Browsing by Author "Nuryanto, Bambang"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- Item26. Komposisi dan Sebaran Ras Jamur Pyricularia Grisea Pada Padi Sawah Irigasi di Kabupaten Subang, Karawang dan Indramayu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Sudir; Nasution, Anggiani; Nuryanto, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea merupakan penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia terutama pada padi lahan kering. Akhirakhir ini penyakit blas sudah mulai banyak ditemukan di padi sawah irigasi. Penelitian untuk mengetahui komposisi dan sebaran ras jamur Pyricularia grisea penyebab penyakit blas padi sawah irigasi di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu Jawa Barat dilakukan pada musim tanam 2013. Kegiatan meliputi tiga tahapan yaitu pengamatan dan pengambilan sampel tanaman sakit dilapangan dengan metode survei, isolasi jamur P. grisea di laboratorium, dan pengujian ras di rumah kaca. Sampel tanaman bergejala sakit blas diambil secara acak di lapangan dan di masukkan ke dalam amplop kertas untuk diisolasi jamur P. grisea di laboratorium. Pengujian ras jamur dilakukan di rumah kaca dengan menginokulasikan jamur P. grisea yang diperoleh pada tujuh varietas diferensial. Hasil pengamatan di lapangan selama musim tanam 2013 menunjukkan penyakit blas leher di wilayah Kabupaten Subang ditemukan hampir merata dengan tingkat keparahan 1,0 sampai 8,0%, di Kabupaten Karawang, tingkat keparahan 2,7 sampai 4,6%, sedangkan di Kabupaten Indramayu, tingkat keparahan 3,1 sampai 10,9%. Hasil pengambilan sampel tanaman sakit blas diperoleh sebanyak 224 sampel tanaman sakit blas leher yang mewakili masing-masing wilayah, terdiri dari 60 isolat dari Kabupaten Subang, 40 isolat dari Kabupaten Karawang, dan 124 isolat dari Kabupaten Indramayu. Hasil isolasi jamur P. grisea diperoleh 224 isolat yang terdiri dari 60 isolat dari Kabupaten Subang, 40 isolat dari Kabupaten Karawang, dan 124 isolat dari Kabupaten Indramayu. Hasil identifi kasi ras dengan varietas diferensial diperoleh 18 kelompok ras. Secara umum, lima ras yang dominan keberadaannya yaitu ras 003 sebesar 19,6%, kemudian disusul dengan ras 053 (14,7%), ras 013 (14,3%), ras 001(12,5%) dan ras 073 sebesar 10,7%. Sebaran ras jamur Pyricularia grisea di Kabupaten Subang, Karawang, dan Indramayu berbeda-beda, di Kabupaten Subang ditemukan ada 16 kelompok ras, yang dominan adalah ras 053. Di Karawang ditemukan 11 kelompok ras, yang dominan adalah ras 003, sedangkan di Indramayu ditemukan 12 kelompok ras, yang dominan adalah ras 003. Hal yang perlu diwaspadai adalah ditemukannya ras yang memiliki virulensi tinggi seperti ras 353 dan ras 313 dengan frekwensi antara 0,4% sampai 5,4 %.
