Browsing by Author "Muflihanah"
Now showing 1 - 20 of 31
Results Per Page
Sort Options
- Item1. Modul Penguatan Teknis SDM Puskeswan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022) Muflihanah; Wahyuni; Djatmikowati, Titis Furi; Marmansari, Dini; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemAntiviral resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2017-2018(2021-07) Mutisari, Dewi; Muflihanah; Ratna; Supri; Suanti; Hendrawati, FerraAvian Influenza (AI) is an infectious disease caused by the influenza type A virus. The highly pathogenic AI (HPAI) H5N1 outbreak in Indonesia has occurred since 2003 until now. Education, biosecurity, vaccination, elimination, diagnostic, and surveillance are strategy to prevent and control AI virus (AIV) infection. Providing antiviral drug can be used as an alternative to control AIV in poultry, but it will be limited if resistance occurs. This study aims to determine the resistance to neuraminidase inhibitors (NAIs) (oseltamivir) and M2 ion channel inhibitors (amantadine) of HPAI H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi during 2017- 2018. This research was conducted by whole-genome sequencing (WGS) with the next generation sequencing (NGS) (Illumina) technique on 5 poultry virus isolates. Molecular analysis was performed by multiple alignments and amino acid prediction using the MEGA X program. Antiviral resistance of oseltamivir and amantadine was assessed based on analysis of NA and M2 proteins compared to reference isolates from Sulawesi in NCBI. Based on the NA protein analysis, no mutations were found at positions 119, 275, 293, and 295, indicating that all the samples and reference isolates from Sulawesi are still sensitive to oseltamivir. Whereas at positions 26, 27, 30, 31, and 34 of M2 protein, there was a V27I mutation in Sulawesi reference isolate in 2016 and the combination of V27A and S31N mutations in 2 research isolates in 2018, which indicate possible resistance to amantadine. In conclusion, there is amantadine resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2018
- ItemBrucella Melitensis: Respon Serologis terhadap Kambing yang Mendapat Infeksi Buatan dengan Kuman Brucella Melitensis Biovar 1(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Siswani; Rosmiaty; F. D., Titis; MuflihanahBrucellosis pada ruminansia kecil, khususnya kambing dan domba merupakan penyakit menular yang sangat penting terutama dari aspek kesehatan masyarakat (Public health) mengingat penyakit ini menyebabkan dampak zoonosis yang tinggi berupa kematian pada manusia. Penyebab utama brucellosis pada kambing domba disebabkan oleh kuman Brucella melitensis. Brucellosis ini menyebakan kerugian ekonomi yang besar, antara lain terjadinya keguguran, ternak lahir lemah, penurunan produksi susu dan peradangan pada persendian Di Indonesia status kejadian brucellosis pada kambing dan domba belum banyak diketahui atau dilaporkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang epidemiologi penyakit, dampak zoonosis dan ekonomi yang disebabkan oleh brucellosis dan juga keterbatasan pemahaman tentang metode diagnosis penyakit ini. Keterbatasan bahkan ketidaktersedianya data tentang kejadian penyakit ini di Indonesia berdampak pada terhambatnya perdagangan internasional terutama dalam proses ekportasi komoditas ternak kambing dan domba dimana negara pengimport mempersyaratkan tentang status brucellosis di tingkat negara maupun individu ternak. Sebagai laboratorium rujukan nasional untuk penyakit brucellosis, maka pengembangan metode diagnosis brucellosis pada kambing dan domba di Balai Besar Veteriner Maros ini sangat diperlukan sebagai dasar dan pendukung pelaksanaan surveilans terhadap penyakit ini di Indonesia. Laboratorium Rujukan juga mempunyai tugas untuk menyiapkan bahan standard yang dibutuhkan dalam pengujian, terutama kontrol standard dalam pengujian serologis. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat respon serologis yang ditimbulkan pada kambing yang telah infeksi oleh kuman Brucella melitensis biovar 1 melalui intra konjungtiva, kemudian dilakukan pengambilan serum secara berkala dan selanjutnya contoh serum diperiksa secara serologis dengan metode RBT dan CFT secara paralel. Titer yang muncul akan diamati dan akan diseleksi sebagai kandidat dalam pembuatan kontrol positif standard. Hasil penelitian menunjukkan titer antibodi kambing yang diifeksi kuman Brucella melitensis muncul pada minggu ke-2 pasca infeksi dengan titer CFT 4/8. Titer antibodi kambing mencapai puncak pada minggu ke-11, yaitu 4/256 titer CFT, dan mulai terjadi penurunan titer pada minggu ke-28.
