Browsing by Author "Ratna Rohaeni, Wage"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemPemanfaatan Alat Sensor Tegangan Air dan Konduktivitas Listrik Tanah pada Observasi dan Seleksi Galur Tadah Hujan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Ratna Rohaeni, Wage; Susanto, Untung; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Seleksi dan observasi adalah tahapan kegiatan pemuliaan untuk memperoleh galur-galur terbaik untuk cekaman biotik dan abiotik.Pengujian cekaman kekeringan diperlukan kepastian kondisi keringpada skala lapang. Oleh sebab itu diperlukan aplikasi alat sensor ataualat ukur cekaman kekeringan. Irrometer dan EM50 Decagon merupakan alat sensor tegangan air tanah dan konduktivitas listrik tanah yang bekaitan dengan cekaman kekeringan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tegangan air tanah dan mengobservasi galur pada set basah dan kering. Penelitian dilaksanakan pada MT1 2018 diKebun Percobaan Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,Subang, Jawa Barat. Sebanyak total 100 genotipe telah diujikan (termasuk cek Ciherang, Ciherang Sub-1, Inpari 10, Inpari 38, dan Inpari 43 GSR). Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 ulangan digunakan sebagai rancangan percobaan yang tersarang pada 2 kondisi yakni set basah (optimum) dan set kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat Irrometer direkomendasikan diaplikasikan di kedalaman 45 cm dengan target tegangan air tanah > 50 kPa. Konduktivit as listrik mencapai -500 selama cekaman 1 bulan berlangsung. Cekaman kekeringan mulai terjadi H+15 setelah pemberhentian asupan air ke sawah. Cek terbaik di set kering dan konsisten memiliki produtivitas tinggi di dua set adalah Inpari 10. Diperoleh 7 galur yang memiliki konsistensi produktivitas tinggi baik pada kondisi set basah maupun set kering. Galur tersbut diantaranya: BP19980-JK-2-IND-2-SKI-0-PWK-1-SKI-5-1, BP19980-JK-2IND-2-SKI-0-PWK-1-SKI-1-2, BP19978-JK-1-IND-2-SKI-0PWK -1-SKI-4-1, BP29337-2-CRB-0-SKI-0-7-PWK-1-SKI-3-3, BP20106c-SKI-1-2-7-1-PWK-2-SKI-1-4, BP19978-JK-1-IND-2-71 Teknologi Padi Inovatif Mendukung Pertanian Presisi dan Berkelanjutan 72SKI-0-PWK-3-SKI-3-2, dan BP19980-JK-2-IND-2-SKI-0-PWK-1SKI-2-3.
- ItemRespon Padi Terhadap Suhu Rendah, Fisiologi dan Status Pemuliaan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Lestari, Peni; Ratna Rohaeni, WagePadi masih menjadi primadona pangan utama bagi masyarakat Indonesia, walaupun upaya diversifikasi pangan sudah mulai dilakukan di sejumlah daerah. Masalah perluasan konversi lahan sentra produksi padi menjadi sektor non pertanian menggeser pusat lumbung padi ke daerah suboptimal. Saat ini program pemuliaan padi mulai melirik lahan dataran tinggi disamping tipe lahan marjinal lainnya untuk pengembangan padi selanjutnya. Tantangan yang timbul kemudian adalah mencari genotipe padi unggul toleran suhu rendah disamping ketahanannya terhadap penyakit blast. Selama ini seleksi untuk karakter suhu rendah difokuskan pada fase pembungaan. Sebab, tahap pembentukan malai padi adalah fase kritis terhadap cekaman suhu rendah. Namun demikian, terobosan untuk melakukan seleksi pada tahap pertumbuhan yang lebih awal, seperti tahap benih, penting dilakukan. Melakukan seleksi pada tahap ini akan mengurangi luas lahan yang diperlukan untuk seleksi tanaman padi, dibandingkan bila hanya melakukan seleksi setelah tanaman berbunga. Hanya tanaman yang dapat berkecambah dan tumbuh baik pada kondisi suhu rendah yang kemudian diseleksi untuk mengetahui umur berbunga dan produktivitasnya. Terkait seleksi untuk tahap benih, alat thermogradientbar dapat dijadikan pilihan. Alat ini memiliki rentang suhu yang lebar, yakni 2o – 45o C, dengan gradient suhu 1.6o C per kolomnya. Dengan menggunakan alat ini, hanya benih yang toleran suhu dingin yang dapat berkecambah. Beragamnya gradient suhu memungkinkan untuk dilakukan seleksi padi sekaligus untuk berbagai ketinggian tempat berdasarkan perbedaan suhu.