Browsing by Author "Noor, Muhammad"
Now showing 1 - 20 of 55
Results Per Page
Sort Options
- Item1001 Masalah Lahan Rawa : Petani Bertanya, Peneliti Menjawab(Balai Penelitian Pertanian lahan Rawa, 2021) Saleh, Muhammad; Mawardi; Noor, Muhammad; Susilawati, Ani; Lestari, Yuli; Sulaeman, Yiyi; Hasbianto, Agus; Agustiani, MalaBuku 1001 Masalah Lahan Rawa: Petani Bertanya, Peneliti Menjawab ini memuat pertanyaan yang disampaikan petani tentang berbagai aspek dalam pengelolaan pertanian lahan rawa, meliputi komponen: pengelolaan air, penataan lahan, penyiapan lahan, pengendalian gulma, pengunaan varietas, pemupukan, pembibitan, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman, panen dan pasca panen
- ItemBEBERAPA ALTERNATIF POLA TANAM MENDUKUNG OPTIMASI PEMANFAATAN LAHAN PASANG SURUT UNTUK TANAMAN PANGAN(Balittra, 1996) Saragih, Suryanto; Ar-Riza, Isdijanto; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLaban pasang surut merupakan sumber daya alam penting untuk dijadikan Iahan Ftanian dimasa mendatang. Potensi Iahan ini di Indonesia masih cukup luas, dimana dai iuta hektar yang tayak dijadikan untuk Iahan pertanian baru 3,6 juta (38 %) yang telah śtmanfaatkan. Upaya pemanfaatan Iahan pasang surut yang dilaksanakan petani sełamafr"i masih sangat sederhana. Lahan hanya ditanami padi lokal sekarł setahun dan hasi yang diperoleh rendah yaitu berkisar antara 0,5 sampai 2,5 t GKG/ha. Pemanfatan Iahan pasang surut untuk tanaman pangan sesungguhnya dapat di l;kukan secara optimal dengan beberapa alternatifteknik pengaturan pola tanam sesuai devantpotogi Iahan dan perbaikan sistem pengaturan airnya. Lahan tipe A misalnya, dengan pengaturan air dapat dilakukan pertanaman pola padi dua kali setahun yaitu kornbinasi padi unggul-padi unggul atau padi unggul-padi lokal
- ItemBUDI DAYA KELAPA SAWIT DAN KARET(Balittra, 2021) Alwi, Muhammad; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaIndonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar dunia dengan luas areal sekitar 7,51 juta hektar dengan tingkat produksi 21 juta ton CPO pada tahun 2009 dan diprediksi pada tahun 2010 dapat mencapai luas sekitar 7,83 juta hektar dengan tingkat produksi 22,1 juta ton CPO (Sunarko, 2010). Masalah utama yang dihadapi usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah rendahnya produktivitas tanaman, terutama usaha perkebunan kelapa sawit rakyat (PR). Produktivitas tanaman kelapa sawit pada perkebunan rakyat adalah 5 ton TBS /ha/tahun, sedangkan pada perkebunan besar sudah mencapai >20 ton TBS /ha/tahun. Produktivitas yang telah dicapai perkebunan kelapa sawit Indonesia saat ini masih bisa ditingkatkan hingga sekitar 25-30 ton TBS/ha/ tahun (Pahan, 2008). Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit di Indonesia adalah melalui penggunaan benih unggul, peremajaan, rehabilitasi, dan perluasan. Di Indonesia, benih unggul disuplai oleh beberapa perusahaan resmi penghasil kecambah. Peremajaan tanaman kelapa sawit merupakan upaya yang sangat efektif dalam mendorong peningkatan produksi. Bila kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawitdapat dilaksanakan, maka diperkirakan meningkatkan produksi 20%- 30% dari produksi yang ada (Iyung, 2008).
- ItemBuku Nasional Pertama Tentang Rawa(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSejak tahun 1970 secara nasional lahan rawa menjadi perbincangan, khususnya dalam konteks peningkatan produksi padi dan kesejahteraan petani yang kemudian dipadukan dengan program transmigrasi. Rencana pembukaan rawa secara besar-besaran pada tahun 1970an tersebut pada dasarnya ter “inspirasi” oleh keberhasilan masyarakat setempat, di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan dalam memanfaatan rawa untuk pengembangan padi yang waktu itu masih sangat asing, terutama bagi masyarakat Jawa.