- Item28. Hubungan Antara Kejadian Dengan Keparahan Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Hasil Serta Respon Ketahanan Varietas Berdasarkan Cara Infeksi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Dewi, Ratna Sari; Kadir, Triny Suryani; Nuryanto, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiKerusakan pertanaman padi akibat penyakit hawar daun bakteri (HDB) di Pulau Jawa yang merupakan penyumbang utama beras nasional masih cukup luas, yaitu >70%. Serangan dan intensitas penyakit dipengaruhi oleh tanaman, patogen, dan lingkungan. Perbedaan tingkat ketahanan tanaman, tingkat virulensi, jumlah inokulum, dan proses penetrasi patogen akan memberikan tingkat kejadian/ keparahan penyakit yang berbeda. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat kejadian penyakit HDB dengan keparahan dan hasil serta respon ketahanan varietas terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae berdasarkan cara infeksi. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi Subang, Jawa Barat pada musim kemarau tahun 2013. Rancangan percobaan yang digunakan split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah varietas, yang terdiri dari varietas Inpari I (tahan) dan Ciherang (rentan). Anak petak adalah persentase (%) kejadian penyakit yang terdiri dari: 5%, 10%, 15%, 50%, 75%, dan 100%. Inokulasi bakteri Xoo patotipe IV konsentrasi 108 cfu dilakukan secara buatan pada fase primordia. Parameter yang diamati adalah keparahan penyakit dan hasil panen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kejadian penyakit dari inokulasi buatan tidak berpengaruh terhadap tingkat keparahan penyakit pada kedua varietas yang berbeda tingkat ketahanannya (Ciherang dan Inpari 1). Sifat ketahanan lebih terlihat ekspresinya pada saat infeksi terjadinya secara alami. Keparahan penyakit lebih rendah pada Inpari 1 dibandingkan dengan Ciherang. Berdasarkan hasil panen yang diperoleh terdapat korelasi berbanding terbalik dengan tingkat keparahan HDB. Dari model yang diperoleh, setiap kenaikan keparahan penyakit sebesar 10% pada varietas Ciherang akan menurunkan hasil sebesar 0,131 ton/ha, sedangkan pada varietas Inpari 1, setiap kenaikan 10%, akan menurunkan hasil sebesar 0,17 ton/ha.
- ItemAmeliorasi Dan Decision Support System (DSS) Pemupukan Padi Mampu Meningkatkan Produktivitas Lahan Rawa Pasang Surut Banyuasin Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Guswara, Agus; Nuryanto, Bambang; Norvyani, Mutya; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Lahan rawa pasang surut merupakan salah satu alternative dalam menopang ketahanan pangan di tengah semakin menyempitnya lahan-lahan subur yang tersedia. Sifat lahan rawa pasang surut sangat khas, menuntut pengelolaan yang khas, menurut pengelolaan yang hati-hati dan bijak agar sistem pertanian dapat berkelanjutan. Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan lahan rawa pasang surut antara lain: kemasaman tanah tinggi, kelarutan unsur logam tinggi, dan ketersediaan hara rendah. Oleh karena itu, perlu tindakan ameliorasi dan pemupukan agar keberhasilan pertanaman padi dapat dicapai. Ameliorasi merupakan upaya memberikan bahan-bahan reaktif ke dalam tanah dengan tujuan memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Sedangkan pemupukan merupakan upaya menambah ketersediaan hara tanah bagi tanaman. Decision Support System (DSS) pemupukan padi lahan rawa pasang surut yang bersifat ramah pengguna dapat digunakan dalam mengambil keputusan untuk pemupukan padi di lahan rawa pasang surut. Substitusi pupuk anorganik dengan pupuk organic dan hayati merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik dan menjaga kelestaian lingkungan. Makalah ini membahas bagaimana implementasi ameliorasi dan DSS untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan rawa pasang surut Banyuasin Sumatera Selatan.
- ItemBioekologi Virus Sebagai Dasar Strategi Pengendalian Kerdil Hampa dan Kerdil Rumput Pada Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Nuryanto, Bambang; Suprihanto; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenyakit virus kerdil pada padi yang ditularkan wereng cokelat, di Indonesia dikenal dengan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Kedua penyakit berkembang dan menyebar hampir di seluruh pertanaman padi di Pulau Jawa pada tahun 2010. Perkembangan pesat penyakit seiring dengan meladaknya populasi wereng cokelat. Penelitian tentang bioekologi virus perlu dilakukan untuk menyusun strategi pengendalian ke dua penyakit tersebut. Penelitian dilakukan di rumah kaca lingkup proteksi tanaman Balai Besar penelitian Tanaman Padi pada musim tanam 2013. Penelitian diawali dengan pengambilan populasi wereng dan inokulum tanaman sakit dari lahan sawah pertanaman petani, kemudian diperbanyak di rumah kaca. Penelitian meliputi uji efektivitas instar dan populasi lapang wereng sebagai penular virus. Efektivitas penularan pada tanaman yang terinfeksi ganda virus. Efektivitas berbagai stadia tanaman padi sebagai sumber inokulum virus dan uji ketahanan beberapa varietas padi terhadap kedua penyakit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa wereng cokelat instar 2 dan 3 dibanding wereng instar 4, mempunyai potensi lebih besar menularkan virus kerdil hampa dan kerdil rumput. Populasi wereng dari Klaten lebih efektif menularkan penyakit dibanding populasi wereng dari Subang dan Sleman. Penyakit kerdil hampa lebih mudah ditularkan dari pada penyakit kerdil rumput. Sumber inokulum penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput yang berasal dari stadium vegetatif tanaman sakit, mengandung virus yang lebih mudah untuk ditularkan. Varietas Cilamaya Muncul dan Inpari 13 menunjukkan tahan terhadap penyakit kerdil hampa, sedangkan Inpari 30 tahan terhadap penyakit kerdil rumput. Wereng cokelat yang mengandung virus, bila semakin lama/banyak dipaksa melakukan inokulasi mengakibatkan makin sedikit menularkan penyakit pada tanaman yang diinokulasi.
