Browsing by Author "Mulyadi"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
- ItemAgribisnis Ternak Unggas Ternak Unggas Petelur(Pusat Pendidikan Pertanian. BPPSDMP, 2016-06) Mulyadi; Kusumah, Kurnia Dani; BPPSDMP
- ItemEMISI METAN DĂRI RESIDU PtJPIJK KANDĂNG, JERAMI DAN OLAH TANAH PADA LAHAN PADI GOGO RANCAH(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2005) Mulyadi; Pramono Ali; Sasa J. JohariLahan sawah tadah hujan di Jawa Tengah, khususnya kabupaten Pati dan Rembang umumnya bertekstur ringan pada lapisan Olah, kandungan C-organik rendah dan kation dapat dipertukarkan rendah. Pemberian bahan organik (BO) sangat berperan dalam memperbaiki kesuburan tanah baik secarafisik, kimia maupun biologic Di sisi lain BO merupakan sumber terbentuknya gas metan. Makin banyak BO yang diberikan peluang terbentuknya gas metan semakin tinggi. Emisi gas CH/ dari Iahan sawah dan berbagai sumber lainnya di bumi, lambat laun dapat menimbulkan efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan bumi secara global. Kondisi demikian akan memberi dampak buruk terhadap seklor pertanian. Melalui budidaya padi gogo rancah dengan Olah tanah dan pemberian bahan organik (residu), adalah untuk memperoleh hasil gabah yang optimal dan emisi gas metan yang rendah. Penelitian dilaksanakan pada 2001/2002 di Iahan sawah tadah hujan tanah Inceptisol, yang musim sebelumnya ditanami kedelai menggunakan rancangan petak terpisah tiga ulangan Sebagai petak utama adalah pengolahan tanah, yaitu Olah tanah minimum (Tl) dan Olah tanah sempurna (T), sedangkan sebagai anak petak adalah residu bahan organik, meliputi (01) residu jerami, residu pupuk kandang (02) dan tanpa BO (Q). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Olah tanah sempurna (OTS) menghasilkan rata-rata emisi gas metan lebih tinggi dari Olah tanah minimum (OTM), masing masing sebesar 42,88 dan 34,49 mgCH/m2/hari. Demikian pula hasil gabah pada OTS lebih tinggi dari OTMyaitu sebesar 4,45 dan 4,14 t/ha. Residu pupuk kandang mengemisi sebesar 48,14 mgCH/m2/hari, lebih tinggi dibandingkan residujerami dan tanpa BO, masing-masing sebesar 44,22 dan 23,69 mg CH/m2/hari. Sedangkan hasil gabah dari residu pupuk kandang, residujerami dan tanpa BO masing-masing sebesar 4, 72: 4,52; dan 3,65 t/'ha.
- ItemKarakteristik Mutu Fisik dan Mutu Tanak Beberapa. VUB Padi Gogo di Grogol V Bejiharjo Karangmojo Gunungkidul(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Hatmi, Retno Utami; Mulyadi; Srihartanto, Eko; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSalah satu tujuan kegiatan Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) adalah mendiseminasikan teknologi inovatif Badan Penelitian Pengembangan Pertanian guna peningkatan produktivitas padi sawah maupun padi gogo melalui introduksi penggunaan varietas unggul baru (VUB). Pada tahun 2012, m-P3MI Yogyakarta mengintroduksi empat VUB padi gogo (Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit) dan satu VUB padi sawah irigasi (Ciherang) sebagai pembanding. Demplot pengkajian dilaksanakan di lahan kering dan ditanam pada saat musim hujan (MT 1) dengan sistem tanam larik (tanam teratur). Pengkajian ini bertujuan mengkarakterisasi mutu fi sik beras dan mutu tanak dari kelima VUB tersebut. Karakterisasi mutu fi sik beras mencakup beras patah, menir, kapur, rusak, beras utuh, p/l beras dan kadar air sedangkan mutu tanak meliputi penyerapan air, p/l nasi dan RPN. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah acak. Data karakterisasi tersebut dianalisis secara statistik menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji beda nyata (DMRT). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa VUB Ciherang memiliki mutu fi sik dan tanak terbaik dibandingkan VUB padi gogo yang diintroduksikan. Nilai mutu fi sik VUB Ciherang berturut-turut sebagai berikut: 40,17% (beras utuh); 35,32% (beras patah); 21,25% (menir); 0% (rusak); 2,85% (p/l beras) dan 14,09% (kadar air) dengan nilai mutu tanak 2,67% (persentase penyerapan air); 3,23% (p/l nasi) dan 1,54% (RPN). Mutu fi sik beras dan tanak terbaik berikutnya berturut turut adalah Inpago 5, Inpago 4, Situ Bagendit, dan Inpago 6.