- ItemDaerah Rawa dan Rawan Banjir sebagai Lumbung Pangan, Kenapa Tidak ? ANTUSIAS PEMDA DAN PETANI TERHADAP OPTIMALISASI RAWA DI SULSEL "Daerah Rawa dan Rawan Banjir sebagai Lumbung Pangan, Kenapa Tidak ? "(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaDalam Rapat Koordinasi yang ke 4, pada tanggal 10 Januari 2019 yang dipimpin oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ibu Ir. Hj. Fitriani, MP, Direktur Alsintan, Direktur Lahan, Kementan, Balai Besar Mektan, dan Tim survei, investigasi dan desain (SID) Badan Litbang Kementerian Pertanian yang dari peneliti dan Staf Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Baliklimat) dan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) telah diturunkan sebagai tahap awal ke Sulawesi Selatan telah dipersiapkan dimulainya dilakukan survei, investigasi dan desain (SID). Dalam rapat diatas khadir tiga Kepala Dinas Kabupaten dan staf masing Kabupaten Wajo, Sindrap, dan Soppeng. Juga khadir Staf Ahli Menteri Pertanian Prof. Dr. Farid Bahar, Prof. Djafar Baso dari Balai Serealia, dan Dr. Amir dari Univ. Hasanuddin sebagai tim pendukung. Dari Kementerian khadir wakil Direktorat Lahan dan Direktorat Alsin, serta Peneliti Alsin dari Balai Besar Litbang Mektan (BB Mektan) Serpong, Dr. Lilik dan Dr. Harsono
- ItemDIALOG PUBLIK “Pengelolaan Ekosistem Rawa dan Gambut oleh Masyarakat Lokal Banjar di Kalimantan Selatan”(Balittra, 2021) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemDINAMIKA IKLIM(Balittra, 2021) Karolinoerita, Vicca; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaIklim merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi pertanian di lahan rawa, yang dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi dan tanaman lainnya di lahan rawa seperti halnya faktor tanah dan air. Dalam budi daya padi atau komoditas lainnya di lahan rawa, faktor iklim mendapatkan perhatian sejak penentuan waktu tanam, penyiapan lahan, pengolahan tanam, pola tanam sampai pada panen. Hasil padi dan komoditas lainnya di lahan rawa sulfat masam umumnya pada musim hujan lebih baik dibandingkan musim kemarau tidak lepas karena pengaruh ketersediaan air dan kondisi reduksi-oksidasi dari tanah sulfat masam yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Fenomena iklim seperti siklus iklim, iklim ekstrem (El Nino, La Nina), kondisi unsur-unsur iklim seperti suhu, curah hujan, kelembapan, dan lama penyinaran sangat penting diketahui. Dalam hubungannya dengan pertanian di lahan rawa, kondisi iklim berkelindan dengan tinggi muka air di lahan rawa, tingkat serangan hama dan penyakit, dan tingkat produksi tanaman atau produktivitas lahan. Berikut akan dikemukakan tentang fenomena iklim, unsur-unsur iklim, dan hubungan pertanian di lahan rawa pasang surut sulfat masam dengan iklim.
- ItemGalam dan Manfaatnya(Balittra, 2020) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaGalam yang dalam bahasa latinnya disebut Melaleuca leucadendron merupakan jenis pohon yang tumbuh sangat subur di lahan rawa masam dan dapat dijadikan salah satu tumbuhan indikator tanah berpirit atau tanah sulfat masam. Jenis pohon ini termasuk jenis pohon berkayu. Pohon ini sangat adaptif dengan kondisi masam pH 3-4 bahkan dikenal sangat dominan di lahan rawa. Umumnya lahan yang apabila ditumbuhi pohon ini sepertinya "membunuh” jenis pohon dan semak lainnya sehingga menjadi dominan di lingkungannya. Jenis pohon ini menyenangi kondisi berair macak-macak, tetapi juga dapat tumbuh dengan kondisi kering
- ItemHama Kumbang Penyerang Kelapa Sawit di Lahan Rawa(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaTapin, Kalsel tampak tanaman sawit megalami serangan hebat hama Serangan hama kumbang pada tanaman sawit sekarang mengkhawatirkan. Dalam salah satu kunjungan ke sebuah perkebunan di Kecamatan Candi Laras Utara, Kabuoaten kumbang yang menyisakan tanaman tinggal hanya batang daunnya saja (Gambar 1). Hama kumbang (Aderetus compressus, Wep) ini bersifat pemakan daun, awalnya daun-daun dikutip sehingga berlubang dan lama-lama habis. Selain sawit, hama ini juga menyerang tanaman kakao, kopi, tebu dan pisang, masuk famili Rutelidae. Hama ini berbentuk bulat telur, ckelat kehitaman, berukuran + 1 cm, menyerang dengan memakan bagian tengah daun. Serangan hebat dalam 2 jam dapat menghabiskan daun tanaman yang berumur tanam 2 bulan. Serangan hebat terjadi malam hari, pada siang hari hama ini bersembunyi di serasahdaun atau kayu yang tersebar di permukaan tanah.
