Browsing by Author "Muhammad Noor"
Now showing 1 - 18 of 18
Results Per Page
Sort Options
- ItemDISKUSI ANJAK KEMENTAN Managemen Air Daerah Rawa untuk Pertanian(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaDiskusi Analisis Kebijjakan (ANJAK) tentang Managemen Air dalam rangka peningkatan produksi pertanian, khususnya beras secara rutin dilaksanakan Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembanagn Pertanian di Kantor Badan Litbang Pertanian Ragunan Pasar Minggu Jakarta yang dipimpinan oleh Prof. Dr. Ir. Effendi Pasandaran. Pada hari Kamis, tanggal 18 Juli yang lalu, penulis diundang untuk menyampaikan makalah anjaknya yang berjudul “Managemen Air Berbasis Mini-Polder Mendukung Pertanian Korporasi di Lahan Rawa”. Bahan tayang dan makalah yang telah disiapkan atau disusun bersama-sama dengan Dr. Nono Sutrisno (Peneliti Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi) dan dan Ir. Hendri Sosiawan, CESA (Peneliti dan Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa).=Dalam diskusi ANJAK tersebut diatas khadir Dr. Ir. Rusman Heriawan; Dr. Nono Sutrisno: Dr. Arief Suraahman, Dr. Sri asih Rohmani, Ir. Suherman, Ari Safari, dan Farida Istiana serta Prof.Dr. Effendi Pasandaran. Diskusi dibuka dan dipimpin oleh Prof. Effendi yang selanjutnya penulis dimintakan untuk mempresentasikan bahan tayang terkait dengan judul yang disajikan diatas terkait dengan managemen air daerah rawa.
- ItemFenomena Gambut Berdasarkan Hasil Analisis Laboratorium(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKuliah umum adalah media bagi para fungsional peneliti dan teknis dalam menerima atau memperoleh ilmu pengetahuan atau penemuan terbaru dengan pihak tertentu, diantaranya perguruan tertinggi. Dalam hal ini peneliti Balittra, berkesempatan mendengarkan kuliah umum dan diskusi dengan pakar rawa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kebetulan sedang berada di Kalimantan Selatan, yaitu Prof. Dr. Ir. H. Azwar Maas, M.Sc. dosen senior dan guru besar pada Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Kuliah umum dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Mei lalu. Azwar Maas merupakan dosen yang sejak S1 sampai S3 mengambil bidang kajian tentang rawa. Disertasi beliau mengemukakan tentang tanah sulfat masam di Unievrsitas Wageningen, Belanda dengan judul Properties, Classification, and Management of Acid Sulphate Soils from South Kalimantan, Indonesia, tahun 1989. Kuliah umum dibuka dan dipandu oleh Kepala Balittra, Ir. Hendri Sosiawan, CESA.
- ItemFenomena Gambut Berdasarkan Hasil Analisis Laboratorium Kuliah Umum Prof. Dr. Ir. Azwar Maas, M.Sc. di Balittra Fenomena Gambut Berdasarkan Hasil Analisis Laboratorium(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKuliah umum adalah media bagi para fungsional peneliti dan teknis dalam menerima atau memperoleh ilmu pengetahuan atau penemuan terbaru dengan pihak tertentu, diantaranya perguruan tertinggi. Dalam hal ini peneliti Balittra, berkesempatan mendengarkan kuliah umum dan diskusi dengan pakar rawa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kebetulan sedang berada di Kalimantan Selatan, yaitu Prof. Dr. Ir. H. Azwar Maas, M.Sc. dosen senior dan guru besar pada Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Kuliah umum dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Mei lalu. Azwar Maas merupakan dosen yang sejak S1 sampai S3 mengambil bidang kajian tentang rawa. Disertasi beliau mengemukakan tentang tanah sulfat masam di Unievrsitas Wageningen, Belanda dengan judul Properties, Classification, and Management of Acid Sulphate Soils from South Kalimantan, Indonesia, tahun 1989. Kuliah umum dibuka dan dipandu oleh Kepala Balittra, Ir. Hendri Sosiawan, CESA.
