja Kementerian Pertanian 2020-2023(Kementerian Pertanian, 2023) Kariyasa, I Ketut; Saefudin; Azmi, Zainul; Sativa, Mirza; Sitaresmi, Ruri; Sumedi; Choer, Akbar; Mahdi, Naufal Nur; Alpian, MuhamadSektor pertanian menjadi penyelamat ekonomi nasional dimasa pandemi, itu istilah yang publik katakan, bagaimana tidak? produksi, pangsa dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tumbuh positif pada kuartal I 2020 dan terus berlanjut hingga 2023, sementara sektor-sektor strategis seperti industri dan jasa, terjun bebas menghadapi pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa, strategi, gerak cepat dan langkah antisipatif Kementerian Pertanian terbukti ampuh dan membuahkan hasil. Sektor pertanian telah menyangga kurang lebih 273,8 juta penduduk untuk memastikan dan memenuhi kebutuhan pangan. Pada saat yang bersamaan anggaran sektor pertanian melandai namun jalan keluar telah ditemukan oleh Kementerian Pertanian melalui optimalisasi pembiayaan non APBN diiringi oleh langkah terobosan, kooordinasi, konsolidasi dan sinergi lintas sektoral. Namun demikian tidak boleh lengah karena hingga saat ini situasi belum sepenuhnya membaik dimana ancaman perubahan iklim.
- ItemLangkah SYL Mewujudkan Swasembada Beras Ditengah Tantangan Yang Tidak Biasa(Kementerian Pertanian RI, 2022) Suryana, Achmad; Mardianto, Sudi; Kariyasa, I Ketut; Jamal, Erizal; Basit, Abdul; Saefudin; Agustian, Adang; Gunawan, Endro; Chaidirsyah, Ranny Mutiara; Mucharam, Iim; Biro PerencanaanKetersediaan dan keterjangkauan bahan pangan pokok, merupakan indikator utama keberhasilan pembangunan di banyak negara. Untuk Indonesia, itu diterjemahkan dalam bentuk ketersediaan beras. Syahrul Yasin Limpo atau biasa disingkat dengan SYL, sangat menyadari hal itu. Sehingga pernyataan pertamanya pasca pelatikan sebagai Menteri Pertanian adalah, akan terus mengupayakan peningkatan produksi pangan strategis, terutama beras. Berbekal pengalaman sebagai pamong praja dalam berbagai posisi dan jabatan di Sulawesi Selatan, SYL memahami betul berbagai persoalan untuk dapat meningkatkan produksi beras di Indonesia. Usahatani padi melibatkan jutaan rumah tangga petani, dan umumnya diisi oleh petani yang semakin menua (aging). Rumah tangga petani mengusahakan sawah secara mandiri, dalam petakan yang tidak terlalu luas, dan selalu terancam keberadaannya karena alih fungsi ke penggunaan lain. Untuk mendapatkan air harus bersaing dengan penggunaan lain, dan kualitas air yang didapat juga semakin menurun. Dengan kondisi semacam ini, tantangan untuk dapat mencukupi produksi beras menjadi tidak mudah. Ditambah lagi fenomena perubahan iklim, yang ditandai meningkatnya intensitas curah hujan sehingga terjadi banjir (La Niña) dan sebaliknya dapat menimbulkan kemarau panjang sehingga terjadi kekeringan (El Niño). Belum genap 6 bulan menjalani tugas sebagai Menteri Pertanian, wabah pandemi COVID 19 menyerang Indonesia. Bagi pembangunan pertanian, COVID 19 berdampak karena adanya pembatasan pergerakan masyarakat, dan yang paling utama anggaran pembangunan yang dikucurkan negara melalui APBN semakin terbatas karena dialihkan untuk penanganan COVID 19. Menghadapi semua situasi di atas dengan cerdik SYL menjadikannya sebagai arena pembuktian, bahwa dibalik semua tantangan, terbuka peluang bagi yang kreatif dan mau berpikir business not as usual. Ada dua hal kunci yang dilakukan, Pertama, semua tantangan dijadikan sebagai inspirasi dan motivasi dalam merancang upaya dan cara bertindak (program dan kebijakan). Kedua adalah mencari dan menyiapkan teknologi dan inovasi yang sesuai untuk mengatasi tantangan menuju keadaan yang lebih baik.