- ItemDeteksi Aflatoksi BI (AF B1) Pada Pakan, Jagung, dan Hati Sapi Dengan Teknik Elisa(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2005-09) Muflihanah; Dyah Ayu H; M.Idris; Suriani; Husni Husain; Irmayanti; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan analisa aflatoksin B1 (AF B1) pada pakan unggas (23 sampel), jagung (7 sampel) dan hati sapi (11 sampel) yang diperoleh dari kiriman pelanggan dan beberapa daerah di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik Enzym Linked Immunosorrbent Assay (ELISA). Dari hasil analisa menujukkan bahwa sebanyak 21 (91,3%) sample pakan unggas dan jagung 2 sampel (28,7%) mengandung aflatoksin melebihi batas maksimum residu (50 pbb) dan pada hati sapi terdapat 3 sampel (27,3%) yang mempunyai konsentrasi lebih besar dari BMR (20 ppb). Dari analisa tersebut disimpulkan bahwa pakan unggas, jagung dan hati sapi yang beredar di beberapa daerah wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros mengandung residu afaltoksin.
- ItemDeteksi African Swine Fever pada Kasus Kematian Babi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat dengan Teknik Real-Time Polymerasa Chain Reaction(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Muflihanah; Said, Siti Hartati; Balai Besar Veteriner MarosTeknik real fime PCR yang digunakan dalam deteksi penyakil African Swine Fever (ASF) dinilai memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi serta hasil pemeriksaannya relatif lebih cepat dibanding uji serologis dan isolasi virus. Sebanyak 31 spesimen berupa organ, swab nasal, swab rektal, darah utuh dan produk asal babi dari kasus kematian babi di Kabupaten Manokkwari Provinsi Papua Barat yang telah dilakukan pemeriksaan oleh laboratorium bioteknologi balai besar veteriner maros (BBV Maros). Pengujian seluruh spesimen menggunakan dua pasang primer yang mengamplifikasi pada target gen VP72. Sebanyak 17 spesimen menunjukkan hasil positif ASF Berdasarkan pengujian real time PCR yang dilakukan. Metode PCR digunakan untuk deteksi ASF terutama jika spesimen sudh tidak memadai untuk diisolasi maupun deteksi antigen.
- ItemDeteksi Spesies Leptospira Dengan Teknik Conventional PCR Pada Target Gen secY(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Muflihanah; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Siswani; Haeriah; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosDeteksi spesies Leptospira sangat penting diketahui karena untuk pengembangan diagnosa Leptospirosis di laboratorium. Penelitian ini ini berfujuan untuk mendeteksi spesies Leptospira dengan menggunakan teknik Conventional PC R pada target gen sec Y. Empat spesies bakteri standar Leptospira interrogans yaitu L.hardjo, L. tarassovi, L. bataviae dan L. ichterohaemorhagica digunakan dalam pengembangan metode ini. Primer yang digunakan yaitu prirner spesifik G1 dan G2 padatarget gen secY mengfasilkan panjang amplikon 285 pasangan basa. Conventional PCR dapat digunakan sebagai alternatif pengujian Leptospirosis karena lebih cepat, sensitif dan spesifik.