- ItemFocus Group Discussion TATA KELOLA INFRASTRUKTUR PERTANIAN II Mendukung Program #Serasi(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaFGD Tata Kelola Infrastruktur Pertanian II ini dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Juli 2019 yang lalu di Banjarbaru tepatnya Aula Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA). FGD tentang infrastruktur pertanian mendukung kegiatan Program #Serasi mempunyai kedudukan penting dalam konteks memberikan masukan saat penyiapan dan pelaksanaan sekarang yang sedang berlangsung. Program #Serasi menjadi salah satu tumpuan dalam produksi pangan di masa depan, sehingga harus di lakukan secara terpadu dan menyentuh semua aspek terkait, baik teknis maupun kelembagaan yang berdasarkan riset dan kajian yang matang serta mengedepankan edukasi untuk merubah perilaku (mindset) petani dan kearifan lokal (local wisdom) sebagai salah satu sumber inovasi.
- ItemImplementasi SUTI Menuju Petani Sejahtera(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaDiawali dengan HPS di Gelar Teknologi Rawa di Desa Jejangkit Muara, Barito Kuala dan Pekan Pertanian Rawa Nasional (PPRN) ke II yang dilangsungkan di Banjarbaru, tepatnya kawasan Kantor BALITTRA, pada tahun 2018 lalu, diluncurkanlah program pengembangan lahan rawa yang diberi nama Selamatkan Rawa dan Sejahterakan Petani yang disingkat dengan “#SERASI”. Dalam perjalanannya ditetapkanlah adanya tiga lokasi petak peragaan (demplot) masing-masing di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala untuk Kalimantan Selatan, Desa Telang Muara, Telang Raya, dan Telang Rejo, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Sealatan, dan Desa Wajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
- ItemKARAKTERISTIK DAN KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TANAMAN KEDELAI(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2014) Muhammad Noor; Herman Subagio; Dedi NursyamsiBerdasarkan tipe luapannya, lahan rawa pasang surut terbagi 4 (empat). tipe lapan A, B, C, dan D, sedangkan berdasarkan tipologi lahan rawa pasang surut terbagi 4 (empat) tipelogi, yaitu lahan potensial, masam, lahan gambut, dan lahan salin. Lahan rawa pasang surut memili spesifik baik tanah, air dan lingkungan serta tanaman yang dibudidaya Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan lahan rap surut bertanah sulfat masam untuk pertanaman kedelaimeliputi: kema tanah, kelarutan ion aluminium (Al) tinggi, dan ketersediaan hara Pa rendah. Sedangkan untuk lahan gambut meliputi selain kemasaman and juga ketersediaan hara makro dan mikro seperti P. K. Zn. Cu dan Bo rendah. Sifat dan kendala lahan rawa pasang surut sangat dipengaruhi tipe luapan dan tipologi lahannya. Hasil analisis kimia tanah di lahan ra pasang surut terhadap ketersediaan hara P. K, Ca dan Mg tergolong renda sehingga diperlukan pemberian amelioran dan pupuk apabila dibudidayaka terutama untuk penanaman kedelai. Hasil evaluasi lahan menunjukkan ba tanah gambut dangkal dan mineral masing-masing memiliki kesesu lahan S2-f (cukup sesuai dengan retensi hara sebagai pembatas) dan S24 (cukup sesuai dengan retensi dan ketersediaan unsur hara rendah) berkua dengan nilai pH dan KTK tanah rendah. Kedelai berkembang pesat di laha rawa pasang surut antara tahun 1980-1990, tetapi sejak tahun 2000- minat petani menanam kedelai menurun karena harga jual yang renda biaya produksi tinggi sehingga petani selalu merugi. Impor secara be pasang surut yang lebih luas melalui Proyek Sejuta Hektar di Kalimantan Tengah tahu kendala dan kecaman sehingga dihentikan kawasan PLG ini seperti dibuang sayang. berkali-kali telah menyusun program ba rehabilitasi kawasan PLG di Kalimantan besaran terhadap komoditas ini dilakukan pemerintah sejak tahun 2010 seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Kebijakan swasembada tiga komoditas pangan utama, diantaranya kedelai tahun 2017 perlu dukungan dengan meningkatkan peranan lahan rawa pasang surut sebagai sumber pertumbuhan produksi baru melalui dukungan teknologi pengelolaan lahan dan budi daya sesuai karakteristik dan potensi sumber daya lahan dan sosial ekonomi petaninya.
