Browsing by Author "Malik, Afrizal"
Now showing 1 - 17 of 17
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Finansial dan Peluang Pengembangan Palawija dalam rangka Otonomi Khusus di Papua(BPTP Jambi, 2008) Malik, Afrizal; Edi, Syafri; BPTP JambiMakalah ini mencoba melihat sejauhmana teknologi yang telah diterapkan petani saat ini dan kemungkinan pengembangannya ke depan dalam rangka OTSUS Papua. Pengkajian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2006 di Kabupaten Jayapura, pemilihan lokasi secara purposive. Responden sebanyak 190 petani kedelai, jagung, dan kacang tanah. Penentuan responden secara simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan quisioner yang dibuat secara terstruktur dan dilengkapi dengan metode snoballing. Data primer meliputi karakteristik usahatani, input dan output usahatani, dan pengamatan bersifat kualitatif.
- ItemEkonomi Kacang Tanah(BPTP Jawa Tengah/IAARD Press, 2016) Malik, Afrizal; BPTP JatengBuku ini membahas ekonomi kacang tanah terutama ditinjau dari keunggulan komparatifnya. Dengan demikian akan diketahui perspektif perkembangannya ke depan. Dalam buku ini diungkap beberapa hal penting, yakni: Keberadaan aktual kacang tanah, Kerangka ekonomi pengembangan kacang tanah, Keragaan pemasaran dan perdagangan internasional, Indikasi keunggulan komparatif, Perspektif kebijakan , dan Strategi meningkatkan daya saing.
- ItemKajian Etnobotani Budidaya Gembili (Dioscorea sp.) di Papua(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Ondikeleuw, Mariana; Malik, Afrizal; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianGembili mempunyai peranan strategis dalam adat dan budaya bagi suku asli di Jayapura dan Merauke. Kajian budidaya gembili (Dioscorea sp.) di Papua ditinjau dari Etnobotani dilaksanakan di Kabupaten Jayapura (Kampung Yoka dan Yongsu) dan Kabupaten Merauke (Kampung Yanggandur dan Sota). Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan pengkajian karaterisasi dan identifikasi gembili. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk melihat usahatani gembili ditinjau dari etnobotani (mengidentifikasi spesies, pemanfaatan dan teknik penanaman tradisional). Kajian ini diharapkan bermanfaat bagi pengambil kebijakan untuk pengembangan gembili di masa datang sebagai cadangan pangan sumber karbohidrat. Kegiatan dilaksanakan bulan Agustus-Desember 2008. Penentuan lokasi ditetapkan berdasarkan sentra pengembangan tanaman gembili di Provinsi Papua. Data yang dikumpulkan meliputi aspek sosial budaya (kearifan lokal), kontribusinya terhadap perekonomian rumah tangga petani dan data lingkungan tumbuh gembili yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan teridentifikasi sebanyak 30 aksesi gembili lokal di Merauke (Sota dan Yanggandur) dan terdapat 2 (dua) jenis gembili di Jayapura oleh masyarakat dikenal dengan sebutan yara 11 (sebelas) aksesi dan fam 5 (lima) aksesi. Aksesi-aksesi tersebut merupakan plasma nutfah yang perlu di manfaatkan dan dikembangkan. Telah dilakukan penanaman baik di kebun Percobaan Merauke maupun di kebun Percobaan Koya Barat Jayapura.
- ItemKarakterisasi Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) dari Dataran Tinggi Dieng(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Cempaka, Intan Gilang; Susila, Arif; Khosiyah, Parti; Malik, Afrizal; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPurwoceng adalah salah satu tanaman obat asli Indonesia yang dibutuhkan oleh industri obat sebagai obat kuat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Purwoceng merupakan spesies endemik dataran tinggi, yang saat ini dibudidayakan secara terbatas di dataran tinggi Dieng. Tanaman umumnya tumbuh pada ketinggian 1.800 hingga 3.500 meter di atas permukaan laut di pegunungan tertentu di Pulau Jawa, yaitu Gunung Semeru, dataran tinggi Dieng, dan gunung Pangrango. Saat ini sulit untuk menemukan P. alpina tumbuh liar, karena tingkat kepunahannya yang tinggi. Konvensi Perdagangan Internasional untuk Spesies Flora dan Fauna Liar yang Terancam Punah (CITES) memasukkan purwoceng sebagai flora terancam punah dan hampir punah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter morfologi Purwoceng dari Dataran Tinggi Dieng. Karakterisasi Purwoceng berdasarkan buku deskripsi tanaman hortikultura pada tahun 2017 yang terbitkan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura. Hasilnya menunjukkan bahwa purwoceng memiliki warna batang merah (59 A), warna akar putih (163A), warna bunga batang merah (59 A), warna bunga merah (59 A), warna daun hijau (137 A). Purwoceng memiliki diameter batang 0,8-1,4 cm, memiliki 6 cabang, panjang daun 0,9-1,8 cm, lebar daun 1,1-1,6 cm dan jumlah daun sebanyak 20-30 buah.
