Browsing by Author "Mahu, Hamid"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Usahatani Dan Pola Kemitraan Kelembagaan Pemasaran Bawang Merah Di Sulawesi Selatan (Studi Kasus Kabupaten Jeneponto)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Suddin, Andi Faisal; Husnah, Nurdiah; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian ini bertujuan 1) Menganalisis kelayakan usahatani komoditi bawang merah 2) Mengidentiifkasi pola distribusi dan kelembagaan pemasaran bawang merah di Sulawesi Selatan. Pengkajian ini dilaksanakan Kabupaten Jeneponto selama dua bulan yaitu mulai Maret sampai dengan Mei 2015. Analisis data yang digunakan 1) Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio), 2) Analisis Deskriptif, yaitu untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenonema berdasarkan data yang terkumpul, yang digambarkan secara deskripsi tentang keadaan aktual yang terkait dengan pola distribusi kelembagaan pemasaran bawang merah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Dari sisi hasil analisis R/C ratio usahatani bawang merah sebesar 2,4. Dengan demikian tingkat efektifitas pengembalian modal usahatani cukup tinggi, sehingga usahatani bawang merah secara ekonomis sangat layak untuk dikembangkan. Dari hasil analisis diskripsi bahwa t erdapat dua pola saluran distribusi dan kelembagaan pemasaran bawang merah sampai kepada konsumen akhir yaitu ; Pola pertama : dari petani ke pedagang pengumpul local/pengecer kemudian ke pasar tradisional kabupaten dan selanjutnya ke konsumen akhir. Pola kedua : dari petani ke pedagang besar/pengumpul dari luar daerah kemudian ke pasar tradisional provinsi dan selanjutnya ke konsumen akhir.
- ItemGelar Teknologi Alat Pengolahan Sagu Sistim Mekanis (PSSM)Terpadu(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Malawat, Saleh; Swarda, Rosniaty; Hutuely, Lutfie; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSagu merupakan salah satu tanaman palma yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Maluku. Semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia, disamping kebutuhan utamanya sebagai bahan pangan. Namun ampai saat ini cara pengolahannya ditingkat petani sederhana yaitu dengan menggunakan system tradisional maupun semi mekanis yang kurang efisien dari segi waktu dan tenaga. Guna mempercepat akse petani sagu dalam mendapatkan infomasi dan pengetahuan yang lebih baik, maka BPTP Maluku telah mensosialisasikan alat pengolahan sagu system mekanis (PSSM) terpadu melalui gelar teknologi. Gelar teknoloi telah dilaksanakan di kecamatan Air Buaya, kabupaten Kairatu, kabupaten Seram Bagian Barat sejak Juli sampai September 2003 dengan melibatkan 15 petani kooperator pada setiap lokasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa banyak petani pengolah sagu di Maluku menggunakan cara awal tradisional dan berkembang lebih lanjut menjadi system semi mekanis, sedangkan cara mekanis sama sekali belum diterapkan petani. Hasil kegiatan gelar teknologi menunjukan bahwa tingkat teknologi menunjukan bahwa tingkat partisipasi petani dalam melaksanakan teknologi cukup tinggi. Hasil evaluasi terhadap 30 orang petani mengenal ukuran alat 29,42% panelis mengatakan memadai, 70,58% mengataka murang memadai sedangkan mengenai mobilitas 70,60% panelis mengatakan memadai dan sisanya 29,40% mengatakan kurang memadai. Hasil penilaian terhadap kemudahan operasi 82,35% panelis mengatakan mudah dan sisanya 17,65% engatakan agak sulit, terhadap mutu olahan rata-rata 100% panelis mengatakan baik. Evaluasi tingkat penerimaan 94% panelis mengataka tetarik, 6% mengatakan tidak tertarik. Bila peralatan ini diusahakan oleh petani, diperkirakan titik kembali modal dicapai sekitar 4,8 tahun dengan pendapatkan bersih perbulan Rp. 4 juta untuk pemilik usaha dan 2 juta untuk masing-masing 2 orang buruh
- ItemKajian Perkembangan dan Teknologi Penangkapan pada Perikanan Tuna Rakyat di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Hurasan, M Saleh; Sui, La; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDari sector perikanan, ikan tuna merupakan salah satu sumber utama untuk PAD setelah udang dan mutiara. Ketika konflik social produksi tuna/cakalaang mengalami penurunan sekitar 40% dari sebelumnya. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisa perkembangan perikanan tuna pasca konflik dan uji bed hasil tangkapan berdasarkan perlakuan. Pengkajian ini di lakukan di Banda, Waprea dan Wamlana dari bulan Juni s/d bulan September 2003. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam bentuk observasi langsung ke lokasi dan uji coba penangkapan (eksperimen fishing). Data yang dikumpulkan meliputi data primer berupa log book nelayan, wawancara, diskusi dan data hasil uji penangkapan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan studi literature lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi perikanan tuna mengalami penurunan sebesar 52,42% pada saat terjadi konflik (tahun 200-2001) dengan CPUE berkisar antara 53,33 kg – 135 kg/hari, kemudian menunjukkan kenaikan sebesar 28,86% saat kondisi mulai membaik (kondusif) (2002-2003) dengan CPUE antara 90 kg – 200 kg/hari. Penggunaan ukuran mata pancing (no. 3, 4 dan 5) pada ukuran tali pancing yang berbeda (800, 1000 dan tali domi) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan, sementara penggunaan jenis ikan umpan (hidup dan mati) pada ukuran mata pancing memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil tangkapan dimana umpan hidup memberikan hasil yang lebih baik