- ItemImplementasi Awal Pengembangan Rawa 1 Juta Hektar SID DAERAH IRIGASI RAWA (DIR) DI KALSEL TAHAP I Implementasi Awal Pengembangan Rawa 1 Juta Hektar(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSebanyak enam Tim Kelompok Surveyor Badan Litbang Kementerian Pertanian yang terdiri dari peneliti dan teknisi pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Baliklimat), Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Balai Penelitian Tanah (Balit Tanah), dan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) turun ke berbagai lokasi atau daerah irigasi rawa (DIR) di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan pada akhir-akhir bulan Desember 2018 lalu untuk melakukan survei, investigasi dan desain (SID) yang meliputi aspek tanah, air, sosial ekonomi, dan sumber daya lainnya dalam rangka pengembangan infrastruktur, tata ruang, dan tata kelola sumber daya pertanian masing-masing DIR. Nantinya diharapkan Sumsel dan Kalsel menjadi contoh model penyusunan SID bagi provinsi lainnya seperti Sulsel, Lampung, Jambi, Kalteng, dan Papua. Dalam arahannya Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Gatot Irianto Sumardjo pada kesempatan pertemuan dengan para surveyor di Kantor Balittra Banjarbaru menyampaikan bahwa lokasi yang dijadikan sasaran utama adalah (1) lahan yang sudah ditanami 1 kali (IP 100) sehingga dapat ditingkatkan menjadi IP 200; (2) lahan yang sudah mempunyai jaringan tata airnya sehingga tinggal menyempurnakan atau menormalisasi saluran-saluran dan/atau tanggul-tanggul yang ada; dan (3) akses ke lokasi tidak terlalu sulit sehingga memudahkan dalam mobilisasi alsintan dan barang-barang keperluan.
- ItemInspirasi Rice Food Estate dari Timur(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaIni contoh sukses mengelola lahan rawa ala Gubernur Kalimantan Timur, Prof. Dr. H. Awang Farouq. Ia menyulap lahan rawa yang semula tidur menjadi lumbung pangan. Seluas 50.000 ha lahan rawa di KP. Sabanar Baru, Delta Kayan, Kabupaten Bulungan, Kaltim ditetapkan sebagai Kayan Delta Food Estate (KADEFE). Ide yang tercetus pada PEKAN NASIONAL TANI & NELAYAN, Juni 2011 di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mulai membuahkan hasil. Kini padi sudah mulai dipetik sejak penghujung 2012. Produktivitas padi rata-rata 6,65 ton GKP/ha atau 5,75 ton GKG/ha (setara 3,607 ton beras/ha).