- ItemKeragaman Teknologi dalam Budidaya Ternak Babi di Dataran Tinggi Jayawijaya Provinsi Papua(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2017-01-01) Tiro, Batseba MW; Malik, Afrizal; Kementrian PertanianTemak babi sebagai ternak penghasil daging yang berpotensi untuk dikembangkan di Papua, baik itu ditinjau dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan juga aspek sosial budaya masyarakat. Disamping itu temak ini juga dapat memberikan tambahan penghasilan bagi rumah tangga petani dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian produktivitas temak babi masih tergolong rendah disebabkan sistem pemeliharaannya yang masih bersifat tradisional dimana ternak babi dilepas mencari makan sendiri. Perbaikan manajemen pemberian pakan dan pola perkandangan mampu meningkatkan produktivitas ternak. Teknologi pakan melalui pengaturan komposisi pakan ubi dan daun ubi jalar (75% ubi jalar + 25% daun ubi jalar) dapat meningkatkan pertambahan bobot badan (PBB) ternak mencapai 220% dibanding pola petani. Pemberian pakan lain seperti sundaleka/ Puerasia chepaloides dan dedak juga dapat meningkatkan PBB temak, selain itu dengan pemberian kedua bahan pakan ini dapat mengurangi pemberian ubi dan daun ubi jalar yang adalah juga merupakan makanan pokok masyarakat di dataran tinggi Jayawijaya. Melalui Teknologi perkandangan dapat meningkatkan produktivitas temak babi dan keuntungan yang diperoleh mencapai 30%, kandang yang diintroduksi dapat meningkatkan PBB temak babi sekitar 66% dibanding pada kandang perbaikan. Hal ini tentunya juga berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani dalam memelihara temak babi, dimana melalui teknologi perkandangan keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dalam memelihara temak babl yakni mencapai 30%.
- ItemKESESUAIAN LAHAN UNTUK PADI SAWAH DI KABUPATEN JAYAPURAPROVINSI PAPUA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Wulanningtyas, Heppy Suci; Malik, Afrizal; BS, Busyra; BPTP JambiTujuan kegiatan ini adalah mengetahui lahan yang sesuai dan potensial untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Jayapura berdasarkan peta AEZ (Agro Ecological Zone) skala 1:50.000. AEZ merupakan pengelompokan wilayah kedalam zona-zona yang mempunyai kesamaan/keseragaman karakteristik sumber daya lahan (biofisik). Penyusunan peta kesesuaian lahan melalui tahapan metodologi yaitu inventarisasi sumber daya lahan dan evaluasi kesesuaian lahan. Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan, pengembangan padi sawah dapat dilakukan di lahan basah, seluas 268.433 ha (18,89%) yang terdiri dari lahan cukup sesuai (S2) seluas 254.299 ha (17,89%) dan lahan sesuai marjinal (S3) seluas 14.134 ha (0,99%). Setelah melalui tahapan evaluasi, selanjutnya dilakukan pewilayahan komoditas pertanian untuk mendapatkan zonasi yang paling sesuai dengan tanaman padi yang bebas dari status kawasan hutan. Sistem budidaya pertanian lahan basah untuk padi sawah termasuk dalam zona IV seluas 109.721 ha (7,72%). Peningkatan produktivitas lahan bisa dicapai dengan menyusun pola tanam yang tepat, jadwal tanam yang mempertimbangkan resiko kegagalan panen, dan pemberian kebutuhan pupuk berimbang.
