Browsing by Author "Rosmiaty"
Now showing 1 - 12 of 12
Results Per Page
Sort Options
- ItemBrucella Melitensis: Respon Serologis terhadap Kambing yang Mendapat Infeksi Buatan dengan Kuman Brucella Melitensis Biovar 1(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Siswani; Rosmiaty; F. D., Titis; MuflihanahBrucellosis pada ruminansia kecil, khususnya kambing dan domba merupakan penyakit menular yang sangat penting terutama dari aspek kesehatan masyarakat (Public health) mengingat penyakit ini menyebabkan dampak zoonosis yang tinggi berupa kematian pada manusia. Penyebab utama brucellosis pada kambing domba disebabkan oleh kuman Brucella melitensis. Brucellosis ini menyebakan kerugian ekonomi yang besar, antara lain terjadinya keguguran, ternak lahir lemah, penurunan produksi susu dan peradangan pada persendian Di Indonesia status kejadian brucellosis pada kambing dan domba belum banyak diketahui atau dilaporkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang epidemiologi penyakit, dampak zoonosis dan ekonomi yang disebabkan oleh brucellosis dan juga keterbatasan pemahaman tentang metode diagnosis penyakit ini. Keterbatasan bahkan ketidaktersedianya data tentang kejadian penyakit ini di Indonesia berdampak pada terhambatnya perdagangan internasional terutama dalam proses ekportasi komoditas ternak kambing dan domba dimana negara pengimport mempersyaratkan tentang status brucellosis di tingkat negara maupun individu ternak. Sebagai laboratorium rujukan nasional untuk penyakit brucellosis, maka pengembangan metode diagnosis brucellosis pada kambing dan domba di Balai Besar Veteriner Maros ini sangat diperlukan sebagai dasar dan pendukung pelaksanaan surveilans terhadap penyakit ini di Indonesia. Laboratorium Rujukan juga mempunyai tugas untuk menyiapkan bahan standard yang dibutuhkan dalam pengujian, terutama kontrol standard dalam pengujian serologis. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat respon serologis yang ditimbulkan pada kambing yang telah infeksi oleh kuman Brucella melitensis biovar 1 melalui intra konjungtiva, kemudian dilakukan pengambilan serum secara berkala dan selanjutnya contoh serum diperiksa secara serologis dengan metode RBT dan CFT secara paralel. Titer yang muncul akan diamati dan akan diseleksi sebagai kandidat dalam pembuatan kontrol positif standard. Hasil penelitian menunjukkan titer antibodi kambing yang diifeksi kuman Brucella melitensis muncul pada minggu ke-2 pasca infeksi dengan titer CFT 4/8. Titer antibodi kambing mencapai puncak pada minggu ke-11, yaitu 4/256 titer CFT, dan mulai terjadi penurunan titer pada minggu ke-28.
- ItemDeteksi Spesies Leptospira Dengan Teknik Conventional PCR Pada Target Gen secY(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Muflihanah; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Siswani; Haeriah; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosDeteksi spesies Leptospira sangat penting diketahui karena untuk pengembangan diagnosa Leptospirosis di laboratorium. Penelitian ini ini berfujuan untuk mendeteksi spesies Leptospira dengan menggunakan teknik Conventional PC R pada target gen sec Y. Empat spesies bakteri standar Leptospira interrogans yaitu L.hardjo, L. tarassovi, L. bataviae dan L. ichterohaemorhagica digunakan dalam pengembangan metode ini. Primer yang digunakan yaitu prirner spesifik G1 dan G2 padatarget gen secY mengfasilkan panjang amplikon 285 pasangan basa. Conventional PCR dapat digunakan sebagai alternatif pengujian Leptospirosis karena lebih cepat, sensitif dan spesifik.
