Browsing by Author "Malawat, Saleh"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemGelar Teknologi Alat Pengolahan Sagu Sistim Mekanis (PSSM)Terpadu(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Malawat, Saleh; Swarda, Rosniaty; Hutuely, Lutfie; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSagu merupakan salah satu tanaman palma yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Maluku. Semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia, disamping kebutuhan utamanya sebagai bahan pangan. Namun ampai saat ini cara pengolahannya ditingkat petani sederhana yaitu dengan menggunakan system tradisional maupun semi mekanis yang kurang efisien dari segi waktu dan tenaga. Guna mempercepat akse petani sagu dalam mendapatkan infomasi dan pengetahuan yang lebih baik, maka BPTP Maluku telah mensosialisasikan alat pengolahan sagu system mekanis (PSSM) terpadu melalui gelar teknologi. Gelar teknoloi telah dilaksanakan di kecamatan Air Buaya, kabupaten Kairatu, kabupaten Seram Bagian Barat sejak Juli sampai September 2003 dengan melibatkan 15 petani kooperator pada setiap lokasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa banyak petani pengolah sagu di Maluku menggunakan cara awal tradisional dan berkembang lebih lanjut menjadi system semi mekanis, sedangkan cara mekanis sama sekali belum diterapkan petani. Hasil kegiatan gelar teknologi menunjukan bahwa tingkat teknologi menunjukan bahwa tingkat partisipasi petani dalam melaksanakan teknologi cukup tinggi. Hasil evaluasi terhadap 30 orang petani mengenal ukuran alat 29,42% panelis mengatakan memadai, 70,58% mengataka murang memadai sedangkan mengenai mobilitas 70,60% panelis mengatakan memadai dan sisanya 29,40% mengatakan kurang memadai. Hasil penilaian terhadap kemudahan operasi 82,35% panelis mengatakan mudah dan sisanya 17,65% engatakan agak sulit, terhadap mutu olahan rata-rata 100% panelis mengatakan baik. Evaluasi tingkat penerimaan 94% panelis mengataka tetarik, 6% mengatakan tidak tertarik. Bila peralatan ini diusahakan oleh petani, diperkirakan titik kembali modal dicapai sekitar 4,8 tahun dengan pendapatkan bersih perbulan Rp. 4 juta untuk pemilik usaha dan 2 juta untuk masing-masing 2 orang buruh
- ItemModel Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani Agroekosistem Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Malawat, Saleh; Van Room, Maryke Jolanda; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis usahatani lahan sawah intensif serta membuat model rancang bangun laboratorium agribisnis dan jenis inovasi yang akan dilakukan. Permasalahan usahatani lahan sawah intensif antara lain tidak tersedianya bibit unggul padi dilokasi, terbatasnya tenaga kerja, penggunaan pupuk berimbang yang masih rendah, berkurangnya debit air pada musim kemarau, banyaknya populasi ternak namun belum dikandangkan, belum dimanfaatkannya limbah padi, kelembagaan kelompok tani belum aktif. Alternatif model usahatani terpadu di desa Waenetat kecamatan Waeapo, kabupaten Buru yang ditawarkan adalah melalui pendekatan usahatani terpadu Model Crops Livestock System (CLS) yaitu integrasi antara tanaman dan ternak seperti padi dan sapi potong. Inovasi teknologi yang dianjurkan antara lain teknologi perbenían dengan menggunakan benih berlabel (dibentuk kelompok penangkar), teknologi pemupukan secara organik dan berimbang, teknologi pembuatan bokasih dari jerami padi, penanaman palawija kedelai pada MK2 dengan teknologi model PTT, teknologi pemeliharaan dan perkandangan sapi secara intensif, teknologi pengolahan kompos kotoran sapi sebagai pupuk organik, Teknologi pengolahan jerami padi fermentasi untuk pakan ternak sapi.