- ItemManfaat dan Ketersedian Teknologi untuk Pengembangan Ubi Jalar(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Malik, Afrizal; Cempaka, Intan Gilang; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianUbi jalar merupakan komoditas terpenting setelah padi, jagung dan kedelai sebagai sumber pangan yang memiliki nilai yang penting dalam kehidupan sosial-kultural. Di Papua ubi jalar merupakan makanan pokok penganti beras. Luas pertanaman ubi jalar di Indonesia 156.677 ha ha (produktivitas 15,2 ton/ha). Pertanaman terluas terdapat di Papua (33.041 ha, produktivitas 12,5 ton/ha), Luas panen ubi jalar di Jawa Tengah 9.053 ha dengan tingkat produktivitas 19,81 ton/ha. Sedangkan potensi genetik tertinggi dari ubi jalar yang sudah dilepas 36-40 ton/ha. Terdapat senjang hasil aktual dengan hasil penelitan, hal disebabkan adopsi teknologi peningkatan produktivitas belum berjalan dengan baik. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ubi jalar antara lain penyediaan bibit bermutu, penggunan varietas unggul, pemupukan berimbang, penyediaan sarana produksi, perluasan areal tanam dan optimalisasi pemanfaatan lahan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), serta penanganan panen dan pascapanen. ubi jalar memiliki indeks glikemik 54 yang tergolong rendah yang berarti karbohidratnya tidak mudah diubah menjadi gula sehingga sangat baik dikonsumsi untuk penderita diabetes. Ubi jalar mengandung berbagai vitamin A, B1, B2, B3 dan vitamin C. Oleh karena itu, ubi jalar sangat sesuai mendukung program diversifikasi pangan menuju swasembada pangan. Ubi jalar sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia dan potensial sebagai sumber pangan pengganti beras. Umbi bersama brangkasan juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
- ItemPengembangan Padi Gogo(BPTP Jateng/IAARD PRESS, 2017) Malik, Afrizal; BPTP Jatengpadi Gogo memiliki peran penting dalam mendukung perberasan nasional dan berpeluang untuk terus ditingkatkan perannya melalui optimalisasi pemanfaatan lahan kering dan introduksi teknologi yang ada. Buku ini akan memaparkan prospek pengembangan padi gogo ke depan dari perspektif kebijakan dan impelementasinya dilapangan.
- ItemPengkajian Sistem Usahatani Ternak Babi Lokal di Dataran Tinggi Kabupaten Jayawijaya(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2019-01-01) Tiro, Batseba MW; Malik, Afrizal; Kementrian PertanianPengkajian bertujuan untuk memperbaiki kinerja induk babi dengan memanfaatkan pakan lokal selain ubl dan daun ubi jalar dan kontrol penyakit. Pengkajian dilaksanakan di Kampung Okoloma Pisugl, Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya. Pengkajian dilaksanakan di lahan petani dengan melibatkan petanl secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan mulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan. Adapun per1akuan pakan yang dikaji adalah : Pl : Ubi jalar (70%) + daun ubi jalar (15%) + sundaleka (15%) dan P2 : Ubi jalar (70%) + daun ubi jalar (15%) + sundaleka (15%) + dedak (adlib). Hasil yang diperoleh dari pengkajian ini adalah : 1). Penambahan dedak dalam ransum temak babi yang mengkonsumsl ubi jalar, daun ubi jalar dan sundaleka (Puerasia chepaloides) dengan komposisi masing-masing 70%; 15% dan 15% (perlakuan P2) dapat memperbaiki perubahan bobot badan induk (100 g/ekor/hari) dengan konsumsi pakan (1.072,24 g/ekor/hari). Konversi pakan terendah juga pada perlakuan P2 yaitu sebesar 12,25; 2). Angka kebuntingan, jumlah anak per kelahiran dan bobot lahir tertinggi anak babi diperoleh pada perlakuan pakan P2 dan 3). Mortalitas anak babi sebelum disapih umumnya disebabkan tertindih oleh induknya sendiri (18,75% dan 30%) masing-masing pada periakuan P2 dan Pl; dan juga karena bobot lahir yang rendah (6,25%) pada periakuan P2. Secara keseluruhan mortalitas anak babi sebelum dlsaplh yang disebabkan tertindih induknya sendiri sebesar 37 ,5%. Hasil analisa usahatani menunjukkan keuntungan yang diperoleh selama pemeliharaan 5 bulan pada perlakuan P2 sebesar Rp 6.461.334,- sedangkan Pl sebesar Rp 10.498.386,- dengan nilal R/C adalah 1,7 dan 1,4.