- ItemKEDELAI DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PERTANIAN(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2014) Herman Subagio; Muhammad NoorProduksi kedelai pada tahun 2013 sebesar 808 ribu ton dan terus mengalami penurunan 4,2% per tahun. Sementara target swasembada sebesar 2,5 juta ton, yang mungkin baru dapat tercapai tahun 2020. Produksi kedelai tertinggi pernah dicapai tahun 1990-an sebesar 1,8 juta ton dengan luas lahan pertanaman 1,4 juta hektar. Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan pernah tercatat sebagai sentra produksi. Dalam pengantar buku Melepas Perangkap Impor Pangan (Hermen Malik, 2014), Bustanul Arifin guru besar Universitas Lampung menyatakan bahwa sistem insentif dan kebijakan pada agribisnis kedelai telahn lama rusak karena inkonsistensi dan komitmen pembuat kebijakan, terutama harga yang bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah
- ItemKEDELAI DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PERTANIAN(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Herman Subagio; Muhammad NoorProduksi kedelai pada tahun 2013 sebesar 808 ribu ton dan terus mengalami penurunan 4,2% per tahun. Sementara target swasembada sebesar 2,5 juta ton, yang mungkin baru dapat tercapai tahun 2020. Produksi kedelai tertinggi pernah dicapai tahun 1990-an sebesar 1,8 juta ton dengan luas lahan pertanaman 1,4 juta hektar. Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan pernah tercatat sebagai sentra produksi. Dalam pengantar buku Melepas Perangkap Impor Pangan (Hermen Malik, 2014), Bustanul Arifin guru besar Universitas Lampung menyatakan bahwa sistem insentif dan kebijakan pada agribisnis kedelai telahn lama rusak karena inkonsistensi dan komitmen pembuat kebijakan, terutama harga yang bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah.
- ItemMelanjuti Kebijakan Pengembangan Lahan Rawa Penyusunan Policy Brief pada Kegiatan Worskhop VIII FKPR -Kementan 2019 Melanjuti Kebijakan Pengembangan Lahan Rawa(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaDalam acara Workshop ke VII FKPR, Kementerin Pertanian, yang diselenggarakan tanggal 23-24 April lalu, hari ke 2 workshop tanggal 24 April dipaparkan naskah artikel policy brief yang menjadi opsi para Profesor Riset sebagai bagian tugas peneliti utama untuk menyikapi atau merespon perkembangan /pembangunan pertanian yang lalu, sedang ataupun akan datang. Panitia menerima sebanyak sekitar 40 artikel Policy Brief dengan berbagai masalah.Dalam kesempatan pemaparan khadir sebanyak sekitar 90 profesor riset yang ikut dalam pembahas policy brief diatas yang dibagi dalam 3 kelompok. Dibandingkan tahun 2018 sebelumnya lebih banyak, panitia menerima sekitar 43 artikel yang dibagi dalam 2 buku. Masing-masing buku 1 memuat sebanyak 25 artikel policy brief diterbitkan dalam buku Dinamika Kebijakan Pertanian Merespon KInerja Pembangunan Pertanian dan buku ke 2 memuat sebanyak 18 artikel policy brief dibukukan dalam buku Ragam Pemikiran Pengembangan Pertanian 2018.
- ItemMemerlukan Pengetahuan Ekologi Tikus dan Kekompakan Petani BIMTEK PENGENDALIAN TIKUS Memerlukan Pengetahuan Ekologi Tikus dan Kekompakan Petani(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBimbingan Teknis (Bimtek) atau tutorial Pengendalian Tikus dalam budidaya padi di lahan rawa lebak dilaksanakan pada tanggal 2 Mei yang lalu di Hambuku Pasar, Kec. Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan peserta petani di tiga desa yaitu Hambuku Ulu, Hambuku Raya dan Hambuku Pasar. Serangan tikus di lahan rawa lebak dalam musim tanam Musim Kemarau tahun 2018 yang lalu sangat tinggi membuat petani sangat dirugikan. Pertumbuhan padi cukup baik, walaupun sebagian tanam terlambat karena air waktu itu lambat turun dan selalu hujan. Bagi petani ini merupakan tanam perdana atau pertama karena selam ini lahan dibiarkan bero (kosong). Jadi begitu menjelang panen tikus merajalela. Proteksi tanaman sudah dan Hambuku Pasar, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel dan para peneliti Balittra dan Balai Besar Penelitian Padi. Bimtek dilaksanakan ditempat yang cukup terbuka halaman rumah seorang petani di Hambuku Pasar dengan tenda untuk melindungi panas dan hamparan tikar untuk tempat duduk