- ItemDeteksi Tular Benih Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan Hubungan Tingkat Keparahan Penyakit Dengan Tingkat Infeksi Pada Benih Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Dewi, Ratna Sari; Kadir, Triny Suryani; Nuryanto, BambangPenyakit hawar daun bakteri menjadi masalah yang serius pada pertanaman padi dan permasalahannya terus bertambah dari waktu ke waktu. Sifat patogen Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang memiliki variasi patotipe yang cukup banyak dan cepat berubah menjadi kendala dalam perakitan varietas, karena varietas yang dilepas umumnya hanya tahan terhadap patotipe tertentu saja. Permasalahan lain adalah bakteri ini diindikasikan bersifat tular benih. Untuk mengetahui sifat tular benih dari bakteri X. oryzae pv. oryzae dan hubungannya dengan tingkat serangan, maka dilakukan deteksi infeksi benih terhadap beberapa varietas dengan tingkat serangan yang berbeda-beda di Laboratorium Fitopatologi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Deteksi dilakukan terhadap 14 jenis varietas, yang terdiri atas 7 varietas padi irigasi (Ciherang, Inpari 1, 16, 17, 21, 22, dan Inpari 23), tiga varietas padi gogo (Inpago 7, 8, dan Situbagendit), dan 4 varietas padi rawa, yaitu Inpara 1, 3, 4, dan Inpara 5. Deteksi dilakukan dengan metode inkubasi pada media agar dan motode on-growing test. Uji Postulat Koch juga dilakukan untuk memastikan bahwa jenis bakteri yang terdeteksi adalah bakteri X. oryzae pv. oryzae. Hasil deteksi dengan metode inkubasi pada media agar menunjukkan bahwa dari 14 varietas yang diuji, sebanyak 4 varietas positif terinfeksi bakteri X. oryzae pv. oryzae, yaitu Ciherang, Inpari 1, Inpari 16, dan varietas Situbagendit. Tingkat infeksi tertinggi diperoleh dari benih Ciherang sebesar 0,75%, diikuti Inpari 1 dan Situbagendit (0,5%), sementara tingkat infeksi benih varietas Inpari 16 sebesar 0,25%. Pada varietas Ciherang diperoleh adanya korelasi positif antara tingkat serangan di lapangan dengan tingkat infeksi pada benih dengan koefisien determinasi= 0.902. Deteksi infeksi benih dengan metode on-growing test diperoleh tingkat infeksi pada benih tertinggi juga ditunjukkan pada benih varietas Ciherang, yaitu sebesar 73,33% dari sampel benih yang berasal dari malai dengan tingkat keparahan penyakit 100%.
- ItemEfektivitas Pemasangan Jaring Dalam Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas Wlk) di Pesemaian(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) N. Usyati; Kurniawati, Nia; Nuryanto, Bambang; Jamil, AliPemasangan jaring umumnya digunakan sebagai salah satu cara dalam pengendalian hama burung di pertanaman padi. Sampai saat ini pemasangan jaring tersebut belum banyak digunakan untuk mengendalikan hama penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Wlk). Pada MT-1 tahun 2015 penelitian dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai efektivitas pemasangan jaring dalam mengendalikan hama penggerek batang padi kuning di persemaian telah dilakukan di lahan koperasi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi dan di lahan Petani di daerah Pabuaran Subang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan 20 titik pengamatan sebagai ulangan. Perlakuan terdiri atas: 1) pengambilan kelompok telur penggerek dan aplikasi insektisida; 2) jaring tanpa insektisida; 3) cara petani (aplikasi insektisida saja). Jaring digunakan hanya saat di pesemaian. Variabel yang diamati meliputi populasi ngengat, jumlah kelompok telur, dan tingkat serangan penggerek batang padi. Pengamatan dilakukan dengan interval satu minggu sekali sejak benih disebar sampai tanaman berumur satu bulan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasangan jaring efektif dalam mengendalikan hama penggerek batang padi kuning di pesemaian dan efektivitasnya setara dengan pengendalian cara petani yaitu pengendalian yang hanya menggunakan aplikasi insektisida saja.