- ItemInterpretasi Gambut untuk Budidaya Pertanian(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLuas lahan gambut di Indonesia mencapai 20,9 juta ha. Pengelolaan lahan gambut dengan skala besar dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1970 an yang dikaitkan dengan program transmigrasi. Setelah beberapa tahun kemudian banyak lahan yang ditinggalkan oleh petani (transmigran) karena lahan menjadi tidak produktif. Hal ini disebabkan pengelolaan lahan gambut yang tidak tepat dan lahan berubah menjadi lahan gambut bongkor
- ItemJeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut Pengelolaan dan Pengembanngannya(Balittra, 2021) Noor, Muhammad; Koesrini; Nazemi, Dahkyar; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaDalam lima tahun terakhir ini perkembangan tanaman jeruk Siam (Citrus suhuensis) di lahan rawa pasang surut meningkat pesat. Pasar jeruk Siam dalam negeri sendiri cukup baik dan populer di petani karena produksinya paling tinggi di antara jenis jeruk yang lain, disukai konsumen, serta nilai ekonominya cukup baik. Budidaya jeruk di lahan rawa pasang surut sudah lama dikenal masyarakat setempat, khususnya di Kalimantan Selatan sejak ratusan tahun silam. Budidaya jeruk di lahan rawa pasang surut dapat dengan sistem tukungan (gundukan) atau Surjan (sistem baluran). Secara bertahap petani membuat tukungan di lahan sawahnya. Sistem tukungan mi dianjurkan hanya untuk lahan rawa dengan jenis tanah mineral atau bergambut, tetapi juga mulai merambat ke lahan gambut dengan berbagai ketebalan dan dangkal sampai sedang
- ItemJurus Jitu Menyikapi Iklim Ekstrem El Niño dan La Niña untuk Pemantapan Ketahanan Pangan(IAARD Press, 2018-09-02) Sulaiman, Andi Amran; Agus, Fahmudin; Noor, Muhammad; Dariah, Ai; Irawan, Bambang; Surmaini, Elza; Balitbangtan
- ItemKajian Lumpur Rawa Pasang Surut dan Pengaruhnya terhadap Produksi Padi SEMINAR KELAS Kajian Lumpur Rawa Pasang Surut dan Pengaruhnya terhadap Produksi Padi(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPada hari Jumat, tanggal 12 April lalu telah diadakan Seminar Kelas tentang Lumpur Rawa Pasang Surut yang disampaikan oleh Dr. Ir. Mawardi, MSc. yang diangkat dari Disertasi yang bersangkutan pada Program Doktor Universitas Gadjah Mada yang dinyatakan lulus. Judul paper seminar yang disampaikan “Luapan Lumpur Lahan Rawa Pasang Surut untuk Meningkatkan Produksi Padi di Kawasan Hilir Sungai barito, Kalimantan Selatan. Seminar yang dihadiri sekitar 30 peneliti dan teknisi litkayasa dibuka oleh Kepala Balittra, Ir Hendri Sosiasawan CESA, mendapatkan tanggapan dan diskusi yang sangat baik. Penyampaian materi yang disajikan oleh Dr. Mawardi dengan bahan tayang yang singkat tetapi jelas yang juga tidak saja mengenai alasan dan teori dasar dilaksanakannya penelitian tersebut, tetapi juga liku-liku proses panjang dalam pelaksanaan penelitian, penyusunan disertasi dan pasca wisuda atau pengukuhan yang antara lain berkaitan dengan pembimbingnya yang sakit, sehingga sempat kuliah S1 jurusan Bahasa Arab, musibah meninggalnya anak didik beliau yang sempat membantu di lapangan, dan hilangnya ijasah yang dicuri maling di rumah ketika ditinggal sholat subuh membuat suasana seminar hidup.
