Browsing by Author "Mutisari, Dewi"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemAntiviral resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2017-2018(2021-07) Mutisari, Dewi; Muflihanah; Ratna; Supri; Suanti; Hendrawati, FerraAvian Influenza (AI) is an infectious disease caused by the influenza type A virus. The highly pathogenic AI (HPAI) H5N1 outbreak in Indonesia has occurred since 2003 until now. Education, biosecurity, vaccination, elimination, diagnostic, and surveillance are strategy to prevent and control AI virus (AIV) infection. Providing antiviral drug can be used as an alternative to control AIV in poultry, but it will be limited if resistance occurs. This study aims to determine the resistance to neuraminidase inhibitors (NAIs) (oseltamivir) and M2 ion channel inhibitors (amantadine) of HPAI H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi during 2017- 2018. This research was conducted by whole-genome sequencing (WGS) with the next generation sequencing (NGS) (Illumina) technique on 5 poultry virus isolates. Molecular analysis was performed by multiple alignments and amino acid prediction using the MEGA X program. Antiviral resistance of oseltamivir and amantadine was assessed based on analysis of NA and M2 proteins compared to reference isolates from Sulawesi in NCBI. Based on the NA protein analysis, no mutations were found at positions 119, 275, 293, and 295, indicating that all the samples and reference isolates from Sulawesi are still sensitive to oseltamivir. Whereas at positions 26, 27, 30, 31, and 34 of M2 protein, there was a V27I mutation in Sulawesi reference isolate in 2016 and the combination of V27A and S31N mutations in 2 research isolates in 2018, which indicate possible resistance to amantadine. In conclusion, there is amantadine resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2018
- ItemInvestigasi Kasus Antraks pada Sapi di Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Mutisari, Dewi; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Haeriah; Rahman, Abdul; RamlanInvestigasi terhadap kasus kematian ternak sapi di kecamatan Cenrana kabupaten Maros telah dilaksankan pada bulan Agustus 2017. Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan, penelusuran kasus, dan pengambilan spesimen. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan positif Bacillus anthracis dari sampel tanah. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi di lapangan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat, ternak yang belum divaksinasi antraks, kurangnya laporan masyarakat mengenai ternak sakit, serta kurangnya petugas lapangan untuk monitoring penyakit hewan. Desinfeksi area kasus, pemberian antibiotik pada ternak disekitar lokasi kasus dan dilanjutkan dengan vaksinasi antraks pada 21 hari paska pemberian antibiotik merupakan tindakan pengendalian dan penanggulangan wabah penyakit antraks di kecamatan Cenrana kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
- ItemOutbreak Penyakit Avian Influenza subtipe H5N1 clade 2.3.2.1c pada Itik di Kabupaten Sidenreng Rappang(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-07) Mutisari, Dewi; Putra, Hamdu Hamjaya; Purnowati, Emy; Balai Besar Veteriner MarosAvian Influenza (AI) merupakan virus penyebab penyakit infeksius pada unggas yang mengakibatkan kerugian ekonomi secara signifikan. Pada bulan Agustus 2018 Balai Besar Veteriner Maros melaksanakan investigasi terhadap kematian itik di Desa Sipodeceng, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan.Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan, penelusuran kasus, dan pengambilan spesimen. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan positif virus Avian Influenza subtipe H5N1 clade 2321c. Beberapa faktor resiko yang teridentifikasi di lapangan yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat, itik yang belum divaksinasi AI, sistem pemeliharaan multiage, lalu-lintas itik antar daerah endemis AI, kurangnya laporan masyarakat mengenai itik sakit, serta kurangnya petugas lapangan untuk monitoring penyakit unggas. Desinfeksi area kasus dan vaksinasi di daerah sekitar kasus merupakan tindakan pengendalian dan penanggulangan wabah penyakit antraks di Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan.
- ItemPenyidikan Kejadian Kematian Itik yang diduga disebabkan oleh Duck Hepatitis Virus di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2015-05) Mutisari, Dewi; Djatmikowati, Titis Furi; Wahyuni; Poermadjaja, Bagoes; Ratna; Pitriani; Balai Besar Veteriner MarosDuck hepatitis merupakan penyakit viral yang fatal pada itik muda yang disebabkan oleh Duck Hepatitis Virus (DHV). Penyakit ini dapat menyebabkan opisthotonus dan hepatitis, dan menyebar dengan cepat di dalam flok dengan mortalitas sampai 95% sejak gejala klinis muncul. Pada akhir Januari 2015 Balai Besar Veteriner Maros melaksanakan investigasi terhadap kematian itik di lingkungan Lembang Loe, kelurahan Balang, kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan dengan gejala klinis; itik lemah/lesu seperti mengantuk, gangguan pernafasan, tremor, paralisis sayap, tortikolis (leher terpuntir, kaki dan badan berputar-putar). Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan dan penelusuran kasus serta melakukan pengambilan spesimen. Investigasi dilakukan dengan pegumpulkan data epidemiologis, pengamatan gejala klinis, pengamatan perubahan patologi anatomi, pengambilan spesimen, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan organ itik ditemukan perubahan berupa hemoragi pada berbagai organ dengan perubahan yang menciri pada hati yaitu hati membesar, kehijaun, infark, dan nodul putih kekuningan. Diagnosa sementara hasil lapangan adalah Very Virulent New Castle Disease (VVND) dan Avian Influenza (AI). Hasil uji laboratorium diperoleh bahwa isolasi AI dan ND negatif. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopik histopatologi ditemukan perubahan berupa hemoragi multifokal pada berbagai organ, pada hati terjadi perubahan yaitu nekrotik multifokal, proliferasi ductus biliverus, infiltrasi limfositik dan peningkatan apoptosis sel. Peningkatan apoptosis sel merupakan gambaran patognomonis dari penyakit duck hepatitis. Konfirmasi laboratorium dengan PCR masih dalam proses. Dari hasil di atas disimpulkan bahwa; kematian itik di Kabupaten Jeneponto diduga disebabkan oleh penyakit duck hepatitis.
