Browsing by Author "Kurnia"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
- Item3. Pengaruh Pupuk Npk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Varietas Inpari 4 Di Kabupaten Garut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Kurnia; Sujitno, Endjang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPeningkatan Produksi Beras Nasional yang mentargetkan surplus beras 10 juta ton tahun 2014 dapat tercapai dengan menerapkan komponen teknologi secara terpadu. Salah satu komponen teknologi tersebut adalah penggunaan bahan organik dan pupuk anorganik secara berimbang terhadap varietas unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk NPK majemuk terhadap hasil padi varietas Inpari 4 di Kabupaten Garut. Penelitian dilaksanakan di Desa Sindangsari Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut pada MK II tahun 2012. Varietas padi yang digunakan adalah Inpari 4, dengan pupuk NPK majemuk (30:6:8). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari empat perlakuan masing-masing dengan tujuh ulangan. Dosis NPK majemuk adalah 300, 350, 400, dan 450 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan takaran NPK majemuk 350 kg/ha memberikan hasil yang optimal sebanyak 7,50 t/ha dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk lainnya.
- ItemAplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoi (Brassica rapa.S.)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Firmansyah, Imam; Kurnia; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting dalam meningkatkan produksi tanaman. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemupukan hayatiterhadap produktivitas tanaman pakcoi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sayuran, Lembang (1250 m di atas permukaan laut) dengan jenis tanah Andisol, dari bulan Maret sampai Mei 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan dan 7 perlakuan kombinasi pemberian pupuk organik/pupuk hayati mikoriza dan pupuk NPK seperti A. (0 ton pukan/ha) + (NPK 100 kg/ha 16-16-16) + (0 Hayati Powder), B. (15 ton pukan/ha) + (NPK 100 kg/ha 16-16-16) + (7,5 kg/ha Hayati Powder), C. (15 ton pukan/ha) + (NPK 100 kg/ha 16-16-16 ) + (0,75 kg/ha Hayati Powder ). D. ( 15 ton pukan/ha ) + ( NPK 100 kg/ha 16-16-16 ) + (0,50 kg/ha Hayati Powder), E. (15 ton Pukan/ha) + (100 kg NPK 16-16-16) + (7,5 kg Hayati Powder), F. (15 ton Pukan/ha) + (0,75 kg NPK 16-16-16) + (7,5 kg Hayati Powder), G (15 ton Pukan/Ha ) + (0,5 kg NPK 16-16-16) + (7,5 kg Hayati Powder). Hasil Penggunaan pupuk hayati mikoriza tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil pakcoi, tetapi dapat mengurangi kebutuhan pupuk NPK sampai sebesar 50% dari dosis pupuk NPK standar.
- ItemAplikasi Teknologi Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Tanaman Padi di Lawah Sawah Irigasi Pedesaan di Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Kurnia; Sujitno, Endjang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiJawa Barat merupakan salah satu lumbung padi secara nasional yang dapat memberikan sumbangan sebesar 17%. Dilihat dari aspek ketersediaan air, lahan sawah di Jawa Barat umumnya terbagi menjadi beberapa bagian antara lain lahan sawah irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi pedesaan dan irigasi non PU. Dari total luas lahan sawah 942.974 ha, sebanyak 101.305 ha (10,74 %) adalah lahan sawah irigasi pedesaan yang mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitasnya. Namun selama ini masih terkendala dengan terbatasnya penerapan berbagai komponen teknologi. Berdasarkan konsep model pengelolaan tanaman terpadu sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu jawaban yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas sistem tanam jajar legowo terhadap produktivitas. Pengkajian dilaksanakan di Kecamatan Karang Pawitan Kabupaten Garut pada bulan April sampai Juli 2013. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan yaitu sistem tanam jajar legowo (jarwo) 2:1, sistem tanam jarwo 3:1, sistem tanam jarwo 4:1 dan tegel sebagai kontrol, percobaan diulang sebanyak 6 kali. Hasil kajian menunjukan bahwa produktivitas yang dihasilkan ketiga sistem tanam jajar legowo terdapat perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Tetapi antar perlakuan sistem tanam jajar legowo tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dilihat dari kemampuan produktivitas sistem tanam jajar legowo 3:1 paling tinggi produktitasnya yaitu 6,86 t/ha, diikuti perlakuan sistem tanam jarwo 2:1 sebesar 6,73 t/ha, kemudian sistem tanam jarwo 4:1 sebesar 6,51 t/ha. Sedangkan sistem tanam tegel hanya menghasilkan sebesar 5,76 t/ha.