- ItemTeknologi Fermentasi dan Sosialisasi Alat Pengering Kakao Skala Rakyat(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Malawat, Saleh; Hutuely, Lutfie; Watkaat, Florentina; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDalam upaya mencegah kerusakan hasil panen kakao yang sering terjadi akibat cuaca kurang menguntungkan, perlu dilakukan upaya fermentasi dan sosialisasi alat pengering kakao skala rakyat sesuai kemampuan produksi kakao petani di Maluku. Untuk itu telah dilakukan uji fermentasi menggunakan kotak fermentasi berapasitas 40 kg dan alat pengering kakao skala rakyat yang sesuai untuk kebun kakao dengan potensi hasil 1,5 ton/ha/thn. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pengolahan biji kakao dengan paket pengolahan kakao rakyat yakni : kotak fermentasi dan alat pengering kakao skala rakyat yang dapat menghasilkan biji kakao dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan cara pengolahan tradisional. Alat pengering kakao skala rakyat mampu menghasilkan biji kakao dengan kualitas yang lebih baik dalam waktu 60 ja pengeringan dan bila dikombinasikan dengan penjemuran disiang hari, maka alat ini dapat dioperasikan selama 24 jam dengan konsumsi minyak tanah 2,5 liter dan dapat dipergunakan setiap waktu dan cuaca
- ItemTeknologi Inovatif Pengolahan Sagu Untuk Mendukung Agroindustri di Pedesaan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Malawat, Saleh; Latuconsina, Rizal; Sui, La; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDi Maluku, sagu merupakan salah satu tanaman spesifik penghasil karbohidrat potensial, dapat ditingkatkan nilai gizinya dengan sedikit sentuhan teknologi pengolahan antara lain: fortifikasi menggunakan bahan sumber potein ikan, kenari dan kacang tanah. Kelebihan sifat fisikokimia tepung sagu adalah tekstur ringan, suhu gelatinasi rendah dengan kandungan amilose sedang. Hal ini menunjukan bahwa tepung sagu dapat diolah menjadi aneka jenis makanan. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menghasilkan produk olahan dengan tidak mengabaikan ciri khas daerah penghasil sagu, seperti: bagea sagu, bangket sagu dan kue sarut, kamplang dari Maluku Utara, mie sagu dari Jawa Barat dan pengolahan sagu untuk produk gula dan sirup glukosa. Teknologi-teknologi pengolahan tersebut, kiranya dapat mendukung ketahanan pangan dan sekaligus dapat menumbuhkembangkan agroindustri di pedesaan.
- ItemTeknologi Pasca Panen Ubikayu untuk Mendukung Pengembangan Agroindustri(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Malawat, Saleh; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuUbikayu sebagai bahan sumber karbohidrat merupakan produk pertanian yang cukup potensial untuk industri skala rumah tangga, industri kecil maupun menengah. Untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun pasar dalam negeri, ubi kayu nilai ekonominya dengan sentuhan teknologi penanganan pasca penen yang optimal. Permasalahan yang dihadapi petani, adalah ketika panen, ubikayu hampir tidak habis terjual, bahkan banyak terbuang sebagai limbah, padahal masyarakat dapat ditangani dengan baik dan diolah menjadi berbagai bahan setengah jadi antara lain: chip, sawut, tepung pati dan lain-lain untuk kemudian diolah menjadi mie, roti, cake, kue kering dan minuman dari ubikayu. Dengan penganekaragaman produk ubikayu ini, akan memperkuat posisi rebut tawar petani sehingga tidak hanya menawarkan satu jenis produk kepada konsumen, melainkan menjual dalam bentuk segar, bahan setengah jadi, dan aneka jenis olahan makanan lainnya. Salah satu usaha yang paling rasional untuk meningkatkan pendapatan petani adalah menggali potensi pangan lokal dan memberi sedikit sentuhan teknologi sesuai kebutuhan petani di daerah setempat.
- ItemTeknologi pembuatan minyak kelapa sehat(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2015) Malawat, Saleh; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemTeknologi Pengolahan Ubi Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan dan Pengembangan Agroindustri(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Malawat, Saleh; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSalah satu kendala dalam pengembangan industri pengolahan pangan berbasis ubi jalar adalah kurangnya informasi teknologi yang mampu memberdayakan komoditas tersebut sebagai bahan baku industri sesuai dengan karakteristik mutu yang dikehendaki. Ditinjau dari segi nilai gizi, komoditas ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan protein yang relatif murah dan aman bagi kesehatan. Masalah yang dihadapi petani di Maluku adalah pada saat panen, ubi jalar hanya dijual dalam bentuk tumpukan-tumpukan dengan harga jual Rp. 5000/ kg. untuk kemudian dikonsumsi dengan cara direbus, digoreng atau dibuat kolak. Pada hal komoditas tersebut dapat diolah menjadi berbagai jenis produk antara lain: produk antara, produk siap masak dan produk siap santap.. Dengan berbagai teknologi pasca panen ubi jalar yang tersedia, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ubi jalar, sehingga dapat meningkatkan agroindustri di pedesan.