- ItemPhylogenetic analysis of HPAI H5N1 virus from duck swab specimens in Indonesia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Mutisari, Dewi; Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Putra, Hamdu Hamjaya; Sulistyo, Kartika PriscilliaObjective: A phylogenetic study was carried out on the avian influenza virus (AIV) isolated from a disease outbreak in Sidenreng Rappang Regency, South Sulawesi, Indonesia, in 2018. Material and Methods: Oropharyngeal swabs and organ samples were obtained from ducks that showed clinical symptoms: torticollis, fascial edema, neurological disorders, the corneas appear cloudy, and death occurs less than 1 day after symptoms appear. In this study, isolate A/duck/ Sidenreng Rappang/07180110-11/2018 from duck was sequenced and characterized. Results: It was found that each gene segment of the virus has the highest nucleotide homology to the Indonesian highly pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 clade 2.3.2.1c. Multiple alignments of the sample Hemagglutinin (HA) gene with the avian influenza references virus showed that the pattern of amino acid arrangement in the cleavage site PQRERRRK-RGLF is the characteristic of the HPAI virus. In addition, the HA gene contained Q222 (glutamine) and G224 (glycine), signifying a high affinity to avian receptor binding specificity (SA α2,3 Gal). Furthermore, there was no genetic reassortment of this virus based on the phylogenetic analysis of HA, NA, PB1, PB2, PA, NP, M, and NS genes. Conclusion: The HPAI H5N1 clade 2.3.2.1c virus was identified in duck farms in South Sulawesi, Indonesia.
- ItemRabies Pada Kuda Pacu di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Mutisari, Dewi; Ferra, Hendrawati; Firdaus, Taman; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPada bulan Mei 2015 kuda betina lokal asal Jeneponto berumur 2 tahun - :.uangkan ke Kabupaten Polewali Mandar dalam rangka mengikuti pacuan kuda proprov Sulbar. Kuda tersebut berasal dari Manado dan dipelihara oleh pemilik kuda di jeneponto sejak umur 6 bulan. Ketika kuda pacu tersebut sedang latihan persiapan lomba di arena pacuan tiba-tiba mengalami kejang, mengamuk dan menggigit jari pawangnya setelah berlari satu putaran hingga akhimya kuda tersebut di pindahkan ke kandangnya. Setelah tiba di kandang, kuda ini tidak berhenti menggigit badannya sendiri dan 2 ekor kuda lainnya. Pada leher kuda ditemukan adanya luka, kuda mengalami hipersalivasi, dan menggigit apapun yang ditemuinya. Karena kondisi kuda semakin mengkhawatirkan, tanpa sepengetahuan petugas Dinas Peternakan Kabupaten Polewali Mandar pemilik kuda memutuskan untuk memotong kuda tersebut dan mengirimkan ke Jeneponto. Dengan bantuan pemilik kuda, sampel otak kuda dikirim kembali ke Kabupaten Polewali Mandar dalam keadaan segar dingin. Petugas Dinas Petemakan Kabupaten Polewali Mandar kemudian memindahkan sampel tersebut ke dalam gliserin untuk selanjutnya dikirimkan ke Balai Besar Veteriner Maros untuk dilakukan pengujian laboratorium. Hasil pengujian FAT menunjukkan positif rabies. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi di lapangan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat, kuda pacu yang belum pernah dilakukan vaksinasi rabies, kuda pacu yang mengalami stress dan kelelahan, kurangnya pemantauan lalu lintas hewan dari satu daerah ke daerah lain. Sebagai tindakan pencegahan pada kuda ataupun ternak maka perlu dilakukan vaksinasi rabies serta sosialisasi tentang penyakit rabies, risiko, dan cara penanganan yang baik.
