Browsing by Author "Hidayanto, Muhamad"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Amfibi(BPTP Kaltim, 2016) Rizal, Muhammad; Hidayanto, Muhamad; BPTP Kaltim
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Infago(BPTP Kaltim, 2016) Rizal, Muhammad; Hidayanto, Muhamad; BPTP Kaltim
- ItemDukungan Inovasi Pertanian Di Kabupaten Nunukan Di Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara(BPTP KALTIM, 2017) Nurbani; Amin, Muhammad; Hidayanto, Muhamad; Banu P, Wawan; Rizal Ramdani, Dadang; BPTP KALTIMPembangunan pertanian yang berkelanjutan pada prinsipnya adalah pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah pada upaya perbaikan mutu hasil pertanian, peningkatan kesejahteraan petani, dan perbaikan lingkungan hidup. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem usaha tani yang terpadu, dengan mengoptimalkan segenap potensi yang ada. Pendampingan inovasi pertanian di kawasan perbatasan Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan yaitu pendampingan komoditas padi adan, yang mana padi tersebut merupakan komoditi yang sangat terkenal di kawasan perbatasan terutama di negara tetangga Malaysia dan Brunai Darussalam. Padi adan ini sudah biasa ditanam secara turun temurun oleh masyarakat perbatasan (dayak) dan telah mendapat sertifikasi indek geografis (SIG). Padi adan termasuk padi lokal krayan, berumur panjang ± 6 bulan, rasa nasi pulen dan aromatik, produktivitasnya rendah sekitar 1,5- 2 ton GKP/ha. Teknologi budidaya padi yang diusahakan oleh petani masih sangat sederhana. Dukungan inovasi pertanian di Kabupaten Nunukan di kawasan perbatasan Kalimantan Utara bertujuan : (1). Penerapan model usahatani padi adan pada lahan sawah tadah hujan dataran tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani, (2). Penerapan pola tanam jawor 2:1 padi adan melalui inovasi teknologi, berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hasil demplot kegiatan dukungan inovasi pertanian antara lain: (1).Dukungan inovasi teknologi pertanian di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan adalah pendampingan komoditas padi adan organik yang dilakukan di 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Krayan Induk, Krayan Barat dan Krayan Timur masing-masing 15 (lima belas) orang petani pelaksana, dengan masing-masing luas tanam 1 (satu) ha dengan pola tanam jajar legowo 2:1 (20:40) x 10 cm. (2). Pendampingan dan bimbingan teknis (bimtek) telah dilakukan yaitu bimtek pembuatan pupuk organik dengan mengunakan MOL (Mikro Organisme Lokal), serta pestisida nabati dengan mengunakan akar tuba. (3). Hasil pendampingan demplot dukungan inovasi teknologi pertanian (Jarwo) di Kecamatan Krayan Induk pertumbuhan vegetatif yaitu rata-rata tinggi tanaman 151,87 cm, jumlah anakan 13,20, jumlah anakan produktif 12,53. Sedangkan cara petani rata-rata tinggi tanaman padi adan 110,53 cm, jumlah anakan 9,20 dan jumlah anakan produktif 8,07. Begitu pula di Kecamatan Krayan Barat rata-rata pertumbuhan vegetatif (jarwo) tinggi tanaman padi adan 166,27 cm, jumlah anakan 12,00 dan jumlah anakan produktif 11,73 berbanding cara petani tinggi tanaman 147,27 cm, jumlah anakan 7,53 dan jumlah anakan produktif 7,40. Di Kecamatan Krayan Timur rata-rata pertumbuhan vegetatif (jarwo) tinggi tanaman 135,80 cm, jumlah anakan 11,13 dan jumlah anakan produktif 10,20 berbanding cara petani rata-rata tinggi tanaman padi 114,87 cm, dengan jumlah anakan 6,07 dan jumlah anakan produktif 5,67. (4). Berdasarkan analisa usahatani padi adan antara demplot dibandingkan cara petani non demplot, dengan penambahan biaya produksi sebesar Rp. 2.100.000,- dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp. 15.540.000,- atau 60,29 % (5). Penerapan jajar legowo 2:1 dapat meningkatkan produktivitas GKP rata-rata sebesar 800 kg atau 53,33 %, dari 1500 kg/ha menjadi 2.300 kg.ha. (6). Jika produktivitas rata-rata meningkat sebesar 800 kg GKP/ha dengan luas lahan sawah di Kecamatan Krayan 3.466 ha, maka terjadi peningkatan sebesar 2.773 ton GKP atau setara dengan beras sebesar 1.747 ton.