- ItemPENELITIAN RAWA DAERAH PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS, KALBAR Petani Desa Matang Danau Mengadopsi IP 200(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaMemajukan pertanian di daerah perbatasan merupakan target dari Kementerian Pertanian sejak tahun 2015. Kabupaten Sambas adalah salah satu daerah perbatasan berpotensi sebagai lumbung pangan ekspor ke Malaysia-Serawak sebagai negara tetangga terdekat, Wilayah perbatasan negara pada Kab. Sambas untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dapat dibagi atas 2 Lini, yaitu Lini I terdiri dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Sajingan Besar dengan luas baku sawah 1.579 ha (lahan tersebar) dan Kecamatan Paloh 4.397 ha (lahan hamparan berupa tadah hujan)—total baku sawah 5.976 ha. Kedua kecamatan diatas berbatasan langsung dengan Malaysia . Lini II terdiri 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Tebas seluas 6.730
- ItemPENGARUH PEMUPUKAN NPKCa TERHADAP HASIL DAN KOMPONEN HASIL UBI ALABIO (Dioscorea alata) DI LAHAN RAWA LEBAK TENGAHAN, KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1995-04) Muhammad NoorThe effect of NPKCa application on the yield and yield components of Ubi Alabio (Dioscorea a/ata) at medium deep swamp land in South Kalimantan. A field experiment was carried out at Babirik, Hulu Sungai Utara, South Kalimantan in the dry season 1994. The treatment of 10 fertilizers combinations of N, P, K and Ca was designed using Randomize Block Design with three replacations. The results of experiment showed that no effect of NPK application on the yield and yield components of Ubi Alabio. The yield obtained ranging fom 24,50 to 27,75 Uha. The maximum yield achieved on the application of 45 kg N/ha, 30 kg P20s/ha and 25 kg K20/ha.
- ItemPENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN TANAMAN PADI DI LAHAN RAWA: KASUS DESA JEJANGKIT MUARA, KABUPATEN BARITO KUALA, KALIMANTAN SELATAN(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Muhammad Noor; Izhar Khairullah; Hendri SosiawanPemerintah, sejak tahun 2017 melalui Kementerian Pertanian menargetkan optimalisasi lahan rawa seluas 1 juta hektar untuk pengembangan tanaman pangan, khususnya padi. Padahal luas lahan rawa yang sesuai untuk pengembangan pertanian ditaksir sekitar 19,19 juta hektar. Dari luasan tersebut pemerintah telah melakukan pembukaan lahan rawa baru sekitar 1,2 juta hektar dan yang dibuka secara swadaya oleh masyarakat setempat sekitar 3 juta hektar. Secara historis, lahan rawa sudah dimanfaatkan untuk pertanian sejak abad ke-13 pada zaman Kerajaan Majapahit yang dilanjutkan kemudian oleh Belanda pada abad ke-18 sebagai daerah koloni untuk memperluas kekuasaannya di bumi Nusantara. Bukti-bukti ini dapat dilihat pada bangunan Polder di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Lahan rawa tersebar di 18 provinsi atau sekitar 300 daerah kabupaten dan kota. Bahkan terdapat tujuh daerah kabupaten yang daratannya didominasi lahan rawa sehingga kehidupan dan sumber pendapatan masyarakatnya bertumpu pada pemanfaatan rawa. Sekarang telah muncul kota-kota pesisir dan daratan rawa yang berkembang menjadi pusat-pusat sentra pertumbuhan ekonomi dan masyarakat seperti Banjarmasin, Palembang, Palangka Raya, Pontianak
- ItemPENGEOLAAN AIR UNTUK TANAMAN KEDELA DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2014) Khairil Anwar; Muhammad NoorPengelolaan air bertujuan untuk mengatur ketersediaan air sesuai keperluan tanaman. Pada lahan rawa pasang surut tipe luapan B, kedelai dapat ditanam di atas guludan pada musim hujan, sedangkan pada bagian tabukan (sawah) dapat ditanami kedelai pada musim kemarau. Jika kedelai ditanam pada hamparan sawah perlu diterapkan sistem tabat untuk menghambat masuknya air pasang, dan dibuatkan drainase dangkal agar drainase lancar saat hujan. Tinggi muka air saluran kuarter dan tersier diatur dengan tabat terkendali agar tinggi muka air maksimal -30 cm di bawah permukaan guludan sehingga tanah selalu lembap. Kerapatan saluran disesuaikan dengan potensi kelancaran drainase berkisar 6 sampai 12 m. Pada lahan tipe luapan C kedelai dapat ditanam pada hamparan sawah. Pada musim kemarau, dapat dilakukan penerapan sistem tabat, pemberian mulsa, pompanisasi, dan penggunaan varietas toleran kekeringan berumur genjah.
