Browsing by Author "M. Zarwazi, Lalu"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemPeluang Perbaikan Penyiapan Lahan Sawah Melalui Olah Kering(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Uddin Firmansyah, Imam; M. Zarwazi, Lalu; Abdulrachman, Sarlan; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Peluang perbaikan penyiapan lahan sawah melalui olah kering dengan mesin traktor berkapasitas besar bertujuan agar waktu tanam padi dapat serempak dan hemat air. Dengan menggunakan mesin traktor pertanian berkapasitas besar pada lahan sawah beirigasi dan sawah tadah hujan pada Musim Tanam II atau menjelang musim hujan, tanah dapat segera diolah. Penggunaan mesin traktor yang berat maupun jenis alat pengolah tanah yang tepat dapat mempercepat terbentuknya lapisan tapak bajak. Akibatnya kehilangan air karena perkolasi pada lahan sawah dapat berkurang. Penyiapan lahan sawah semacam ini diperkirakan dapat menghemat air sebanyak 200 mm tanaman. Walaupun kebutuhan air tanaman padi tergantung dari tekstur dan kadar air awal tanah yang akan diairi, namun demikian pengolahan tanah kering juga memberikan dampak terhadap peningkatan efisiensi penggunaan air dan luas tanam. Kapasitas pengolahan tanah kering menggunakan traktor roda 4 berdaya 48 HP pada tanah Vertisol di KP Sukamandi, Subang BB Padi adalah 0,16 ha/jam
- ItemPenggunaan Informasi Kalender Tanam Untuk Mengatur Strategi Pola Dan Jadwal Tanam(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Fathnur; M. Zarwazi, Lalu; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penyediaan pangan terutama beras dalam jumlah cukup dan harga yang terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan swasembada beras. Diantaranya, tingginya pertumbuhan populasi penduduk, konversi lahan sawah subur, keterbatasan sumber daya air, terjadinya banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim (climate change) karena pemanasan global. Kegagalan dan keberhasilan panen padi tak bisa lepas dari kondisi iklim. Akhir-akhir ini iklim semakin tidak bersahabat, beragam kondisi cuaca dan iklim dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat yang lain, menyebabkan hasil dan produksi padi juga beragam, baik menurut tempat maupun menurut waktu. Langkah-langkah analisis yang perlu dilakukan untuk memahami masalah iklim di suatu daerah dan bagaimana informasi prakiraan iklim digunakan untuk menyusun langkah-langkah antisipatif. Langkah antisipatif disusun dengan tujuan untuk menghindari atau meminimumkan kemungkinan dampak negatif yang akan terjadi pada suatu musim tertentu atau memanfaatkan kemungkinan kondisi iklim yang baik pada suatu musim sehingga produksi tanaman dapat ditingkatkan. Untuk memadu upaya ini maka diperlukan pemahaman tentang klasifikasi iklim, mengenal permasalahan iklim, pemanfaatan data curah hujan, perubahan iklim dan kalender tanam, serta perubahan iklim dan budidaya tanaman pangan.
- ItemVerifikasi Metoda Hazton Dalam Upaya Mendukung Peningkatan Produksi Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) M. Zarwazi, Lalu; Restu Pratiwi, Gagad; Abdulrachman, Sarlan; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Verifikasi Metode Hazton Dalam Upaya Mendukung Peningkatan Produksi Padi. Penelitian dilaksanakan di KP Sukamandi, wilayah pertanaman padi yang berada di Pantai Utara (Pantura) dengan ketinggian tempat sekitar 16 m dpl. Tujuan penelitian ini adalah memverifikasi metoda Hazton pada sistem pertanaman padi dan menyempurnakan metoda Hazton. Verifikasi Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok. Pada MT-1 (MH 2014/2015, perlakuan terdiri dari 3 perlakuan Hazton dan 1 perlakuan PTT sebagai pembanding. Tiap perlakuan diulang 3 kali, masing-masing perlakuan dengan luas plot 30 m x10 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara visual penampilan vegetatif awal pertanaman hazton menunjukkan morfologi pertumbuhan vegetatif yang baik, namun demikian kondisi ini menyebabkan perkembangan OPT yang lebih kondusif dengan iklim mikro di sekeliling tanaman. Jumlah anakan per rumpun pada model Hazton mulai menurun pada umur 15 hst, sebaliknya pada model PTT terjadi peningkatan jumlah anakan sampai umur 43 - 50 hst (model PTT), selanjutnya jumlah anakan per rumpun menurun. Pada metode Hazton jumlah malai per rumpun dan bobot gabah isi 1000 butir tinggi, tetapi malainya pendek, jumlah gabah isi per malai rendah dan persentase gabah isi juga rendah. Berdasarkan hasil panen pada MT-1 2014/2015 di KP Sukamandi menunjukkan bahwa produksi metode Hazton 4,36 t/ha dan PTT 4,86 t/ha.