- ItemEfektivitas Pelatihan Tanam Jajar Legowo 2:1 Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Kelompok Jasa Tanam Padi Di Kabupaten Subang Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Kurnia; Sunandar, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Implementasi penerapan teknologi tanam Jarwo 2:1 di lapangan dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya petani dan atau buruh tani kelompok jasa tanam padi. Keberadaan dan keterampilan kelompok jasa tanam sangat menentukan terhadap penerapan teknologi Jarwo 2:1 di tingkat lapangan. Salah satu upaya agar penyebaran jajar legowo 2:1 dapat berlangsung secara cepat yaitu disebarkan melalui tenaga kerja jasa tanam yang melakukan kegiatan penanaman padi di lahan petani. Agar kelompok jasa tanam terampil dalam menerapkan tanam jajar legowo 2:1 diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja jasa tanam melalui pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan tanam jajar legowo 2:1 terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok jasa tanam padi. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Subang pada musim tanam MK.I 2015, dengan Metode sebelum (before) dan Sesudah (after),pengumpulan data dilakukan terhadap 15 orang responden jasa tanam padi dan analisis data menggunakan uji-t untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan skor pengetahuan rata-rata setelah pelatihan yaitu sebesar 0,56 poin (4,66%) dan hasil perhitungan menunjukan nilai [t- hitung] < t-tabel = - 3,8656< 2,120, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Pelatihan tanam jajar legowo 2:1 meningkatkan keterampilan jasa tanam yaitu dapat mengurangi waktu tanam selama 46 menit dari waktu tanam sebelum mendapatkan pelatihan, karena jasa tanam terampil maka akan terjadi efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja tanam.
- ItemEfektivitas Pelatihan Tanam Jajar Legowo 2:1 Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Kelompok Jasa Tanam Padi Di Kabupaten Subang Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Kurnia; Sunandar, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Implementasi penerapan teknologi tanam Jarwo 2:1 di lapangan dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya petani dan atau buruh tani kelompok jasa tanam padi. Keberadaan dan keterampilan kelompok jasa tanam sangat menentukan terhadap penerapan teknologi Jarwo 2:1 di tingkat lapangan. Salah satu upaya agar penyebaran jajar legowo 2:1 dapat berlangsung secara cepat yaitu disebarkan melalui tenaga kerja jasa tanam yang melakukan kegiatan penanaman padi di lahan petani. Agar kelompok jasa tanam terampil dalam menerapkan tanam jajar legowo 2:1 diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja jasa tanam melalui pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan tanam jajar legowo 2:1 terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok jasa tanam padi. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Subang pada musim tanam MK.I 2015, dengan Metode sebelum (before) dan Sesudah (after), pengumpulan data dilakukan terhadap 15 orang responden jasa tanam padi dan analisis data menggunakan uji-t untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan skor pengetahuan rata-rata setelah pelatihan yaitu sebesar 0,56 poin (4,66%) dan hasil perhitungan menunjukan nilai [t-hitung]
- ItemInventarisasi jenis tanaman sayuran dan pemanfaatannya pada kebun bibit desa di kabupaten ciamis(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Kurnia; Surdianto, Yanto; BPTP Jawa BaratKebun bibit desa (KBD) adalah merupakan tempat yang berfungsi untuk memasok kebutuhan benih tanaman pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Kebun bibit desa ini dikelola oleh kelompok wanita tani (KWT) beserta anggotanya. Kegiatan yang ada di kebun bibit desa diantaranya persemaian, pembumbunan, penyiapan media tanam, pemindahan tanaman ke polibag, pembuatan kompos, pemeliharaan tanaman, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, dan perbanyakan benih. Pengkajian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tanaman yang dimanfaatkan di kebun bibit desa. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Ciamis pada bulan Maret 2015. Pengkajian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa tanaman sayuran buah (46,5%) dan sayuran daun (39,1%) merupakan jenis tanaman yang banyak diproduksi di kebun bibit desa. Tanaman yang diproduksi merupakan tanaman yang banyak perminataan dari anggota kelompok.
