Browsing by Author "Ristiana, Dina"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemBuletin Veteriner Farma Volume XIV Nomor 2 Tahun 2018(Pusat Vetriner Farma, 2018) Yulia, Ernawati; Sugiharti, Sri; Andayani, Sri Susilo; Anieka R., SNR.; SDD, Rosmalina; Hanifah, Siti; Dyah K., Murtining; Ristiana, Dina; Nandatina S., Petri; Triyati, Ning Umi; Firdaus, Lingga; Pusat Veteriner Farma
- ItemBuletin Veteriner Farma Volume XVIII Nomor 1 Tahun 2022: Pengkajian Stabilitas Vaksin Anthravet® pada Berbagai Suhu (Berdasarkan Jumlah Kandungan Spora dalam Vaksin)(Pusat Veteriner Farma, 2022) Ristiana, Dina; Puspitasari, Yanita Anjar; Susanto, EdiAnthraks adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Vaksin Antraks adalah vaksin aktif yang setiap dosisnya mengandung tidak kurang dari 2 juta spora bakteri Bacillus anthracis strain 34 F2 Weybridge aktif/hidup yang avirulen dan tidak berkapsul di dalam campuran garam faali dengan gliserin yang sama banyak, serta mengandung tidak lebih dari 0,03% saponin. Vaksin yang telah memperoleh lisensi diperlukan pemantauan stabilitas vaksin yang berkelanjutan. Penelitian ini untuk mengetahui stabilitas vaksin tersebut pada beberapa perlakuan penyimpanan suhu, yaitu suhu lemari pendingin (2-8°C), suhu ruang (± 25°C) dan suhu 37°C dalam jangka waktu 18 bulan dengan dilakukan uji fisik dan uji kandungan spora dalam vaksin. Hasil yang didapatkan adalah vaksin Antraks yang disimpan pada suhu yang berbeda yaitu pada suhu 2-8°C, suhu ruang (25°C) dan suhu 37°C masih memenuhi syarat jumlah kandungan spora, namun belum ada data tentang potensinya. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengujian potensi vaksin yang disimpan dengan jumlah perbedaan suhu yang lebih besar dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dari beberapa batch.
- ItemKajian Keamanan Vaksin Antraks Ditinjau dari Jumlah Kandungan Spora(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Ristiana, Dina; MurtiningdyahAntraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Pengendalian Antraks adalah dengan vaksinasi. Syarat vaksin menurut FOHI (2015) diantaranya adalah memiliki jumlah kandungan spora sedikitnya 2x106 Colony Forming Unit per ml (CFU/ml) per 1 dosis untuk sapi. Vaksinasi pada ternak kadang menimbulkan kematian. Hal ini kadang dikaitkan dengan jumlah kandungan spora. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keamanan vaksin Antraks berdasarkan jumlah kandungan spora, hasil uji keamanan, serta hasil uji potensi. Data diperoleh dari hasil pengujian tiap batch yang diproduksi Pusvetma selama 3 tahun terakhir (2016-2018). Dari data pengujian dengan jumlah kandungan spora 1,6-17,76x106 CFU/ml didapatkan persentasi hewan hidup pada uji keamanan sebanyak 83,3-100%, sedangkan pada uji potensi sebanyak 58,33-100%. Hasil regresi linear yang dilakukan pada uji keamanan didapatkan persamaan garis y = -0,602x + 99,68 dengan nilai R² = 0,158 dan koefi sien determinasi (KD) 15,8%. Hasil regresi linear untuk uji potensi didapatkan persamaan y = 1,360x + 82,13, dengan nilai R² = 0,309. Uji korelasi didapatkan hubungan yang lemah antara jumlah kandungan spora dengan hasil uji keamanan dengan angka -0,399 (r<0,5). Uji korelasi antara jumlah kandungan spora dan hasil uji potensi didapatkan hubungan yang sedang dengan angka 0,556 (r≥0,5). Kesimpulan yang dapat diambil yaitu jumlah kandungan spora pada rentang 1,6-17,76x106 CFU/ml memiliki pengaruh yang lemah terhadap keamanan dan potensi vaksin.
- ItemPotensi Vaksin Antraks Dengan Variasi Dosis dan Lama Penyimpanan(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Ristiana, Dina; Asmara, Widya; Wahyuni, A.E.T.H.Antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Antraks termasuk salah satu penyakit hewan strategis dan bersifat zoonosis. Pengendalian Antraks adalah dengan vaksinasi. Vaksinasi pada ternak kadang tidak dilakukan sesuai dosis anjuran, sehingga menimbulkan kematian pada kambing/domba dan keguguran pada sapi bunting trimester pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi vaksin Antraks apabila diberikan ½ dan ¼ dosis dengan lama penyimpanan sampai dengan 2 tahun pada suhu 2-8 °C berdasarkan jumlah kandungan spora dan uji tantang. Vaksin yang digunakan yaitu vaksin Anthravet® (Pusvetma) baru (kurang dari 3 bulan) dan lama (telah disimpan selama dua tahun). Penghitungan jumlah kandungan spora dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC), uji tantang digunakan hewan coba 70 marmut dewasa yang dibagi menjadi 7 kelompok yaitu kelompok I diberikan vaksin Antraks dosis ¼ penyimpanan lama, kelompok II dosis ¼ penyimpanan baru, kelompok III dosis ½ penyimpanan lama, kelompok IV dosis ½ penyimpanan baru, kelompok V dosis 1 penyimpanan lama, kelompok VI dosis 1 penyimpanan baru, dan kelompok kontrol diberikan NaCl fisiologis. Uji tantang dilakukan pada hari ke-21 setelah vaksinasi menggunakan 200 minimum lethal dose (MLD) B. anthracis strain 17JB. Pengamatan dilakukan terhadap daya hidup marmut sampai 10 hari setelah uji tantang. Hasil yang didapatkan, jumlah kuman per dosis pada vaksin lama 9,42x106 CFU/ml dan vaksin baru 9,34x106 CFU/ml. Hasil uji tantang dosis ¼ penyimpanan baru paling rendah(60%), berbeda nyata dengan dosis 1 penyimpanan lama dan dosis 1 penyimpanan baru yang menghasilkan protektivitas paling tinggi (100%). Kesimpulan yang dapat diambil yaitu jumlah kandungan spora dosis ¼ dan ½, pada vaksin baru dan lama masih memenuhi standar OIE (2012) dan FOHI (2013), namun untuk uji tantangnya tidak memenuhi syarat; potensi vaksin Antraks pada penyimpanan sampai dengan 2 tahun masih tetap bagus selama diberikan dalam dosis 1.