- ItemPercepatan Inovasi Teknologi Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong(BPTP Papua, 2017-01-01) Tiro, Batseba M.W; Usman; Malik, Afrizal; Kementrian PertanianBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua merupakan institusi yang mempunyai mandat menyediakan teknologi tepat guna. Kaitan dengan hal tersebut, salah satu komponen teknologi yang telah dihasilkan dalam sistem usahatani integrasi temak sapi-padi adalah pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan sapi potong. Agar teknologi yang sudah dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka teknologi tersebut perlu didesiminasikan kepada pengguna dengan menggunakan metode yang efektif. Salah satu metode diseminasi yang efektif adalah menggunakan teknik komunikasi langsung yaitu melalui gelar teknologi. Gelar teknologi pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan sapi dilaksanakan di Koya Barat, Kota Jayapura. Kegiatan gelar teknologi ini bertujuan untuk mempercepat penyampaian teknologi fermentasi jerami padi dan pemanfaatannya sebagai pakan sapi potong. Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan : 1). Terjadi peningkatan nilai nutrisi jerami padi fermentadi dibandingkan tanpa fennentasi, 2). Respon PBBH temak sapi Bali yang mengkonsumsi jerami padi fermentasi cukup tinggi yaitu 0,34 kg/ekor/hari, 3). Teknologi yang dikaji dan digelar. secara teknis mudah diterapkan dan dikembangkan: secara sosial budaya dapat diterima dan diterapkan dan secara ekonomis menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, 4). Didesiminasikannya informasi teknologi pembuatan jerami padi fermentasi kepada sekitar 150 stakeholder yang meliputi petani/petemak di sekitar lokasi gelar. yaitu dari Kelurahan Koya Barat, Koya Timur, Holtekamp, Skou Mabo, Skou Yambe. Pimpinan SKPD Kota Jayapura, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, SMK Pertanian, TRIPIKA Muara Tami dan Lembaga Petani, dan 5). Teknologi pembuatan jerami padi fermentasi menarik minat petani peserta gelar teknologi karena memberikan suatu alternatif penyediaan pakan bagi sapi potong.
- ItemPOTENSI PENGEMBANGAN PADI GOGO BERDASARKAN PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN DI KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Wulanningtyas, Heppy Suci; Malik, Afrizal; BS, Busyra; BPTP JambiTujuan kegiatan ini adalah menentukan dan memetakan lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman padi gogo berdasarkan pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.Penentuan wilayah potensial untuk padi gogo melalui beberapa tahapan metodologi yaitu inventarisasi sumber daya lahan, evaluasi kesesuaian lahan dan pewilayahan komoditas pertanian.Dari hasil analisis, pengembangan padi gogo dapat dilakukan di lahan kering, seluas 86.677 ha (6,37 %) yang tersebar di beberapa distrik antara lain Bonggo, Sarmi, Sarmi Selatan,Sarmi Timur, Pantai Timur, Pantai Barat, Pantai Timur Barat, Apawer Hulu dan Tor Atas. Budidaya padi gogo dapat dikombinasikan dengan tanaman pangan lainnya, tanaman hortikultura maupun tanaman perkebunan.Peningkatan produktivitas lahan bisa dicapai dengan pemupukan dan usaha konservasi tanah dan air.
- ItemPotensi, Permasalahan dan Alternatif Pelestarian dan Pengembangan Domba Batur(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Muryanto; Kurnianto, H.; Malik, Afrizal; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianDomba Batur (Dombat) merupakan ternak unggulan Indonesia yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara. Potensi Domba Batur antara lain : (1) dapat dikembangkan sebagai penghasil daging karena mempunyai pertumbuhan yang cepat, bobot badan jantan pada umur 2 tahun dapat mencapai 120 kg, sedangkan yang betina 80 kg, (2) mempunyai potensi sebagai penghasil bulu (wool) berkualitas yang dapat diolah menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi, (3) memiliki bentuk tubuh yang unik yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung pengembangan daerah wisata, dan (4) dapat menjadi penyedia pupuk kandang untuk lahan budidaya tanaman pertanian dan perkebunan. Permasalahan yang dihadapi antara lain : (1) pengembangannya masih terbatas di Kecamatan Batur dan sekitarnya, (2) banyak terjadi penjualan yang tidak terkontrol keluar Kabupaten Banjarnegara, (3) ada indikasi terjadi persilangan dari breed lain, dan (4) kurangnya promosi mengenai keunggulan-keunggulan Domba Batur dan produk sampingnya. Alternatif pelestaraian dan pengembangan Domba Batur disusun berdasarkan beberapa aspek. Aspek inovasi teknologi difokuskan pada upaya penyelamatan Dombat yang menurun populasi dan kualitasnya, dengan mengamankan khususnya pejantan yang mempunyai performans unggul dengan cara membuat semen beku yang nantinya digunakan untuk peningkatan mutu genetik Domba Batur. Teknologi lainnya adalah fermentasi pakan, pengolahan limbah ternak dan tanaman, kontes ternak dan pengolahan bulu. Inovasi tersebut didukung dengan aspek peningkatan aktifitas kelompok, peningkatan sumberdaya manusia dan didukung sarana prasarana yang dibutuhkan.