- ItemSurveilans Deteksi Antigenik Classical Swine Fever berbasis risiko : Dinamika Tingkat Aras dan Faktor faktor risiko dalam Penularan pada Babi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2018(Balai Besar Veteriner Maros, 2019) Hendrawati, Ferra; Mutisari, Dewi; Ratna; RamlanSurveilans Classical Swine Fever (CSF) 2018 merupakan tindakan strategis dalam upaya pencapaian status bebas CSF di Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi Sulawesi Utara saat ini masih dalam status daerah tertular CSF dengan intensitas kejadian yang beragam. Strategi Pengendalian CSF di tahun 2018 lebih diutamakan berbasis risiko sesuai prioritas tingkat prevalensi di tiap Kabupaten/Kota. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui viral prevalensi CSF berbasis risiko dan untuk mengidentifikasi faktor faktor risiko yang berperan dalam penularan virus penyebab CSF pada babi di Sulawesi Utara. Sampling rambang sederhana secara purposif dilakukan untuk memilih 256 ekor babi dalam deteksi antigenik CSF yang diambil pada kabupaten/kota berisiko (Kota Manado, Tomohon, Kabupaten Minahasa, Minahasa Tenggara, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Bitung, dan Kepulauan Talaud). Keberadaan antigenik CSF di deteksi dengan uji real time Polimerase Chain Reaction (rtPCR) dan ELISA Antigenik CSF secara seri. Individu babi dikatakan positif jika hasil uji rtPCR atau ELISA Antigenik CSF positif. Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa provinsi Sulawesi Utara masih tertular dengan CSF dengan tingkat kejadian sebesar 1,87% yang kejadiannya menyebar di Kota Tomohon 4,76%, Kabupaten Minahasa 2,38%, Minahasa Selatan 4%, Minahasa Utara 1,67%, dan Kepulauan Talaud 5%. Faktor risiko yang yang dimungkinkan menimbulkan penularan virus CSF antara lain yaitu 1)Lokasi kandang yang saling berdekatan dengan peternakan babi lainnya; 2) Kandang peternakan babi tanpa pemisahan kelompok umur, 3) Kebersihan dan desinfeksi lingkungan yang lemah; 4) Pemberian pakan dari sisa restorant (swill feeding); 5) Vaksinasi CSF yang tidak rutin. Peternak perlu melakukan penilaian, monitoring dan evaluasi faktor risiko biosekuriti di peternakan mereka dan terus meningkatkan cakupan vaksinasi secara rutin, sedangkan Pemerintah daerah perlu meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak babi, produk, dan limbah peternakan babi serta lalu lintas pakan dari sisa makanan (swill feeding), cakupan vaksinasi CSF dan sosialisasi biosekuriti di peternakan babi. Kata Kunci : Classical Swine Fever, Biosekuriti, Sulawesi Utara
- ItemSurveillans Deteksi Antigenik dan Respon Imun Pasca Vaksinasi pada Program Pembebasan Classical Swine Fever di Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2017(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Hendrawati, Ferra; Zakariya, Faizal; Muflihanah; Mutisari, Dewi; Ratna; Supri; Pricillia, Kartika; Suanti; Firdaus, Taman; Tioho, Hana; Hadi, Sulaxono; Putra, Anak Agung GdePopulasi babi di Propinsi Sulawesi Utara sangat tinggi, komoditas ternak babi sebagai satu aset perekonomian terpenting. Kasus Clasical Swine Fever (CSF) pertama kali terjadi di Sulawesi Utara pada tahun 1996. Pengendalian CSF yang sudah dilakukan adalah vaksinasi, desinfeksi dan pembatasan lalu lintas ternak babi. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memberikan 150.000 dosis vaksin, Balai Besar Veteriner Maros dan Pemerintah daerah Sulawesi Utara ditugaskan untuk melakukan Vaksinasi dan surveillans CSF. Surveillans CSF bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus CSF dan mengukur tingkat protektifitas kekebalan pasca vaksinasi CSF. Vaksinasi dilakukan pada peternakan dan babi berisiko yaitu peternakan skala menengah ke bawah (≤ 500 ekor). Probability Proporsive Sampling (PPS) dilakukan untuk memilih 1110 ekor babi pra vaksinasi dan 2261 ekor pasca vaksinasi. Keberadaan Antigenik CSF didapatkan dari 723 ekor dengan sampling non rambang convinient by judgement pada babi yang menunjukkan gejala demam. Deteksi Antigenik dilakukan dengan pengujian Konvensional Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) antigenik, Immunohistokimia (IHK) yang dilakukan secara pararel. Protektifitas imun respon diukur dengan menggunakan Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) antibodi. Hasil surveillans menunjukkan bahwa vaksinasi telah dilakukan pada 149.463 ekor (99,8%), Tingkat protektifitas kekebalan pravaksinasi sebesar 8,02% dan pasca vaksinasi sebesar 82,84%. Peningkatan protektifitas pasca vaksinasi sebesar 74,82%. Penyakit CSF masih ditemukan di Sulawesi Utara (1,38%) dengan sebaran di kabupaten Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara dan Kepulauan Talaud. Faktor risiko yang ditemukan adalah penerapan biosekuriti buruk, dan pelaporan sindromik CSF serta vaksinasi rutin lemah. Timbulnya penyakit CSF harus menjadi perhatian bersama terutama peternak babi dan pemerintah daerah. Menurunkan jumlah kasus pada saat rentang waktu berisiko (high risk period) adalah cara yang paling efektif mengendalikan kasus CSF dilapangan. Perbaikan penerapan vaksinasi dan biosekuriti harus dilakukan agar dapat segera bebas dari CSF.