- ItemDeteksi Virus Pada Level Family Menggunakan Protokol Predict(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Muflihanah; Fitrahadiyani; Said, Sitti Hartati; Poermadjaja, Bagoes; Wibawa, Hendra; Andhesfas, Ernes; Hartaningsih, Nining; Pamungkas, Joko; Saepuloh, Uus; Idris, Syafrison; RamlanDalam upaya respon cepat dan identifikasi penyakit menular baru yang bisa meniadi ancaman bagi kesehatan manusia maka diperlukan suatu protokol. PREDICT merupakan bagian program Emerging Pandemic Threats (EPD melakukan penelitian yang berfokus pada satwa liar yang paling mungkin membawa penyakit zoonosis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeteksi secara dini emerging and re-emerging diseases yang disebabkan oleh virus melalui beberapa target family dan genus pada unggas serta mamalia serta mempelajari kemungkinan adanya interface penularan penyakit dari safwa liar ke temak. Lima belas sampel unggas dan tiga puluh delapan sampel mamalia koleksi Balai Besar Veteriner Maros dideteksi terhadap family Orthomlncovirus (virus Influenza A), Paramixovirus, Coronavirus, Herpesvirus dan Picornavirus (Encephalomyocarditis virus) dengan menggunakan teknik PCR dilanjutkan sekuensing berdasarkan protokol PREDICT. Hasil menunjukkan swab itik Kab.Pinrang (MU9) positif terhadap family orthomlncovirzs virus Influenza A. Deteksi Paramycoviras menunjukkan semua sampel unggas negatif. Sampel mamalia negatif terhadap strain Human Coronavirus dan Bat Coronovirus. Swab hidung babi dari Jayapura Papua (MM5) dan Kab. Maros (MMl3), darah kambing dari Takalar (MM 27) positif terhadap Herpesvirus. Deteksi Picornavirus spesifik Encephalomyocarditis virus ditemukan positif pada swab babi dari Kab.Maros (MM14) dan Kota Manado Sulawesi Utara (MM l8) serta swab sapi Bali dari Bombana Sulawesi Tenggara (MM 22). Hasil sekuensing menunjukkan darah kambing dari Kab.Takalar Sulawesi Selatan memiliki kesamaaan genetik 98-99% dengan virus Caprine herpesvirus tipe 2. Swab nasal babi dari Maros Sulawesi Selatan, Manado Sulawesi Utara serta swab nasal sapi dari Bombana Sulawesi Tenggara didapatkan kesamaan genetik 97% dengan Encephalomyocarditis virus isolat Sing-M105-02. Swab itik dari Pinrang Sulawesi Selatan didapatkan kesamaan genetik 94-98 % Influenza A Virus isolatA/duck/victoria/0305-2/2012 (H5N3 ). Terdeteksinya partial gene penyakit emerging dan re-emerging virus pada sampel ternak yaitu virus Caprine Herpesvirus 2 pada kambing akan mengakibatkan implikasi klinis penyakit Malignant Catarrhal Fever (MCF). Virus Encephalomyocarditis yang ditemukan pada babi dan sapi mengakibatkan implikasi peradangan jantung dan gangguan reproduksi pada babi
- ItemGambaran Darah Pada Ayam Broiler Setelah Perlakuan Vaksin ND (New Castle Disease)(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2003-02) Muflihanah; M. Idris; Hj. Suriani; Haeriah; Irmayanti; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan percobaan tentang gambaran darah pada Ayam Broiler setelah perlakuan vaksin ND Hitcher B1 dengan tetes hidung, La Sota secara penyuntikan intramuskular, HItcher B1 melalui air minum dan ND Clone dengan cara penyemprotan (spray). Hasil diperoleh dengan membandingkan hasil perlakuan dengan frekuensi dari limfosit, netrofil, eosinofil, basofil dan monosit. Dari seluruh perlakuan diperoleh jumlah limfosit lebih tinggi baik pada kontrol maupun perlakuan.
- ItemGen Hemaglutinin (HA) dan Polimerase Basik-2 (PB-2) Sebagai Penanda Spesifik Dalam Deteksi Virulensi Virus Avian Influenza Subtipe H5N1(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2010-09) Muflihanah; Ratna; Supri; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Avian Influenza (AI) adalah penyakit hewan menular yang menyerang unggas, mamalia dan manusia yang disebabkan oleh virus Avian Influenza termasuk dalam family Ortomyxoviridae, genus Influenzavirus. Virus ini termasuk golongan virus RNA (Negative Sense, Single Stranded RNA) yang memiliki susunan genom yang terdiri dari 8 (delapan) gen yang mengkode 10 (sepuluh) protein yaitu polimerase protein (PB1, PB2, dan PA), hemaglutinin (HA), nukleoprotein (NP), neuraminidase (NA), matriks protein (M1 dan M2) dan nonstruktural protein (NS1 dan NS2). Di antara ke delapan genom penyandi protein virus AI, gen protein permukaan HA dan NA, polimerase kelompok (PB1, PB2, dan PA) serta non struktural (NS) menentukan virulensi virus AI. Gen HA menentukan variasi genetik, imunitas dan interaksi inang. Selain itu gen HA sangat penting dalam studi epidemiologi molekuler untuk menentukan kemungkinan asal usul virus dan analisis antigenik terhadap isolat khususnya dalam pemilihan antisera dan vaksin. Selain gen HA, kompleks gen polimerase diduga merupakan faktor utama bagi adaptasi virus AI pada spesies tertentu. Kompleks enzim polimerase dari virus dan berinteraksi dengan berbagai protein sel, sehingga berperan dalam menentukan spesifikasi induk semang. Gen HA dan PB2 digunakan sebagai penanda spesifik untuk menentukan virulensi virus Avian Influenza subtipe H5N1.
- ItemImunologi Brucella Abortus(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Muflihanah; Siswani; Djatmikowati, Titis; Rosmiaty; Ramlan
- ItemInvestigasi Kasus Penyakit Jembrana pada Sapi Bali Pertama di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Indonesia Tahun 2022(Perpustakaan BBVet Maros, 2023-06-14) Idris, Fitriah; Salamen, Rozana Pratiwi; Muflihanah; WahyuniPenyakit jembrana merupakan penyakit yang khas menyerang sapi bali. Telah terjadi kasus kematian sapi yang tinggi di Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat. Telah dilakukan investigasi oleh tim BBVet Maros berupa pengamatan epidemiologi, gejala klinis, pengamatan patologi anatomi dan pengujian laboratorium. Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi dan polymerase chain reaction (PCR), sapi positif mengalami infeksi virus jembrana. Selain itu, sapi juga terinfeksi penyakit Bovine Viral Diarrhea (BVD). Faktor risiko yang diduga terjadi adalah manajemen pemeliharaan yang buruk, sapi mati yang tidak dikubur, dan transportasi hewan sakit. 2. Sumber penularan wabah diduga berasal dari introduksi virus yang berasal dari luar Kabupaten Pasangkayu
- ItemKasus Kematian Babi Hutan (Sus Celebensis) Yang Terduga Penyakit African Swine Fever (ASF) Di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo(Perpustakaan BBVet Maros, 2024-06-15) Muflihanah; Muhiddin, ST. Nurul Muslinah; Rimporok, Fenny; Said, Sitti Hartati; Widodo, Rudi; AgustiaPada bulan Agustus tahun 2023, dilaporkan adanya kematian babi hutan (Sus Celebensis) di wilayah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo yang terduga terinfeksi penyakit African Swine Fever (ASF). Penelusuran kasus dan pengambilan sampel dilakukan oleh Tim Quick Response yang terdiri dari Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bone Bolango, dan Dinas Pertanian Propinsi Gorontalo serta berkoordinasi dengan Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros). Sampel yang diambil selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengidentifikasi virus penyebab kematian babi hutan dengan teknik real time PCR ASF oleh BBVet Maros. Dari hasil deteksi dan identifikasi agen penyakit dengan teknik quantitative polymerase chain reaction (qRT-PCR) pada target gen p72 menunjukkan terdeteksi adanya material genetik virus ASF
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Muflihanah; Andesfha, , Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping Tjatur; RamlanLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Muflihanah; Andesfha, Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping TjaturLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/ Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2.