- ItemSolusi SYL Memenuhi Pembiayaan Pertanian Melalui Optimalisasi KUR(Kementerian Pertanian, 2022-12) Mardianto, Sudi; Kariyasa, I Ketut; Suryana, Achmad; Basit, Abdul; Musyafak, Akhmad; Pasaribu, Sahat Marulitua; Jamal, Erizal; Gunawan, Endro; Megahwati, Indah; Saefudin; Sativa, Mirza; Wulandari, Tatu; Mahdi, Naufal NurAncaman krisis pangan global yang terjadi saat ini dan masih berlangsungnya Pandemi Covid-19, Kementan merasa tidak hanya “vaksin” kesehatan yang diperlukan oleh para petani, tetapi juga dibutuhkan “vaksin” permodalan pertanian untuk membantu petani dalam bertahan dan bangkit mengembangkan usaha taninya. “vaksin” permodalan pertanian ini bertujuan agar petani memiliki imunitas dan terbangun semangat dan motivasinya serta kepercayaan dirinya ditengah keterbatasan. Vaksin permodalan pertanian itu bernama Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian. Vaksin ini diharapkan dapat mendorong berjalannya usahatani dan pembangunan pertanian lebih baik untuk menaikan “naik kelas petani” dalam mewujudkan pertanian maju, mandiri dan modern.
- ItemStrategi Kebijakan Pembangunan Pertanian Meningkatkan Peran Sektor Pertanian Ditengah Pandemi Covid-19(Kementerian Pertanian, 2022) Fahmid, Imam Mujahidin; Subagyono, Kasdi; Kariyasa, I Ketut; Mardianto, Sudi; Wahyudi; Agustian, Adang; Ashari; Chaidirsyah, Ranny Mutiara; Sumedi; Gunawan, Endro; Pramudia, Aris; Kadir; Muslim, Chairul; Darwis, Valleriana; Yofa, Rangga Ditya; Raharjo, Agung Saras Sri; Puspa P, Resty; Saefudin; Mucharam, Iim; Azis, Dani Abdul; Subekti, Eka SrieSalah satu tantangan besar pembangunan pertanian yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat meningkatkan pendapatan petani yang sebagian besar memiliki lahan dengan luasan yang kurang dari setengah hektar. Untuk itu, peningkatan produksi komoditas pertanian dan peningkatan daya saing produk pertanian diarahkan mampu mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian dan hasilnya dirasakan oleh petani dengan adanya kenaikan tingkat kesejahteraan petani. Tantangan lainnya dalam pembangunan pertanian adalah bahwa pada tahun 2020, seluruh belahan dunia menghadapi pandemi Covid-19 yang berpengaruh terhadap berbagai sektor termasuk sektor pertanian. Meskipun untuk angkutan komoditas pangan tetap diizinkan, namun para pelaku distribusi (pedagang) memiliki kekhawatiran atas wabah pandemi ini sehingga tetap berpengaruh terhadap pergerakan barang komoditas pangan. Pasca mulai recoverynya dari pandemi Covid-19, yaitu sejak akhir Februari 2022 justru telah muncul konflik 2 negara yakni Rusia dan Ukraina yang telah menyebabkan kerusakan yang luas dan hilangnya nyawa dikedua negara. Dengan terdapatnya konflik/perang terbuka diantara dua negara tersebut akan memiliki banyak implikasi bagi pasar global dan ketahanan pangan. Hal ini akan menjadi tantangan bagi ketahanan pangan bagi banyak negara. Pada sisi lain tantangan perubahan iklim karena faktor alam juga akan berpengaruh terhadap sektor pertanian. Dalam menyikapi perubahan iklim tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang berkomitmen dalam penanggulangan perubahan iklim (climate action). Komitmen tersebut dituangkan dalam RPJMN 2020-2024 sebagai Prioritas Nasional, yang mengintegrasikan pembangunan