- ItemKebijakan Pengembangan Lahan Rawa : Menggantang Langit, Tapi Belum Membumi(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBalai Besar Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Binuang kembali mengadakan pendidikan dan pelatihan Pengelolaan Lahan Rawa terhadap penyuluh dan pejabat pertanian regional Kalimantan? dengan menghadirkan peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA) yang diantaranya Dr. Muhammad Noor, MS untuk menyampaikan materi tentang Kebijakan Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Diungkapkan bahwa kebijakan pengembangan rawa sekarang ada di beberapa kementerian seolah-olah sekarang rawa menjadi rebutan. Misalnya Kementerian Pekerja Umum telah menyusun Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Rawa terkait karena rawa sebagai sumber daya air, kementerian Lingkungan Hidup telah menyusun RPP tentang Gambut karena gambut sebagai ekosistem essensial masuk dalam ranah lingkungan hidup. Demikian juga beberapa regulasi telah diterbitkan misalnya Permentan 16/2009 dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian terkait dengan perkebunan kelapa sawit, Inpres 10/2011 dikeluarkan untuk penghentian sementara pembukaan lahan dan hutan gambut
- ItemKERBAU RAWA : Usaha yang sangat menjanjikan(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKerbau Rawa (Bubalus bubalis) termasuk jenis banteng yang dikenal juga sebagai kerbau kalang. Populasi kerbau kalang ini ditaksir sekitar 12.000- 15.000 ekor di rawa-rawa Kalimantan Selatan, 1.500-2.000 ekor di rawa-rawa Kalimantan Timur, 1000 ekor di rawa Kalimantan Tengah, dan 700-1.000 ekor di rawa-rawa lebak Sumatera Selatan. Kemungkinan juga terdapat di rawa-rawa atau danau di Pulau Sulawesi dan Pulau Papua yang juga mempunyai lahan rawa cukup luas, namun sayang belum terdata secara baik. Kerbau rawa bertubuh pendek, tanduk tumbuh horisontal dan melengkung, warna abu-abu hingga semakin gelap (darkness) untuk yang dewasa, tumbuh bulu jarang dengan warna kuning hingga coklat yang panjangnya + 15 cm mulai umur 1-2 tahun, bobot lahir 30-40 kg, bobot dewasa antara 400-450 kg, dewasa kelamin pada umur 2-3 tahun, jarak kelahiran sekali dalam dua tahun, umur melahirkan pertama 4-5 tahun, umur produktif 10-12 tahun. Bahan padat (daging), lemak dan protein lebih tinggi dibadingkan dengan sapi, sedangkan kadar laktosa tidak berbeda jauh
- ItemLahan Rawa : Penelitian dan Pengembangan(IAARD Press, 2013) Haryono; Noor, Muhammad; Syahbuddin, Haris; Sarwani, MuhrizalBuku ini merupakan rangkuman dari berbagai hasil penelitian dan pengalaman Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam pengelolaan lahan rawa, yang diharapkan menjadi acuan dalam pengembangan lahan rawa untuk pertanian ke depan. Buku ini disusun dalam tujuh bab utama. Bab 1 berisi pengertian dan perspektif lahan rawa, Bab 2 memaparkan sejarah penelitian dan pengembangan lahan rawa di Indonesia, Bab 3 tentang persepsi dan pandangan masyarakat terhadap lahan rawa, Bab 4 mengemukakan sifat dan ciri lahan rawa, Bab 5 mengungkapkan kondisi sosial ekonomi dan budaya petani pada agroekosistem rawa, Bab 6 tentang inovasi teknologi pertanian lahan rawa, dan Bab 7 tentang arah pengembangan pertanian lahan rawa ke depan.
- ItemLahan Rawa yang Menjanjikan dan Mensejahterakan TELANG REJO Lahan Rawa yang Menjanjikan dan Mensejahterakan(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPada bulan November 2017 atau sekitar 14 bulan yang lalu, penulis diundang salah satu perusahaan melalui Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian untuk khadir di Desa Puntak dan Desa Panggang, Kec. Pandih Batu, Kab. Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang merencanakan akan membuka dan mengembangkan lahan rawa untuk produksi pangan yang sebagai tahap awal dilakukan penanaman seluas 50 hektar dan selanjutnya ditingkat menjadi 100 hektar. Namun sayang upaya tersebut berhenti alias macet atau gagal ditengah jalan. Berbeda dengan upaya diatas Desa Telang Rejo, Kec. Telah, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan sekarang diangkat menjadi percontohan optimalisasi lahan rawa.
- ItemLidah Buaya Khas Lahan Gambut Kalbar(Balittra, 2019) Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKalau mau lihat tanaman lidah buaya (Aloe vera) sebesar lengan sampai paha, maka datanglah ke lahan gambut di Kalimantan Barat (Kalbar) dan yakinlah tidak akan ditemukan di tempat lain. Lidah buaya aslinya berasal dari Afrika dikembangkan di lahan kering. Awalnya dikenal sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit. Sekarang berkembang menjadi bahan baku industri kosmetik, kesehatan, makanan, dan minuman. Lidah buaya masuk sebagai salah satu dari sepuluh komoditas terlaris di pasaran dunia sebagai bahan baku kosmetik dan farmaka (obat-obatan). Hasil peneitian menunjukkan bahwa lidah buaya ternyata mengandung vitamin A, B1, B6, B12, C, E, kecuali D, mineral, asam-asam amino, dan enzim antara lain aloe emodin yang berkhasiat dalam mengurangi ratio gula darah.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »