Kajian Potensi dan Budidaya Ulat Sagu (Rhynchophorus ferruginenus)
Loading...
Date
2007
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Abstract
Ulat sagu merupakan larva dari kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferruginenus). Sebagai hama kumbang ini dapat menyerang perkebunan kelapa. Tetapi manfaat yang dapat diambil dari ulat sagu adalah sebagai lauk dan sebagai bahan subsitusi pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi. Potensi ulat sagu di lima sentra produksi sagu di Maluku cukup besar, yaitu 2,55 ton/tahun. Potensi ini dikonversikan dari tingkat pemanfaatan pohon sagu sebanyak 7.236 batang per tahun dengan produktivitas rata-rata ulat sagu 2,52 kg/ m3 gelondong, di mana 7.236 batang sagu tersebut menghasilkan limbah pucuk sagu dengan volume 1.013,04 m3. Uji statistik dengan taraf nyata α = 0,05 menunjukkan bahwa hasil panen kolektif di sentra produksi ≤ hasil panen pada usaha budidaya ulat sagu yang dikerjakan oleh BPTP Maluku, baik di lahan pekarangan, lahan sagu maupun di lokasi penangkaran. Sedangkan pada kondisi budidaya, hasil uji statistik yang sama menunjukkan bahwa hasil panen ulat sagu dengan cara penangkaran > hasil panen ulat sagu yang dibudidaya di pekarangan atau di lahan sagu. Juga, hasil panen di pekarangan > hasil panen ulat sagu yang dibudidaya di lahan sagu petani. Produktivitas rata-rata ulat sagu dalam kondisi budidaya di penangkaran 2,68 kg/m3 dengan rata-rata ukuran tubuh 3,62 ± 1,43 gr dan 3,21 ± 0,75 cm, budidaya di lokasi pekarangan BPTP 2,74 kg/ m3 dengan ukuran tubuh 2,50 ± 1,25 gr dan 2,85 ± 0,74 cm, dan di lokasi lahan sagu petani 2,50 kg/ m3 dengan ukuran tubuh 3,27 ± 1,30 gr dan 3,48 ± 0,78 cm. Adapun musim memijah kumbang merah kelapa dapat terjadi sepanjang tahun, sementara waktu panen ulat sagu yang tepat adalah ketika umur pasca tebang gelondong sagu 1,3 sampai 1,5 bulan.
Description
Keywords
Ulat sagu, Budidaya, Pasca panen