- ItemKajian Potensi dan Budidaya Ulat Sagu (Rhynchophorus ferruginenus)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuUlat sagu merupakan larva dari kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferruginenus). Sebagai hama kumbang ini dapat menyerang perkebunan kelapa. Tetapi manfaat yang dapat diambil dari ulat sagu adalah sebagai lauk dan sebagai bahan subsitusi pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi. Potensi ulat sagu di lima sentra produksi sagu di Maluku cukup besar, yaitu 2,55 ton/tahun. Potensi ini dikonversikan dari tingkat pemanfaatan pohon sagu sebanyak 7.236 batang per tahun dengan produktivitas rata-rata ulat sagu 2,52 kg/ m3 gelondong, di mana 7.236 batang sagu tersebut menghasilkan limbah pucuk sagu dengan volume 1.013,04 m3. Uji statistik dengan taraf nyata α = 0,05 menunjukkan bahwa hasil panen kolektif di sentra produksi ≤ hasil panen pada usaha budidaya ulat sagu yang dikerjakan oleh BPTP Maluku, baik di lahan pekarangan, lahan sagu maupun di lokasi penangkaran. Sedangkan pada kondisi budidaya, hasil uji statistik yang sama menunjukkan bahwa hasil panen ulat sagu dengan cara penangkaran > hasil panen ulat sagu yang dibudidaya di pekarangan atau di lahan sagu. Juga, hasil panen di pekarangan > hasil panen ulat sagu yang dibudidaya di lahan sagu petani. Produktivitas rata-rata ulat sagu dalam kondisi budidaya di penangkaran 2,68 kg/m3 dengan rata-rata ukuran tubuh 3,62 ± 1,43 gr dan 3,21 ± 0,75 cm, budidaya di lokasi pekarangan BPTP 2,74 kg/ m3 dengan ukuran tubuh 2,50 ± 1,25 gr dan 2,85 ± 0,74 cm, dan di lokasi lahan sagu petani 2,50 kg/ m3 dengan ukuran tubuh 3,27 ± 1,30 gr dan 3,48 ± 0,78 cm. Adapun musim memijah kumbang merah kelapa dapat terjadi sepanjang tahun, sementara waktu panen ulat sagu yang tepat adalah ketika umur pasca tebang gelondong sagu 1,3 sampai 1,5 bulan.
- ItemPersepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Ulat Sagu(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPada saat ini, pemanfaatan ulat sagu adalah sebagai makanan alternatif bagi masyarakat suku dalam di Papua dan juga oleh orang-orang Maluku. Pada tempat-tempat di mana sumber protein hewani sulit didapat, maka ulat sagu dapat menjadi alternatif sumber makanan berprotein tinggi. Bagi masyarakat Maluku, ulat sagu sudah begitu familiar, ini dibuktikan dengan hasil survei bahwa 100 % kelompok petani dan 97 % kelompok non-petani pernah melihat serta 81 % kelompok petani dan 87 % kelompok non-petani pernah mendengar dalam beberapa variabel yang berkaitan dengan pernah melihat dan mendengar. Dari sepuluh indikator (variabel dalam bentuk pertanyaan) yang dipakai untuk melihat apresiasi dan preferensi masyarakat, maka sebagian besar mayarakat memberikan apresiasi (penghargaan) terhadap sumberdaya ulat sagu, namun sebaliknya masyarakat memberikan respon yang tidak begitu kuat dalam hal preferensi (ketertarikan) terhadap pemanfaatan sumberdaya ulat sagu, ini dibuktikan dengan hanya 43 % yang kadang-kadang mengkonsumsinya sebagai lauk alternatif dan 25 % tidak pernah mengkonsumsi dan hanya 3 % yang sering memakan. Pemanfaatan ulat sagu menjadi bahan suplemen pakan ternak, pelet ikan maupun dalam bentuk-bentuk lainnya belumlah menjadi topik yang menarik untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan pendapatan dan gizi masyarakat di wilayah-wilayah sentra produksi sagu.
- ItemRespon Petani Terhadap Kegiatan Pemberdayaan Model Demfarm Padi Di Kabupaten Seram Bagian Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Mahu, Hamid; Nurfaizin; Watkaat, Florentina; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Malukusawah dan agroekologi lahan kering disebabkan oleh tidak tersedianya varietas unggul spesifik lokasi dan penerapan teknik budidaya yang sederhana. Petani masih menggunakan varietas lokal bermutu rendah yang digunakan secara berulang-ulang. Teknik budidaya yang diterapkan oleh petani setempat selalu mengikuti kebiasaan mereka dari tahun ke tahun tanpa menerapkan teknologi inovatif sehingga produksi yang dicapai tetap rendah. Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). PTT dilaksanakan melalui pemberdayaan petani dalam bentuk demonstration farmer (denfarm) sehingga terjadi pada proses transfer teknologi diharapkan memberikan respon atau tanggapan dari petani. Berdasarkan pengkajian diketahui bahwa petani memiliki persepsi yang tingi, motivasi yang sedang dan rendah, dan partisipasi yang sedang terhadap kegiatan denfarm PTT padi di Kabupaten Seram Bagian Barat.