- ItemKinerja Hasil Varietas Unggul Baru Padi Gogo Inpago 4, Inpago 5, Dan Inpago 6 Pada Lahan Kering Non Masam Di Gunungkidul(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Srihartanto, Eko; Mulyadi; Anshori, Arif; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Lahan kering non masam terdapat pada kawasan beriklim kering dengan keadaan hujan yang bersifat eratik, distribusi hujan kurang merata, dan memiliki deret hari kering yang relatif panjang. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas padi pada lahan ini adalah penggunaan varietas unggul (VU) yang adaptif dan mampu memberikan hasil yang tinggi. Pengkajian ini bertujuan mengevaluasi kinerja hasil dari penanaman VUB padi gogo Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6 dibandingkan Situ Bagendit (eksisting). Penelitian dilaksanakan musim hujan 2012/2013 (November 2012 - Maret 2013) di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Metodologi menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 4 perlakuan varietas padi gogo Inpago 4, inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit (Kontrol) masing-masing dengan 3 kali ulangan. Semua perlakuan dipupuk dengan 250 kg Phonska, 100 kg Urea, dan 7.500 kg kompos/ha. Uji Signifikansi menggunakan Anova dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf nyata 5%. Hasil pengkajian menunjukkan umur panen dari VUB Inpago 6 relatif pendek (105 hari) dibandingkan umur panen Inpago 4, Inpago 5, dan Situ Bagendit (115, 115, dan 112 hari). Hasil gabah kering giling (GKG), VUB Inpago 4 menunjukkan hasil tertinggi (4,74 t/ha) dibandingkan varietas Inpago 5, Inpago 6, dan Situ Bagendit (4,01; 3,97; dan 3,84 t/ha).
- ItemPembandingan Efektivitas Penggunaan Pupuk Majemuk dan Tunggal Sumber N, P, dan K Pada Padi Sawah di Dataran Sedimen Volkan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Mulyadi; Sarjiman; Sutardi; Srihartanto, Eko; Widiastuti, Mira LandepPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas agronomis penggunaan pupuk majemuk NPK (NPK 20:10:10 dan NPK 20:10:10 humic acid) dibandingkan dengan pupuk tunggal sumber nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K) yaitu Urea, SP-18, dan KCl dalam budidaya padi pada lahan sawah irigasi dengan jenis tanah tergolong Incepticols di daerah dataran sedimen volkan. Penelitian dilaksanakan di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul dan Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 12 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas: tanpa pemupukan (Kontrol), pemupukan NPK tunggal (300 kg Urea + 100 kg SP-18 + 50 kg KCl/ha), pemupukan majemuk NPK 20:10:10 dan NPK 20:10:10 humic acid masing masing dengan lima tingkat dosis (300, 275, 250, 225, dan 200 kg/ha) dan masing-masing ditambahkan dengan 100 kg Urea/ha. Varietas padi yang digunakan adalah Ciherang yang ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 2-3 bibit/lubang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk majemuk NPK 20:10:10 humic acid dan NPK 20:10:10 dengan dosis 275- 300 kg/ha secara efektif meningkatkan hasil gabah kering padi setara dengan peningkatan hasil gabah yang diperoleh dari penggunaan pupuk tunggal N, P, dan K standar (300 kg Urea + 100 kg SP-18 + 50 kg KCl/ha). Pada taraf dosis pupuk yang sama, respon tanaman padi dalam hal hasil