- ItemPengkajian Budidaya Padi Melalui Pengelolaan Lahan dan Air di Lahan Rawa Pasang Surut(BPTP Kaltim, 2017) Hidayanto, Muhamad; Muhammad Noor; Fiana, Yossita; Witardoyo, Dian; Darwin; BPTP Kaltim
- ItemPenyusunan Grand Design Badan Litbang Pertanian 2020-2024 WORKSHOP VIII FKPR KEMENTERIAN PERTANIAN Penyusunan Grand Design Badan Litbang Pertanian 2020-2024(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaWorkshop atau Sarasehan Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) Kementerian Pertanian yang ke 8 kali ini berbeda dengan yang sebelumnya, antara lain (1) bertepatan dengan pergantian tahap pembangunan lima tahunan, yaitu 2020-2024 yang dulu disebutkan sebagai tahap siap landas (2024), dan ( 2) diikutkannya calon-calon profesor riset yang sedang menyiapkan naskah bahan orasinya. Workshop VIII FKPR dilaksanakan 23-24 April 2019 dibuka oleh Kepala Badan Litbang Dr. Ir. Fajry Djufry, M.Si., yang diwakili oleh Seketaris Badan, Dr. M. Prama Yufdy, MS.. dan dikhadiri sekitar 120 peserta, yang terdiri dari para profesor riset yang sudah purna tugas maupun yang masih aktif dan calon profesor riset serta beberapa undangan khusus peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Balai Komoditas.
- ItemPERSPEKTIF LAHAN RAWA SEBAGAI LUMBUNG PANGAN DUNIA(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Muhammad Noor; MukhlisPemerintah telah menyusun rencana dan peta jalan (road map) serta rancang bangun (grand design) untuk menjadi Lumbung Pangan Dunia (LPD) pada tahun 2045. Meskipun disadari, target untuk mencapai LPD tersebut akan menemui permasalahan yang cukup kompleks, pemerintah tetap menunjukkan keseriusannya melalui berbagai program seperti UPSUS PAJALE (Upaya Khusus Padi, Jagung dan kedelai); SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting); SERGAP (Serapan Gabah Petani): ASTAN (Asuransi Petani) untuk peningkatan produksi pangan dan kesejahteraan petani. Lahan rawa adalah salah satu agroekosistem yang maha luas dapat menjadi tumpuan untuk mendukung upaya menjadikan Indonesia sebagai LPD pada tahun 2045. Melalui optimasi lahan rawa akan diperoleh tambahan produksi sekitar 67,54 juta ton gabah/tahun. Dukungan yang diperlukan adalah komitmen yang kuat, baik dari pemerintah pusat maupun daerah, motivasi pelaku terutama petani dan penyuluh di lapangan, gerakan bersama semua pihak terkait, dan implementasi perencanaan sesuai dengan perioritas, langkah, dan tahapan, serta fokus
- ItemSosialisasi Teknologi Panca Kelola Pak Camat, Minta pak Kades untuk Mendorong Petani Menerapkan IP 200(Balittra, 2019) Muhammad Noor; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPada bulan Agustus yang lalu, tepatnya tanggal 20 Agustus 2019 dilakukan kegiatan ekspose dan sosialisasi tentang Teknologi Panca Kelola yang menjadi basisi dalam pengembangan lahan rawa atau Program Serasi yang merupakan unggulan kegiatan Kementerian Pertanian. Kegiatan dilaksankan di lokasi Desa Sidorejo, Kecamatan Tamban Catur, Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Dalam pertemuan ssoaialisasi di atas khadir Kepala BPTP, Kepala BALITTRA sendiri, Camat Tamban Catur, dan para Kepala Desa se Kecamatan Tamban Catur, Babinsa dan Polsek Kecamatan Tamban Catur, Manteri Tani, Pengurus Kelompok Tani, penyuluh (PPL), peneliti dan petani. Dalam ssoialisasi diatas, Kepala BALTTRA menyampaikan tentang Teknologi Panca Kelola, dan Camat dalam sambutannya meminta kepada pada Kades untuk mendorong petaninya menerapkan tanam 2 kali setahu (IP 200) dan siap memfasilitasi bilamana perlu.