- ItemKajian Metode Inokulasi Penyakit Hawar Pelepah untuk Skrining Katahanan Varietas Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Nur Milati, Laila; Nuryanto, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penyakit hawar pelepah merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman padi (Oryza sativa) yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn. Varietas tahan hawar pelepah belum ditemukan karena gen ketahanan diatur oleh banyak sifat. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Tanaman Padi tahun 2017. Penelitian bertujuan untuk mencari metode inokulasi yang tepat dalam skrining ketahanan varietas padi. Varietas padi yang digunakan adalah Ciherang, Hipa Jatim 2, dan Minghui 63. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Padi ditanam dalam pot berisi tanah steril. Budidaya padi berdasarkan rekomendasi layanan konsultasi padi (LKP). Inokulasi menggunakan agar blok, sklerosia, dan dedak sekam. Data hasil analisis digambarkan dalam bentuk diagram batang dan dianalisis lanjutan dengan uji Duncan’s multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inokulasi Rhizoctonia solani yang paling tepat adalah menggunakan dedak sekam. Dedak sekam mengandung miselium aktif yang dapat menginfeksi varietas padi dengan cepat.
- ItemPerkembangan Populasi Wereng Coklat (Nilaparvata lugens STAL) Pada Galur-galur Padi Ultra Genjah Saat Musim Kemarau di Lahan Irigasi di Indramayu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Hari Iswanto, Eko; Nuryanto, Bambang; Susanto, Untung; Gunawan, IndraVarietas ultra genjah (umur < 90 hari) bermanfaat untuk menambah indeks pertanaman serta memperbesar peluang untuk escape dari cekaman spesifik terprediksi karena dapat dijadualkan agar tanaman telah dipanen ketika cekaman datang. Penambahan karakter tahan wereng terhadap varietas ultra genjah akan memberikan pemecahan ganda untuk hal diatas dan sekaligus meredam perkembangan wereng coklat di daerah endemis. Penelitian perkembangan populasi wereng coklat pada galur-galur ultra genjah di lapang akan memberikan gambaran ketahanan galur-galur tersebut di areal-areal yang targetkan nantinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi wereng coklat pada 10 galur ultra genjah beserta 2 varietas cek yang ditata dalam rancangan acak kelompok 4 ulangan yang ditanam di Sukra, Indramayu pada musim kemarau 2014. Serangan wereng terjadi di seputar areal percobaan mulai stadia pesemaian hingga panen. Pengendalian kimia terkendali dilakukan ketika populasi wereng telah mencapai ambang ekonomi. Konfirmasi ketahanan tiap galur dilakukan dengan melakukan skrining modifikasi genotipe-genotipe tersebut di rumah kaca menggunakan populasi wereng dari lokasi percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada stadia anakan, primordia maupun berbunga, populasi wereng coklat pada varietas Inpari 13 lebih rendah dibandingkan dengan semua galur ultra genjah yang diuji. Hasil skrining modifikasi menunjukkan bahwa galur BP14574b-27-3-IM-3-2*B dan varietas Inpari 13 yang bereaksi agak tahan terhadap populasi sukra-Indramayu. Sementara itu, galur UG-1, UG-2, C2-1-2- 2, B27-6-2-1 dan BP15618-1b-11 bereaksi agak rentan, sedangkan galur/varietas B13017c-RS*1-5-4-1-1, B13031b-RS*2-2-1-13-2 dan Silugonggo bereaksi rentan. Berdasarkan hasil, umur tanaman, ketahanan terhadap wereng coklat, dan intensitas penyakit kerdil yang terjadi di daerah percobaan ini, galur BP14574b27-3-IM-3-2*B relatif lebih baik dibanding genotipe lain yang diuji