Browsing by Author "Izhar Khairullah"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemPadi Lokal Pasang Surut Siap Bersaing(Balittra, 2019) Izhar Khairullah; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBeragam varietas lokal di lahan pasang surut baik di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan ditemui dengan berbagai nama daerahnya. Penamaan bisa berdasarkan sifat khusus tanaman seperti ukuran gabah, warna gabah, banyaknya bulir pada malai, dan lain sebagainya. Dr. Izhar Khairullah, Peneliti pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) mengkompilasinya dengan beberapa kelompok nama seperti Siam, Bayar, Pandak, dan Lemo. Balittra saat ini memiliki 124 asesi plasma nutfah padi lokal yang berasal dari ekosistem rawa. Varietas padi yang adaptif di lahan rawa pasang surut, khususnya sulfat masam, berpotensi mengandung kadar Besi (Fe) dan Seng (Zn) yang tinggi karena lingkungan tumbuhnya kaya dengan Fe dan Zn tersebut. Pada umumnya varietas lokal padi pasang surut adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh tersebut sehingga mengandung Fe dan Zn yang tinggi dalam berasnya.
- ItemPENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN TANAMAN PADI DI LAHAN RAWA: KASUS DESA JEJANGKIT MUARA, KABUPATEN BARITO KUALA, KALIMANTAN SELATAN(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Muhammad Noor; Izhar Khairullah; Hendri SosiawanPemerintah, sejak tahun 2017 melalui Kementerian Pertanian menargetkan optimalisasi lahan rawa seluas 1 juta hektar untuk pengembangan tanaman pangan, khususnya padi. Padahal luas lahan rawa yang sesuai untuk pengembangan pertanian ditaksir sekitar 19,19 juta hektar. Dari luasan tersebut pemerintah telah melakukan pembukaan lahan rawa baru sekitar 1,2 juta hektar dan yang dibuka secara swadaya oleh masyarakat setempat sekitar 3 juta hektar. Secara historis, lahan rawa sudah dimanfaatkan untuk pertanian sejak abad ke-13 pada zaman Kerajaan Majapahit yang dilanjutkan kemudian oleh Belanda pada abad ke-18 sebagai daerah koloni untuk memperluas kekuasaannya di bumi Nusantara. Bukti-bukti ini dapat dilihat pada bangunan Polder di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Lahan rawa tersebar di 18 provinsi atau sekitar 300 daerah kabupaten dan kota. Bahkan terdapat tujuh daerah kabupaten yang daratannya didominasi lahan rawa sehingga kehidupan dan sumber pendapatan masyarakatnya bertumpu pada pemanfaatan rawa. Sekarang telah muncul kota-kota pesisir dan daratan rawa yang berkembang menjadi pusat-pusat sentra pertumbuhan ekonomi dan masyarakat seperti Banjarmasin, Palembang, Palangka Raya, Pontianak
- ItemPROSPEK PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2022) Izhar Khairullah; Muhammad AlwiLahan rawa pasang surut saat ini dan yang akan datang akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan produksi padi, selain lahan irigasi dan tadah hujan. Potensi luasan lahan rawa pasang surut di Indonesia ditaksir sekitar 8,92 juta hektare yang sebagian berpotensi untuk pengembangan pertanian guna mendukung upaya peningkatan produksi pangan nasional pada masa mendatang (Ritung, et al., 2015; BBSDLP, 2018). Produktivitas lahan rawa termasuk rawa pasang surut sangat rendah sehingga kontribusi lahan rawa pasang surut terhadap produksi pangan nasional masih sangat rendah (diperkirakan hanya 5%) dibandingkan dengan tipologi lahan lainnya. Apabila dikelola secara baik, benar, tepat, dan holistik lahan rawa pasang surut dapat berkontribusi nyata terhadap upaya peningkatan produksi pangan nasional. Hampir 90% (1,05 juta hektare) dari total luas lahan rawa pasang surut yang menerapkan sistem budi daya dengan indeks pertanaman (IP) 100 di mana produktivitasnya sekitar 4-5 ton GKG/ha sehingga dapat menyumbang terhadap produksi padi nasional sekitar 4-5 juta ton GKG/tahun (Subagio, et.al., 2016; Noor dan Maftu'ah, 2020)