- ItemPROSIDING SEMINAR NASIONAL(BPTP Jawa Tengah, 2017) Hermawan, Agus; Prasetyo, Teguh; Muryanto; Setiyani, Cahyati; Malik, Afrizal; BPTP Jawa TengahRangkaian ekspose inovasi teknologi pertanian meliputi juga pameran teknologi hasil kajian BPTP Jawa Tengah . Pameran ini merupakan salah satu pendekatan dalam penyyebarluasan berbagai teknologi spesifik lokasi dan mengundang pengguna dari berbagai kalangan di jawa tengah.
- ItemPROSIDING SEMINAR NASIONAL 2(BPTP Jawa Tengah, 2017) Hermawan, Agus; Prasetyo, Teguh; Muryanto; Setiyani, Cahyati; Malik, Afrizal; BPTP Jawa TengahRangkaian ekspose inovasi teknologi pertanian meliputi juga pameran teknologi hasil kajian BPTP Jawa Tengah . Pameran ini merupakan salah satu pendekatan dalam penyyebarluasan berbagai teknologi spesifik lokasi dan mengundang pengguna dari berbagai kalangan di jawa tengah.
- ItemPROSIDING SEMINAR NASIONAL 3(BPTP Jawa Tengah, 2017) Hermawan, Agus; Prasetyo, Teguh; Muryanto; Setiyani, Cahyati; Malik, Afrizal; BPTP Jawa TengahRangkaian ekspose inovasi teknologi pertanian meliputi juga pameran teknologi hasil kajian BPTP Jawa Tengah . Pameran ini merupakan salah satu pendekatan dalam penyyebarluasan berbagai teknologi spesifik lokasi dan mengundang pengguna dari berbagai kalangan di jawa tengah.
- ItemTEKNIS-EKONOMIS PADI SAWAH IRIGASI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN NABIRE PAPUA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Malik, Afrizal; Edi, Syafri; BPTP JambiPengkajian bertujuan untukmengetahui perilaku petani dalam penerapan teknologi dan menganalisis input output usahatani padi sawah irigasi. Kajian dilaksanakan di sentra padi sawah irigasi Kabupaten Nabire. yang melaksanakan usahatani padi sawah minimal dua tahun terakhir. Pengumpulan data primer secara acak sederhana proposional dalam bentuk survei menggunakan quisioner pada bulan April 2015 dari hasil penanaman padi sawah MH (Oktober/November 2014-Januari/Pebruari 2015) sebanyak 43 petani sebagai responden. Data primer meliputi penerapan teknologi budidaya, input dan output. Semua data ditabulasi dan diinterprestasikan. Analisis data secara deskripif dan analisis kuantitatif. Hasil kajian menunjukan respon petani terhadap penerapan teknologi peningkatan produktivitas padi sawah irigasi di kawasan sentra Kabupaten Nabire saat ini sangat tergantung kepada seberapa besar teknologi tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Dinamika respon petani terhadap teknologi peningkatan produktivitas relatif stabil terutama pada komponen yang lazim diterapkan petani dalam budidaya padi sawah (cara olah tanah, penyiangan dan aplikasi pemupukan). Komponen teknologi yang sensitif terhadap produktivitas dan berpengaruh kepada pendapatan seperti varietas dan dosis pupuk yang digunakan hampir mendekati anjuran. Produktivitas yang dihasilkan 4,92 ton/ha GKG dengan tingkat keuntungan Rp 11.588.600 (B/C 1,89). Perlu dilakukan kajian penggunaan dosis pupuk, karena anjuran pupuk Phoska didasarkan prakiraan. Memberi keyakinan kepada petani jajar legowo meningkatkan produktivitas padi sawah. Kelangkaan tenaga kerja saat tanam dan panen, diseminasi alsintan seperti (transplanter dan rice harvester/combine haevester) perlu diseminasikan ditingkat petani dan pemangku kebijakan di daerah.
- ItemTeori, Strategi, dan Implementasi Pendampingan Program Peningkatan Produksi Pangan(BPTP Jateng/IAARD PRESS, 2016) Hermawan, Agus; setyanto, Prihasto; Malik, Afrizal; rifai, Ahmad; Kurnianto, Heri; BPTP JatengKementerian Pertanian pada era Kabinet Kerja telah menetapkan swasembada tujuh komoditas pangan strategis yang ditargetkan dapat dicapai selama periode pemerintahan 2014-2019. Swasembada komoditas padi, jagung, dan kedelai bahkan ditargetkan dapat dicapai dalam tiga tahun, sementara sisanya (bawang merah, cabai merah, daging sapi/kerbau, dan tebu/gula) ditargetkan dicapai pada tahun 2019.