- ItemDiagnostik Sensitivitas dan Spesifitas Complement Fixation Test dalam Deteksi ANtibodi terhadap Brucella abortus dalam Serum Sapi(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-06-05) Anis, Saiful; Rosmiaty; Ferry Kurniawan; Balai Besar Veteriner MarosBrucella merupakan bakteri Gramnegatif, berbentuk cocccobacilli, bersifat sebagai patogen intraseluler fakultatif baik terhadap manusia maupun hewan. Teknik serologis adalah andalan diagnosis dan program CFT merupakan uji yang direkomendasikan sebagai uji komplementer dan sekaligus sebagai uji konfirmasi pengujian massal.Uji tunggal dapat divalidasi untuk satu atau lebih tujuan yang dimaksudkan dengan mengoptimalkan karakteristik kinerjanya untuk setiap tujuan, misalnya menetapkan sensitivitas diagnostik (DSe) tinggi, dengan kekhususan diagnostik (DSp) yang lebih rendah terkait untuk uji skrining, atau sebaliknya, menetapkan DSp tinggi dengan DSe yang lebih rendah terkait untuk uji konfirmasi.
- ItemDistribusi Kejadian Brucella melitensis di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Tahun 2017(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Siswani; Yudianingtyas, Dini Wahyu; Rosmiaty; Iryadi; RamlanBrucellosis pada ruminansia kecil khususnya kambing dan domba merupakan penyakit menular yang sangat penting terutama dari aspek kesehatan masyarakat (Public health) mengingat penyakit ini menyebabkan dampak zoonosis yang tinggi berupa kematian pada manusia. Penyakit ini pada kambing dan domba ini utamanya disebabkan oleh kuman Brucella melitensis. Informasi awal mengenai status Brucella melitensis pada beberapa kabupaten yang pernah dilaporkan terjadi kasus di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros (BBV Maros), maka kami melakukan surveilans secara rutin untuk mendapatkan data/informasi mengenai penyakit ini di beberapa kabupaten di wilayah kerja BBV Maros. Khusus untuk wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat diperoleh seroprevalensi pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 3% dan 2%. Kegiatan serosurveilans ini bertujuan untuk : mengetahui distribusi dan proporsi kejadian Brucella melitensis di Propinsi Sul-Sel dan Sul-Bar tahun 2017, mengetahui sensitifitas dan spesifisitas pengujian Brucella melitensis secara parallel. Dari hasil uji laboratorium, untuk Propinsi Sulawesi Barat diperoleh hasil seroprevalensi Brucella melitensis sebesar 4,23% (10/236) dan Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 4,45% (23/516). Perhitungan prevalensi dengan mempertimbangkan sensitifitas dan spesifisitas kedua uji labortorium dilakukan dengan menggunakan software epitools
- ItemEfektivitas Metode Uji Enzymed Linked Immunosorbant Assay (ELISA) dalam Mendeteksi Antibodi Penyakit Enzootic Bovine Leucosis di UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Siswani; Rosmiaty; Utami, Wulandari; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Enzootic Bovine Leukosis (EBL) adalah penyakit pada ternak yang disebabkan oleh virus leukemia sapi, Bovine Leukosis Virus (BLV) yang merupakan virus golongan retroviridae. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas metode ELISA untuk mendeteksi keberadaan penyakit Enzootic Bovine Leucosis (EBL) pada sapi Bali di UPTD Perbibitan Sapi Bali Kabupaten Konawe Selatan. Sebanyak 70 sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 68 betina dan 2 jantan di uji di laboratorium serologi Balai Besar Veteriner Maros. Jenis Elisa kit yang digunakan dalam pengujian ini adalah kit komersial Competitive ELISA ID Vet (Perancis), kit diagnostik ini dirancang untuk mendeteksi antibodi terhadap glikoprotein gp51 dalam serum sapi dan kerbau, baik sampel individual maupun sampel yang di pooled (sampai 10 sampel). Hasil uji ELISA EBL terhadap sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan bahwa dari 70 sampel yang diuji terdeteksi positif sebanyak 2 sampel (2,86%) positif antibody, uji tersebut mempunyai korelasi positif dengan gejala klinis yang muncul dilapangan, yaitu tumor (limfosarkoma). Dengan demikian teknik ELISA dapat digunakan untuk monitoring penyakit EBL pada sapi dan terutama untuk sapi bibit
- ItemEfektivitas Metode Uji Enzymed Linked Immunosorbant Assay (ELISA) dalam Mendeteksi Antibodi Penyakit Enzootic Bovine Leucosis di UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Siswani; Rosmiaty; Utami, Wulandari; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Enzootic Bovine Leukosis (EBL) adalah penyakit pada ternak yang disebabkan oleh virus leukemia sapi, Bovine Leukosis Virus (BLV) yang merupakan virus golongan retroviridae. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas metode ELISA untuk mendeteksi keberadaan penyakit Enzootic Bovine Leucosis (EBL) pada sapi Bali di UPTD Perbibitan Sapi Bali Kabupaten Konawe Selatan. Sebanyak 70 sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 68 betina dan 2 jantan di uji di laboratorium serologi Balai Besar Veteriner Maros. Jenis Elisa kit yang digunakan dalam pengujian ini adalah kit komersial Competitive ELISA ID Vet (Perancis), kit diagnostik ini dirancang untuk mendeteksi antibodi terhadap glikoprotein gp51 dalam serum sapi dan kerbau, baik sampel individual maupun sampel yang di pooled (sampai 10 sampel). Hasil uji ELISA EBL terhadap sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan bahwa dari 70 sampel yang diuji terdeteksi positif sebanyak 2 sampel (2,86%) positif antibody, uji tersebut mempunyai korelasi positif dengan gejala klinis yang muncul dilapangan, yaitu tumor (limfosarkoma). Dengan demikian teknik ELISA dapat digunakan untuk monitoring penyakit EBL pada sapi dan terutama untuk sapi bibit.
- ItemElisa NSP : Deteksi Antibodi untuk Mendiagnosa Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Ruminansia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-05) Siswani; Utami, Wulandari; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit mamalia yang paling menular dan memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial yang parah pada peternak. Ada tujuh serotipe virus Footh and Mouth Disease Virus (FMDV), yaitu, O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1 (OIE, 2021). PMK tidak dapat dibedakan secara klinis dari penyakit vesikular lainnya, seperti penyakit vesikular babi, stomatitis vesikular, dan eksantema vesikular, oleh karena itu pengujian laboratorium pada kasus suspek PMK menjadi hal utama dalam peneguhan diagnosa. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran terhadap efektivitas pengujian PMK dengan metode Elisa NSP dan sejauh mana dapat mendeteksi antibodi terhadap virus PMK pada ternak ruminansia. Dapat disimpulkan bahwa metode ELISA untuk deteksi antibodi terhadap NSP dari FMDV dapat digunakan untuk mengidentifikasi infeksi sebelumnya atau sekarang dengan salah satu dari tujuh serotipe virus yang ada. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi dugaan kasus PMK dan untuk mengevaluasi prevalensi infeksi atau untuk membuktikan kebebasan dari infeksi berdasarkan populasi.
