Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "S.S. Antarlina"

Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    PERBANDINGAN KUALITAS BUAH JERUK SIAM LAHAN RAWA PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK
    (Balittra, 2007) S.S. Antarlina
    Lahan rawa pontensial untuk pengembangan tanaman jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan.). Kualitas dan rasa buah jeruk lahan rawa sangat khas kombinasi manis-asam, sehingga disukai konsumen. Pertanaman jeruk dapat dilakukan di lahan rawa pasang surut dan rawa lebak. Makalah ini membandingkan kualitas buah jeruk di lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak. Penelitian identifikasi kualitas buah jeruk di lahan rawa pasang surut telah dilakukan pada tahun 2005, sedangkan pada lahan rawa lebak dilakukan pada tahun 2006, masing-masing pada lima lokasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa karakter fisik buah jeruk tidak nampak berbeda. Perbedaan nampak pada komponen kimia yang menentukan kualitas, yaitu kadar TSS (total soluble solid) buah jeruk dari lahan rawa pasang surut lebih tinggi khususnya buah jeruk dari tipologi luapan A dan B, yaitu rata-rata sebesar 12,16%, dibandingkan di lahan rawa lebak sebesar 11,29%. Namun, TSS buah jeruk dari lahan rawa pasang surut tipologi luapan C hanya 9,34%. Sebaliknya, kadar asam jeruk dari tipologi luapan A dan B lebih rendah (0,20%), dari lahan lebak (0,318%) dan tipologi luapan C (0,312%). Demikian halnya kadar vitamin C buah jeruk lahan rawa pasang surut lebih rendah (18,376 mg/lOOg) dibandingkan dengan dari lahan rawa lebak (34,578 mg/l00g). Nisbah kadar TSS/asam buah jeruk lahan rawa pasang surut relatif tinggi 62,37, sedangkan dari tipologi C (30,907) dan lahan lebak (37,72) lebih rendah. Nisbah kadar TSS/asam menunjukkan tingkat kemanisan buah jeruk, makin tinggi nilainya maka makin manis. Berdasarkan evaluasi dan uji organoleptik, maka dapat dinyatakan bahwa buah jeruk dari lahan rawa pasang surut khususnya tipologi luapan A dan B lebih manis dibandingkan dari tipologi luapan C dan lahan rawa lebak. Selanjutnya dalam perbaikan kualitas buah jeruk dapat diacu komposisi kadar TSS dan asam seperti pada kualitas buah jeruk dari lahan rawa pasang surut tipologi A dan B tersebut.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN KEDELAI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT
    (Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2014) KOESRINI; Nurita; S.S. Antarlina
    Kedelai memiliki prospek untuk dikembangkan di lahan rawa pasang surut yang telah diperbaiki kualitas tanahnya. Penanganan panen dan pascapanen kedelai merupakan bagian penting dalam proses produksi kedelai. Rendahnya hasil kedelai di lahan tersebut, selain disebabkan oleh kondisi tanahnya, juga disebabkan oleh penanganan panen dan pasca panen yang kurang tepat. Penentuan waktu panen dilakukan dengan melihat penampilan fisik tanaman saat panen dan kadar air biji. Pemanenan kedelai dapat dilakukan secara manual dengan cara dicabut atau dipotong dan secara mekanis dengan alat pemanen kedelai. Ada enam tahapan yang perlu dilakukan pada penanganan pascapanen kedelai, yaitu (1) pengeringan brangkasan, (2) perontokkan biji, (3) pembersihan biji, (4) pengeringan biji, (5) pengemasan biji dan (5) penyimpanan biji. Pengeringan brangkasan dilakukan sampai kadar air 17%, sehingga memudahkan perontokkan biji. Perontokkan dengan mesin perontok lebih efisien dibandingkan perontokkan secara manual. Biji utuh yang dihasilkan mencapai 98%, sedangkan secara manual hanya 69,9% Pembersihan biji kedelai dengan mesin penampi lebih cepat dibandingkan secara manual. Biji bersih yang dihasilkan pada umumnya masih tinggi kadar airnya, yaitu sekitar 15%. Kadar air biji perlu diturunkan sampai kadar air aman simpan, yaitu 13%-14% (untuk konsumsi) dan (11% untuk benih) dengan cara pengeringan secara alami (sinar matahari) atau buatan (alat pengering). Biji kedelai yang telah kering perlu dikemas dengan wadah kedap udara dan disimpan pada ruang simpan suhu gudang (untuk konsumsi) dan ruang simpan suhu dingin (untuk benih) dengan kisaran suhu 18°-20°C

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback