Browsing by Author "Mawardi"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- Item1001 Masalah Lahan Rawa : Petani Bertanya, Peneliti Menjawab(Balai Penelitian Pertanian lahan Rawa, 2021) Saleh, Muhammad; Mawardi; Noor, Muhammad; Susilawati, Ani; Lestari, Yuli; Sulaeman, Yiyi; Hasbianto, Agus; Agustiani, MalaBuku 1001 Masalah Lahan Rawa: Petani Bertanya, Peneliti Menjawab ini memuat pertanyaan yang disampaikan petani tentang berbagai aspek dalam pengelolaan pertanian lahan rawa, meliputi komponen: pengelolaan air, penataan lahan, penyiapan lahan, pengendalian gulma, pengunaan varietas, pemupukan, pembibitan, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman, panen dan pasca panen
- ItemEkosistem Lahan Gambut(Balittra, 2020) Mawardi; Maftuah, Eni; Anwar, Khairil; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemHIDROLOGI(Balittra, 2021) Anwar, Khairil; Mawardi; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaRawa merupakan kawasan wadah air yang berada di daerah relatif datar atau cekungan, di dalam kawasan tersebut terdapat tanah mineral, salah satunya adalah tanah/lahan sulfat masam (PP Rawa, 2013). Lahan sulfat masam merupakan tanah mineral hasil endapan laut (marin), mengandung senyawa pirit (FeS2) pada kedalaman hingga 100 cm dari permukaan tanah, karena itu lahan tersebut umumnya berada di kawasan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut (Anwar, 1995; Subagyo, 2006). Perubahan tinggi muka air laut memengaruhi gerakan air sungai utama yang bermuara ke laut dan badan-badan air yang bermuara ke sungai utama. Karakter air pasang surut sangat memengaruhi karakteristik lahan, baik ditinjau dari segi aspek air maupun aspek tanah. Selain itu adanya dinamika tinggi muka air sungai/saluran mengikuti dinamika muka air di laut memengaruhi kuantitas dan kualitas air pada suatu titik pengukuran.
- ItemTEKNOLOGI KONSERVASI DAN REMEDIASI TANAH SULFAT MASAM(Balittra, 2017) Anwar, Khairil; Mawardi; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaTanah sulfat masam merupakan salah satu jenis tanah yang terdapat di lahan rawa pasang surut, sebagian sudah dimanfaatkan untuk persawahan. Diperkirakan ada sekitar 6,7 juta hektar dan tersebar pada pulau Kalimantan, Sumatera dan Papua. Tanah tersebut dicirikan oleh adanya senyawa pirit (FeS2), dalam keadaan alaminya (tergenang), senyawa tersebut stabil, tidak berbahaya bagi tanaman, namun adanya aktifitas manusia seperti pembuatan saluran irigasi dan drainase, menyebabkan penurunan permukaan air tanah, terjadi oksidasi pirit, tanah menjadi sangat masam, kelarutan unsur yang bersifat toksik meningkat, dan produksi tanaman menurun, kemudian ion toksik tersebut terlarut ke perairan bebas, mengganngu biota perairan. Dengan kata lain, oksidasi pirit mengakibatkan terjadinya pencemaran insitu dan eksitu. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi konservasi dan remediasi tanah sulfat masam agar lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi/strategi konservasi dapat dilakukan melalui: (a) pemilihan lahan dengan kedalaman lapisan pirit > 50 cm, (b) penerapan teknologi penataan lahan agar oksidasi pirit minimal, (c) hanya dimanfaatkan untuk tanaman budidaya basah seperti padi, dan (d) penggenangan lahan. Teknologi remediasi tanah sulfat masam, antara lain: (a) pencucian ion toksik melalui teknologi tata air, (b) pemilihan varietas toleran kemasaman, keracunan Fe dan Al, (c) pemberian bahan amelioran, dan (d) penggunaan biofilter untuk menekan ion toksik yang terlarut.