rendah karbon yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam menyikapi tantangan dan peluang pengembangan sektor pertanian ke depan, maka para pelaku pembangunan pertanian khususnya bagi generasi muda harus berpikir untuk menjadikan pertanian modern sebagai profesi dan menggunakan teknologi pertanian yang sudah maju. Sebab potensi lahan Indonesia sangat luas dan jika dikelola oleh generasi milenial, dipastikan pertanian Indonesia semakin kuat dalam mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri dan ke depan dapat menyuplai pangan untuk dunia. Buku ini mengupas beberapa aspek yang mencakup: (1) Strategi Meningkatkan Produksi Pangan ditengah Pandemi Covid-19; (2) Peran Input Produksi dan Harga dalam Pengembangan Produk Pertanian; (3) Pengembangan Kelembagaan Usaha Pertanian; dan (4) Strategi Peningkatan Daya Saing, Nilai Tambah dan Ekspor Komoditas Pertanian.
- ItemSTRATEGI PENYEDIAAN BENIH KARET UNGGUL BERMUTU DAN POTENSI IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KARET NASIONAL(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Saefudin; Listyati, DewiProduktivitas tanaman karet nasional sebesar 986 kg/ha. Tergolong rendah, hanya sekitar 47 % terhadap potensi produksi klon unggul saat ini yang mencapai 2.1 ton/ha. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas karet nasional adalah belum digunakannya benih karet unggul bermutu. Program pemerintah baru mencapai sekitar 15% luas karet nasional dan baru sekitar 42.9 – 53.5 persen yang mengadopsi benih karet unggul. Kendala utama dalam mengadopsi bahan tanam unggul adalah keterbatasan modal dan bahan tanam unggul yang terjamin mutunya hanya tersedia di Balai Penelitian dan penangkar benih binaan yang masih terbatas jumlahnya. Pengenalan dan pemahaman klon unggul karet masih perlu disosialisasikan dan diluruskan, karena tidak semua benih karet hasil okulasi adalah klon dan sumber entres harus dari kebun entres yang telah ditetapkan instansi berwenang. Kebun – kebun sumber benih untuk batang bawah pada umumnya sudah tua berumur lebih dari 50 tahun sedang sifat benih biji karet adalah rekalsitran yang sangat cepat mengalami kemunduran, oleh karena itu untuk mendukung penyediaan benih unggul bermutu ke depan diperlukan penetapan kebun sumber benih untuk batang bawah yang baru dan tersebar di daerah-daerah potensi pengembangan. Desentralisasi penyediaan benih diantaranya melalui pembinaan penangkar-penangkar benih di sentra produksi karet perlu segera dilakukan sehingga benih unggul bermutu dapat diperoleh tidak hanya dari Balai Penelitian yang selama ini menangani karet di Palembang dan Medan, tetapi di daerah dekat pengembangan untuk lebih menjamin ketersediaan pada waktu diperlukan dan mutu bahan tanam yang akan dihasilkan. Melalui tulisan ini diharapkan penyediaan benih akan lebih mudah dan akan mendorong adopsi benih karet unggul bermutu dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan petani karet. Upaya untuk meningkatkan produksi karet nasional, pemerintah diantaranya merencanakan program Gernas Karet dengan 300 ribu ha kegiatan peremajaan periode tahun 2013-2015, dimana kebutuhan benih unggulnya berpotensi untuk dapat dipenuhi dengan memanfaatkan kebun-kebun entres yang telah dibangun seluas 560.21 ha.