- ItemHama Tanaman Kedelai(BPTP Kaltim, 2016) Handayani, Fitri; Rizal, Muhammad; Hidayanto, Muhamad; BPTP Kaltim
- ItemKoordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi Upsus PJK dan Komoditas Utama Kementan(BPTP KALTIM, 2017) Hidayanto, Muhamad; Munawarah, Tarbiyatul; Purnamasari, Muryani; Nastiti P, Dhyani; Fiana, Yosita; Witardoyo, Dian; Sumarmiyati; Banu P, Wawan; Dewi, Rina; BPTP KALTIMPemenuhan kebutuhan bahan pangan bagi rakyat merupakan tugas negara yang tidak ringan. Kabinet Kerja era pemerintahan Jokowi menetapkan Swasembada Berkelanjutan padi dan jagung serta Swasembada Kedelai harus dicapai pada tahun 2017. Pada tahun 2017, lewat penambahan anggaran diharapkan mampu meningkatkan produktivitas di sektor pertanian khususnya pada 3 komoditas utama yakni padi, jagung, dan kedelai (Pajale). Tujuan kegiatan pendampingan/ pengawalan upaya khusus (Upsus) Pajale di Kalimantan Timur, yaitu : (1) Monitoring kegiatan bantuan dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana, (2) Melaporkan luas tambah tanam (LTT) padi, jagung, dan kedelai, (3) Melaksanakan koordinasi dengan Kabupaten/Kota, dan (4) Memberikan Bimbingan Teknis dan Dukungan Teknologi Balitbangtan. Hasil pendampingan yaitu : (1) Kegiatan perbantuan, perluasan lahan pertanian (cetak sawah) yaitu seluas 1.529 ha di Kab. Paser, Berau, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara dan Kutai Timur; (2) Capaian realisasi Luas Tambah Tanam (LTT) Padi MT Oktober – Maret 2016/2017 dan MT April - September 2017 Prov. Kaltim yaitu masing-masing 63,04% dan 101,42%. Sedangkan capaian terhadap sasaran Kaltim tahun 2017 yaitu 82,23%; (3) Sinergisme lintas sektor melalui Gerakan Operasi Khusus Percepatan tanam di daerah sentra padi dalam rangka keserempakan tanam di Kab. PPU dapat mendongkrak LTT hingga 42% sehingga gerakan tsb perlu direplikasi di kabupaten lainnya; (4) Introduksi Varietas Unggul Baru (VUB) padi sawah dan padi gogo Balitbangtan (Inpari 29, 30, 32, 33; Inpara 2; dan Inpago 5 dan 8 serta Situ Bagendit) di 7 Kabupaten/Kota terjadi peningkatan produktivitas sehingga meningkatkan minat petani dalam menggunakan varietas unggul; (5) Monitoring OPT di lapangan pada komoditas padi masih aman (serangan OPT masih dibawah ambang batas; (6) Serapan gabah oleh Bulog pada tahun 2017 yaitu 23,26% (7.238 ton); (7) Gerakan panen telah dilaksanakan pada bulan Desember 2017 di 4 Kab/kota, yaitu Kab. PPU, Kutai Kartanegara, Paser, dan Samarinda dengan luas 400 – 500 ha, produktivitas rata-rata 4 – 4,5 ton GKP. Kata kunci : Upsus, padi, jagung, Kaltim, LTT, VUB
- ItemPengelolaan Sumberdaya Genetik Terkoleksi dan Terdokumentasi(BPTP Kaltim, 2017) Sumarmiyati; Handayani, Fitri; Nurbani; Fiana, Yossita; Pebriyadi, Bachrian; Hidayanto, Muhamad; BPTP Kaltim
- ItemPengembangan Pertanian-Bioindustri Berbasis Sapi-Sawit Di Kalimantan Timur(BPTP KALTIM, 2017) Nastiti P, Dhyani; Hidayanto, Muhamad; Gloriana G, Sionita; Pamuji Rahayu, Sriwulan; Karsadi; BPTP KALTIMIntegrasi sapi - sawit memiliki potensi besar untuk pengembangan bioindustri, baik berupa bioindustri pakan ternak maupun pupuk organik. Potensi pengembangan bioindustri dalam sistem integrasi sapi - sawit,membutuhkan tiga hal utama yaitu ketersediaan input produksi, tantangan yang harus dihadapi dan solusi atas tantangan serta dukungan kebijakan secara total oleh pemerintah. Pesatnya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur akan berdampak melimpahnya limbah yang dihasilkan. Limbah pengolahan kelapa sawit memiliki potensi nutrisi yang tinggi sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan tanaman, disamping sebagai pupuk organik, limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pakan. Dengan demikian teknologi pemanfaatan limbah sawit ini perlu diintroduksikan dengan pengembangan sapi, sehingga