- ItemKemampuan Produksi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Di Kabupaten Garut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Kurnia; Sujitno, Endjang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Uji daya hasil beberapa varietas unggul baru padi sawah telah dilakukan untuk mengetahui keragaan sifat agronomis dan potensi hasilnya di Kabupaten Garut. Uji daya hasil dilakukan pada MKI dilaksanakan di Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut. Waktu pelaksanaan yaitu pada musim tanam MK I 2015 mulai bulan Juni sampai dengan Oktober 2015. Lahan yang digunakan seluas 1 ha atau masing-masing 0,25 ha per varietas. Lokasi pengkajian berada pada ketinggian 0-400 m dpl. Varietas unggul baru padi sawah yang digunakan adalah Inpari 30, 31, 32, dan 33. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan diulang sebanyak 7 kali. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa produktivitas paling tinggi adalah Inpari 30 sebesar 7,21 ton/ha, selanjutnya Inpari 32 sebesar 6,18 t/ha, Inpari 33 sebesar 6,17 t/ha dan Inpari 32 sebesar 6,11 t/ha.
- ItemKeragaman budidaya padi salibu di kabupaten sumedang(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Kurnia; Liferdi; BPTP Jawa BaratBudidaya padi salibu merupakan teknik budidaya padi sawah yang memanfaatkan tunggul jerami sisa pemotongan proses panen sebagai sumber pertumbuhan tunas yang baru. Budidaya padi salibu mempunyai keuntungan karena menghilangkan proses pengolahan tanah dan pembuatan persemaian. Namun budidaya padi salibu juga akan menghilangkan masa bera, masa bera mempunyai fungsi dalam memutus siklus hama dan penyakit tanaman. Pengkajian ini bertujuan untuk menguji teknologi budidaya padi salibu di wilayah Jawa Barat. pengkajian dilaksanakan di Kelompok Tani Kadu, Desa Cibeureum Kulon, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, waktu pelaksanaan pengkajian dari bulan April sampai Agustus 2017. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas padi salibu varietas IR64 sebesar 3,04 ton/ha menurun bila dibandingkan produktivitas tanaman pokoknya pada musim sebelumnya sebesar 5,5 ton/ha.
- ItemPenerapan inovasi teknologi pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan di kabupaten ciamis(BPTP Jawa Barat, 2017-09-12) Kurnia; Surdianto, Yanto; BPTP Jawa BaratKegiatan pada kawasan rumah pangan lestari sebagian besar merupakan budidaya yang berbasis tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman obat. Untuk mendukung kegiatan tersebut diperlukan inovasi teknologi budidaya sayuran. Berbagai inovasi teknologibaik yang berasal dari Badan Litbang Pertanian maupun pihak lain, bisa digunakan asal sesuai dengan kondisi wilayah tersebut. Identifi kasi dilaksanakan di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Waktu pengkajian yaitu dari bulan April sampai Mei 2015. Hasil identifi kasi menunjukkan bahwa diperlukan inovasi teknologi untuk mendukung kegiatan pemanfaatan pekarangan. Inovasi teknologi budidaya tanaman dari mulai persemaian hingga panen sangat diperlukan oleh anggota KRPL. Teknologi lain yang mendukung kegiatan budidaya seperti pembuatan pupuk organik dan irigasi tetes juga diperlukan