- ItemGen Hemaglutinin (HA) dan Polimerase Basik-2 (PB-2) Sebagai Penanda Spesifik Dalam Deteksi Virulensi Virus Avian Influenza Subtipe H5N1(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2010-09) Muflihanah; Ratna; Supri; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Avian Influenza (AI) adalah penyakit hewan menular yang menyerang unggas, mamalia dan manusia yang disebabkan oleh virus Avian Influenza termasuk dalam family Ortomyxoviridae, genus Influenzavirus. Virus ini termasuk golongan virus RNA (Negative Sense, Single Stranded RNA) yang memiliki susunan genom yang terdiri dari 8 (delapan) gen yang mengkode 10 (sepuluh) protein yaitu polimerase protein (PB1, PB2, dan PA), hemaglutinin (HA), nukleoprotein (NP), neuraminidase (NA), matriks protein (M1 dan M2) dan nonstruktural protein (NS1 dan NS2). Di antara ke delapan genom penyandi protein virus AI, gen protein permukaan HA dan NA, polimerase kelompok (PB1, PB2, dan PA) serta non struktural (NS) menentukan virulensi virus AI. Gen HA menentukan variasi genetik, imunitas dan interaksi inang. Selain itu gen HA sangat penting dalam studi epidemiologi molekuler untuk menentukan kemungkinan asal usul virus dan analisis antigenik terhadap isolat khususnya dalam pemilihan antisera dan vaksin. Selain gen HA, kompleks gen polimerase diduga merupakan faktor utama bagi adaptasi virus AI pada spesies tertentu. Kompleks enzim polimerase dari virus dan berinteraksi dengan berbagai protein sel, sehingga berperan dalam menentukan spesifikasi induk semang. Gen HA dan PB2 digunakan sebagai penanda spesifik untuk menentukan virulensi virus Avian Influenza subtipe H5N1.
- ItemImunologi Brucella Abortus(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Muflihanah; Siswani; Djatmikowati, Titis; Rosmiaty; Ramlan
- ItemInvestigasi Kasus Penyakit Anthraks di Kecamatan Mangara Bombang, Kabupaten Takalar(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Yudianingtyas, Dini Wahyu; Siswani; Suardi; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosInvestigasi terhadap kasus kematian sejumlah ternak sapi di kecamatan Mangara Bombang kabupaten takalar telah dilaksanakan pada bulan Juni 2012. lnvestigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan dan penelusuran kasus serta melakukan pengambilan spesimen. Hasil perneriksaan laboratorium menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah dikarenakan agen Bacillus anthracis. Investigasi lanjutan, sosialisasi dan sejumlah tindakan telah dilaksanakan datam rangka pengendalian dan penanggulangan wabah anthraks di kecamatan Mangara Bombang kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan
- ItemSeroprevalensi Brusellosis : Status Awal Pemberatasan Brusellosis dengan Pendekatan Zoning di Kabupaten Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06-15) Muflihanah; Djatmikowati, Titis Furi; Siswani; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosDalam upaya dalam menurunkan tingkat prevalensi panyakit brusellosis di wilayah tertular berat, pelaksanaan surveilans aktif (sero survey) sangat penting. Surveilans dilakukan sesuai dengan metode yang direkomendasikan untuk menentukan prevalensi sehingga menjadi status awal daerah tersebut. Penentuan status awal dalam pembrantasan brusellosis di Kabupaten Pinrang menggunakan desain cross sectional study dengan metode tahapan ganda berdasarkan asumsi prevalensi 20% dengan tingkat kepercayaan 95 tingkat error 5 %. Sebanyak 790 spesimen serum sapi yang diambil dari sebelas (11) kecamatan dan tujuh puluh lima (75) desa dan kelurahan. Spesimen diuji dengan metode uji Rose Bengal Test (RBT) dan hasil seropositif RBT kemudian diuji dengan metode Complement Fixation Test (CFT) Dari hasil pengujian spesimen menunjukkan bahwa seroprevalensi awal di Kabupaten Pinrang sebesar 13.92% dengan kisaran 0% - 100%.
- ItemStandarisasi Pengujian Brucellosis Dengan Uji ELISA(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2003-09) Muflihanah; Isep Sulaiman; Nawaty; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan standarisasi pengujian Brucellosis dengan uji ELISA. Analisis hasil dilakukan dengan membandingkan dengan OD target pada pemberian substrat ABTS dengan TMB EIA (Enzym Immunoassay) Unit, dan membandingkan rata-rata negatif pada pengenceran serum 1 : 200 dan 1 : 500 dengan ABTS substrat. Hasil yang diperoleh bahwa substrat ABTS pada pengenceran serum sampel, kontrol positif dan kontrol negatif 1 : 500 dan dibaca pada ELISA Reader dengan filter 414 nm didapatkan hasil sesuai dengan OD target.