dikembangkan melalui sebuah model pengembangan bioindustri yang aplikatif dan memberikan nilai tambah kepada petani sawit di sentra perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Tujuan : 1) Meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan sapi potong sebagai komoditas utama; 2) Mengembangkan produk pakan ternak bermutu tinggi dari bahan limbah sawit; 3) Mengembangkan produk biofertilizer dari limbah ternak sapi sebagai pupuk organik padat dan cair (bio urine); 4) Mengembangkan produk energi alternatif terbarukan biogas dari limbah ternak sapi; dan 5) Pemberdayaan kelompok tani dalam melaksanakan agribisnis berbasis integrasi sapi-sawit. Lokasi kegiatan di Kabupaten Kutai Timur Kecamatan Rantau Pulung, dengan pertimbangan wilayah tersebut dekat dengan pabrik pengolahan kelapa sawit, dan dilaksanakan pada tahun 2015. Hasil sementara kegiatan adalah : 1) Populasi sapi potong meningkat 55% dan kebuntingan sapi betina sekitar 25%, serta bobot ternak sapi meningkat sekitar 20%. Kebuntingan yang menurun karena induk sapi masih menyusui pedet; 2) Limbah sawit yang saat ini dapat dimanfaatkan sebagai produk pakan ternak bermutu tinggi adalah bungkil inti sawit dan pelepah sawit sebagai silase; 3) Produk biofertilizer dari limbah ternak sapi sebagai pupuk organik padat adalah kompos dan cair adalah bio urine, untuk kompos dilakukan perbaikan kemasan; 4) Produk energi alternatif terbarukan biogas dari limbah ternak sapi; dan 5) Pemberdayaan kelompok tani dalam pelaksanaan pengembangan model bioindustri dengan pertemuan rutin dan pelatihan.
- ItemPengkajian Budidaya Padi Melalui Pengelolaan Lahan dan Air di Lahan Rawa Pasang Surut(BPTP Kaltim, 2017) Hidayanto, Muhamad; Muhammad Noor; Fiana, Yossita; Witardoyo, Dian; Darwin; BPTP Kaltim
- ItemPotensi jeruk borneo prima untuk pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Timur(BB Biogen, 2013-12) Hidayanto, Muhamad; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPada tahun 2007, petani jeruk di Kalimantan Timur dikenalkan dengan varietas baru jeruk keprok lokal yang dapat tumbuh dan menghasilkan buah dengan warna orange (tidak seperti biasanya jeruk keprok dataran rendah yang berwarna hijau) di dataran rendah pada ketinggian ± 50 m di atas permukaan laut. Daerah asal jeruk keprok lokal yang diberi nama Jeruk Borneo Prima adalah Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Jeruk Keprok Borneo Prima ini merupakan buah-buahan endemik yang hanya terdapat di Kabupaten Kutai Timur, sehingga jika tidak dilestarikan, tanaman ini akan cepat punah, padahal potensi tanaman ini cukup besar untuk bisa mendukung program pengembangan buah-buahan nasional. Ciri khas jeruk ini adalah warnanya kuning, tekstur daging buahnya yang empuk, dan rasanya sedikit lebih asam sehingga menimbulkan kesegaran yang lebih dibandingkan jeruk siam atau jenis jeruk lainnya. Kesesuaian lahan di Kecamatan Rantau Pulung untuk tanaman jeruk termasuk kurang sampai cukup sesuai. Jeruk Borneo Prima sampai saai ini telah dikembangkan di berbagai wilayah, terutama dalam rangka mendukung program pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Timur. Jeruk Borneo Prima juga telah dikembangkan dalam areal cukup luas di Kabupaten Paser, di lokasi pengembangan Kawasan Hortikultura. Untuk mendukung pengembangan tanaman kawasan hortikultura terutama tanaman jeruk borneo prima di Kalimantan Timur, juga dilakukan pendampingan oleh oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur melalui kegiatan model Pengembangan Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI).
- ItemPupuk Organik Cair(BPTP Kaltim, 2015) Bariroh, Nur Rizqy; Rizal, Muhammad; Hidayanto, Muhamad; BPTP Kaltim
- ItemTeknologi Sederhana Pengelolaan Tata Air di Lahan Pasang Surut(BPTP Kaltim, 2017) Hidayanto, Muhamad; Witardoyo, Dian; BPTP Kaltim