- ItemLaporan Kasus HIstomoniasis Pada Ayam Buras(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2001-08) Alfinus; Muflihanah; Balai Besar Veteriner MarosTelah terjadi kasus kematian seekor ayam buras milik kelompok wanita binaan BPPV Regional VII Maros di kelurahan Allepolea kecamatan Maros Baru kabupaten Maros pada bulan Januari 2001. Kematian terjadi secara tiba-tiba tanpa disertai gejala klinis. Hasil pengamatan postmortem ditemukan adanya perubahan berupa foci-nekrotik pada hampir seluruh hati dan ulserasi pada sekum, sedangkan pemeriksaan secara histopatologis ditemukan adanya massa yang berbentuk vukoal yang merupakan salah satu stadia Histomonas sp. di hati dan sekum. Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis diatas terutama dengan adanya massa berbentuk vakuol yang merupakan salah satu Histomonas sp. di hati dan sekum, maka kasus kematian tersebut diduga kuat disebabkan oleh Histomonas sp. Kasus Histomoniasis pada ayam buras ini merupakan kasus pertama kali didiagnoasa oleh BPPV Regional VII Maros.
- ItemLaporan Kasus Keracunan Lantana camara pada Sapi Bali di Kabupaten Bone, Sulsel(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2001-08) Muflihanah; Alfinus; Tangguh P; M. Idris; Balai Besar Veteriner MarosPada 18 Mei 2001 Disnak Bone melaporkan kasus kematian 3 ekor sapi masyarakat di desa Pattiro kecamatan Mare dengan gejala lepuh pada mulut dan hidung, telinga kering, mengkerut, teracak luka, pangkal ekor menebal dan kulit terlepas. Kondisi badan kurus terjadi terutama pada sapi muda dan umumnya diakhiri kematian. Sampel berupa serum dan ulas darah sapi yang masih hidup di desa Mattampawalie kecamatan Mare dengan gejala yang sama dikirim ke BPPV Maros untuk identifikasi kasus. Sehubungan dengan itu tim BPPV Maros mengunjungi lokasi kasus untuk mengamati langsung di lapangan dan kemungkinan sampel yang sesuai dengan kasus. Informasi yang diperoleh dari peternak diketahui bahwa sapi tersebut ditambatkan di padang rumput yang banyak ditumbuhi Lantana camara sehari semalam, kemudian pada esok harinya dilepas. Hasil pengamatan sapi yang menderita nampak adanya gejala fotosensifitasi, dermatitis simetris yang menyebar di seluruh tubuh, telinga, teracak, feses mengeras dan saat defikasi nampak kesulitan dan merejan. Berdasarkan epidemiologi dan klinis kasus tersebut dinyatakan keracunan Lantana.
- ItemLaporan Penelitian Gambaran Darah Dari Bovine Immunodeficiency Virus (BIV) Pada Sapi Bali(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2002-12) Alfinus; Faizah Rauf; Muflihanah; Hartaningsih; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan penelitian melihat gambaran darah dari Bovine Immunodeficiency Virus (BIV) pada Sapi Bali, betina 3 ekor; satu ekor Sapi Bali no sampel darah 29 (MB 64) positif pada uji serologi ELISA terhadap antigen Jembrana dan 2 ekor Sapi Bali no sampel darah 3 dan 34 (MB 97 dan MB 98) negatif pada uji serologi Elisa. Pengambilan darah hari ke-3 sebelum dilakukan inokulum, hari ke nol sebelum inokulum dan dua hari dalam seminggu selama 1 bulan selanjutnya setiap seminggu sekali sampai dengan penelitian berakhir juga dilakukan bila hewan mengalami demam. Pemeriksaan berupa RBC, WBC, Hb, PVC, TPP, dan Differential Leukosit (lihat lampiran 1, 2 dan 3). Hasil pemeriksaan darah dari median pre inokulasi (hari ke-3 dan hari ke nol) hewan MB 64 PVC naik, MB 97 RBC dan PVC turun, MB 98 RBC, PVC, netrofil turun dan limfosit naik. Nilai median post inokulasi leukosit hewan percobaan MB 64 limfosit naik, MB 97 RBC, PVC turun dan limfosit naik, MB 98 RBC, PVC, Netrofil turun dan limfosit naik, sehingga pada hewan percobaan MB 64 dan MB 97 masing-masing mengalami limfositosis (limfosit naik) sedangkan MB 98 netrofilnya menjadi normal. Menurt Kyoung et all (1999) menerangkan bahwa gejala yang ditimbulkan oleh Bovine Immunodeffisiensi (BIV) adalah limfositosis, lymphadenopathy, neuropathy, penurunan berat nadam dam emasiasi sedangkan pengamatan selama penelitian semua hewan percobaan tidak mengalami limfositosis, lymphadenopathy, neuropathy, penurunan berat nadam dam emasiasi tetapi hanya terlihat limfositosis. Pemeriksaan parasit darah dengan metode preparat ulas darah dan hematokrit ternyata semua hewan percobaan pernah terdapat Trypanosoma sp. Menurut Schalm et all (1975) adanya Trypanosoma di dalam darah yang juga dapat menyebabkan limfositosis.
- ItemModul Penguatan Teknis Sumber Daya Manusia Pusat Kesehatan Hewan di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-11) Muflihanah; Wahyuni; Furi Djatmikowati, Titis; Marmansari, Dini; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemPhylogenetic analysis of HPAI H5N1 virus from duck swab specimens in Indonesia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Mutisari, Dewi; Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Putra, Hamdu Hamjaya; Sulistyo, Kartika PriscilliaObjective: A phylogenetic study was carried out on the avian influenza virus (AIV) isolated from a disease outbreak in Sidenreng Rappang Regency, South Sulawesi, Indonesia, in 2018. Material and Methods: Oropharyngeal swabs and organ samples were obtained from ducks that showed clinical symptoms: torticollis, fascial edema, neurological disorders, the corneas appear cloudy, and death occurs less than 1 day after symptoms appear. In this study, isolate A/duck/ Sidenreng Rappang/07180110-11/2018 from duck was sequenced and characterized. Results: It was found that each gene segment of the virus has the highest nucleotide homology to the Indonesian highly pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 clade 2.3.2.1c. Multiple alignments of the sample Hemagglutinin (HA) gene with the avian influenza references virus showed that the pattern of amino acid arrangement in the cleavage site PQRERRRK-RGLF is the characteristic of the HPAI virus. In addition, the HA gene contained Q222 (glutamine) and G224 (glycine), signifying a high affinity to avian receptor binding specificity (SA α2,3 Gal). Furthermore, there was no genetic reassortment of this virus based on the phylogenetic analysis of HA, NA, PB1, PB2, PA, NP, M, and NS genes. Conclusion: The HPAI H5N1 clade 2.3.2.1c virus was identified in duck farms in South Sulawesi, Indonesia.
- ItemReview Literatur: COVID-19 pada Hewan(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Wahyuni; Hendrawati, Ferra; Muflihanah; Satriadisfta, M. Gustav; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPandemi penyakit Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia. Belum diketahui secara pasti pola penyebaran dan asal dari munculnya penyakit ini. Para peneliti menduga bahwa virus ini berasal dari hewan liar yang bermutasi lalu menyerang ke manusia. Tujuan dari penulisan review ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan tambahan informasi tentang penyakit Covid-19 yang dapat terjadi pada hewan terutama hewan kesayangan serta gejala klinis, pencegahan hingga pengobatannya.