gabah kering terhadap penggunaan pupuk majemuk NPK 20:10:10 humic acid pada lahan sawah di Madurejo cenderung lebih tinggi dari pada penggunaan pupuk majemuk NPK 20:10:10 dan kecenderungan sebaliknya pada lahan sawah di Argorejo. Efektivitas agronomis relatif dari penggunaan kedua macam dan dosis pupuk majemuk NPK terhadap pupuk tunggal N, P, dan K standar (300 kg Urea 100 kg SP-18 50 kg KCl/ ha) adalah berkisar 81 % sampai 99 %. Pada penggunaan tingkat dosis pupuk dan hasil gabah yang dicapai dalam penelitian ini tidak berdampak menurunkan cadangan hara N, P, dan K dalam tanah
- ItemPENCEMARAN LINGKUNGAN PADA LAHAN PERTANIAN DAN TEKNOLOGI PENANGGULANGANNYA(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007) Mulyadi; Nono SutrisnoPenyebab pencemaran pada lahan pertanian dapat digolongkan ke dalam 1) kegiatan non pertanian, yaitu dari kegiatan industri dan pertambangan 2) kegiatan pertanian, dari penggunaan bahan-bahan agrokimia, dan 3) kegiatan manusia sehari-hari meliputi sampah rumah tannga, limbah rumah sakit dan dari aktifitas lainnya. Bahan beracun berbahaya (83) dan logam berat yang masuk dalam tanah akan menurunkan kualitas tanah, air dan produk pertanian yang lambat laun menyebabkan lingkungan ekosistem akan hancur dan tidak berfungsi sesuai peruntukkannya. Untuk membersihkan lingkungan dari zat pencemar dilakukan tindakan pemulihan (remediasi). Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu eks-situ yaitu pembersihan yang dilakukan tidak di lokasi yang tercemar dan in-situ dilakukan pada lokasi yang tercemar. Cara in-situ sering dilakukan karena lebih murah dan mudah dibandingkan eks-situ. Adapun remediasi pada lahan yang tercemar dapat dilakukan melalui, kemoremediasi, fitoremediasi dan bioremediasi. Penerapan kemoremediasi dengan memodifikasi tingkat kemasaman tanah melalui pengapuran dapat menurunkan ketersediaan Pb dari 0,06 ppm menjadi 0,04 ppm. Bahan organik juga dapat digunakan untuk mengimobilkan logam berat di dalam tanah. Asam fulvat dan asam humat yang dikandung dalam bahan organik dapat mengikat logam Pb, Fe, Mn, Cu, Ni, Zn dan Cd. Arang aktif merupakan bahan absorbensia yang sangat baik pada berbagai zat toksik termasuk pestisida. Selain itu, arang aktif dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan urea berkarbon (urea+arang aktif), dimana dengan urea berkarbon tersebut pelepasan nitrogen akan terkendali (slow release). Penerapan fitoremediasi dengan menanami enceng gondok (Eichornia crassipes) dalam waktu 24 jam dapat menyerap Cd, Hg dan Ni masing-masing sebesar 1,35; 1,77 dan 1,16 mg/g. Demikian pula pada tanaman mendong (Fimbiristyllis globulosa), Brassica juncea dan yang lain. Penerapan bioremediasi melalui inokulasi Bacillus sp pada tanaman padi, rata-rata menurunkan serapan Pb pada beras sebesar 47% dan Cd 41%
- ItemPERAN PUPUK KANDANG DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAH DAN MENEKAN PENCEMARAN LINGKUNGAN(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007-08) Mulyadi; Pramono Ali; Suganda HuseinSwasembada beras tercapai nıelalui program intensifikasi, dianlaranya melalui penggunaan pupuk kimia dengan takaran linggi, pemberantasan hama dan penyakit menggunakan pestisida kimia secara intensif Namun demikian limbul dampak negatif akibal penggıınaan bahan agrokimia secara intensif, yaitu terjadinya penurunan lingkat kesuburan dan prodüktivitas tanah, meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti CH4, pencemaran logam berat dan residu pestisida dalam tanah dan prodük pertanian. Hal tersebut dapat berakibat penolakan prodük ekspor pertanian karena mengandung kontaminan yang melampaui batas yang aman untıık dikonsumsi. Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik tanah yang berperan dalam memperbaiki kesuburan fisik, kimia maupun biologis tanah. Pemberian pupuk kandang bukan saja nıeningkatkan ketersediaan unsur nitrogen, fospor, kalium, dan unsur mikro, tetapijuga ramah lingkııngan diantaranya adalah pupuk rendah mengemisi gas metan. Pemakaian pupuk kandang mengemisi gas CH4 lebih rendah dibandingkan bahan organik lain sepertijerami kering dan daun turi masing-masing 189, 412 dan 339 kg CHJha/musim. Kandungan logam berat dalam pupuk kandang lebih rendah dari pupuk buatan (SP 36 dan KCI nıerah). Kombinasi pupuk kandang dan pupuk anaorganik dapat mengurangi kandungan logam berat, khususnya Cd dalam tanah. Pupuk kandang sebagai penjerap residu pestisida dalam tanah, bahan organik seperti pııpuk kandang dapat berasosiasi secara erat dengan komponen anorganik tanah, dan memperbesar luas permukaan tanah karena struklur molekulnya yang porus. Oleh karena itu, peluang insektisida unluk kontak pertama kali dengan permukaan bahan organik sangat tinggi Distribusi residu karbofuran pada profil tanah mengikuti pola distribusi karbon organik dan kandungan C organik tanah yang cernderung menyebabkan pengurangan mobilitas residu karbofuran dalanı tanah.
- ItemPetunjuk Teknis Pelaksanaan Penelitian Kesuburan Tanah(IAARD Press, 2014) Purwanto, Imam; Suryono, Jojon; Sumantri, Koko Kusuma; Somantri, Edi; Mulyadi; Suwandi; Jaenudin; Mindawati; Suhaeti, Eti; Hidayat, Endang; Hidayat, RahmatTanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting di sektor pertanian. Tanah merupakan media tumbuh tanaman, sehingga tanpa tanah usaha pertanian lebih sulit dilakukan. Tanah merupakan bagian dari kulit bumi terluar yang memiliki ketebalan lapisan relatif tipis. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan-batuan di bawahnya. Pembentukantanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti bahan induk, iklim, topografi, vegetasi atau organisme, dan waktu. Pembentuk tanah bekerja secara dinamis melalui proses fisika, kimia, biologi, maupun secara simultan, ketiganya saling berinteraksi, berjalan terus menerus, dan saling mempengaruhi. Dominan maupun tidak dominan pengaruh masing-masing faktor tersebut sangat beragam tergantung lingkungan setempat. Mekanisme pembentukan tanah yang rumit tersebut terjadi secara alamiah menghasilkan jenis tanah yang beragam dan tingkat kesuburan tanah yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan vegetasi beragam. Sebagai contoh penggunaan lahan untuk sawah dilakukan pada wilayah dataran dan mempunyai sumber daya air yang besar.
- ItemStatus hara P dan K serta rekomendasi pemupukannya di Wilayah Kabupaten Bantul(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2004) Wahyuningrum, Retno dwi; Sardjiman; Mulyadi
- ItemTeknologi budidaya kedelai spesifik lokasi di Daerah istimewa Yogyakarta(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2012-12) Anshori, Arif; Srihartanto, Eko; Mulyadi