Browsing by Author "Hamka"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemIntensitas Serangan Hama Tikus (Rattus-rattus dan Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata) pada 3 Tipe Iklim yg Berbeda di Sulawesi Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Fattah, Abdul; Hamka; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSulawesi Selatan merupakan salah satu sentra pengembangan padi di Indonesia dengan pontensi lahan sekitar 600.393 ha. Lahan tersebut tersebar di tiga tipe iklim yang berbeda. Perbedaan tipe iklim tersebut akan mempengaruhi serangan hama dan penyakit pada padi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan dua hama utama padi R. argentiventer dan S. innotata pada tiga tipe iklim yang berbeda di Sulawesi Selatan. Kajian ini dilaksanakan di 6 kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bone dan Bulukumba mewakili wilayah Sektor Timur, Kabupaten Takalar dan Maros mewakili Wilayah Sektor Barat, dan Kabupaten Luwu Timur dan Tator mewakili Wilayah Sektor Peralihan. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa luas serangan penggerek batang padi putih tertinggi pada tahun 2010 (6.228 ha) dengan curah hujan yang tinggi (304,90 mm/ha) dan luas serangan tikus tertinggi pada tahun 2006 (1.429 ha) dengan kondisi curah hujan yang rendah (163,1 mm/thn. Pada Wilayah sektor Barat, luas serangan penggerek batang padi putih tertinggi pada tahun 2010 (638 ha) dengan curah hujan yang tinggi (335,7 mm/thn) dan luas serangan hama tikus tertinggi pada tahun 2006 (622 ha) dengan curah hujan hanya 201 mm/thn. Untuk sektor Peralihan, luas serangan penggerek batang padi putih tertinggi pada tahun 2007 (1.481 ha) dengan curah hujan yang tinggi 537 mm/thn dan luas serangan hama tikus tertinggi pada tahun 2010 (3.457 ha) dengan curah hujan yang tinggi 645 mm/thn. Intensitas serangan hama penggerek batang padi putih di Wilayah Sektor Timur tertinggi pada tahun 2009 (40.6%) seiring dengan penurunan curah hujan yang hanya sampai 127.7 mm/thn. Berbeda halnya di Wilayah Sektor Barat, intensitas serangan penggerek batang padi putih tertinggi pada tahun 2008 (40.19%), sedangkan di Wilayah Sektor Peralihan, intensitas serangan penggerek batang padi putih tertinggi tahun 2007 (40.7%) yang mana pada saat itu tingkat curah hujan mengalaimi kenaikan dari 365 menjadi 537 mm/thn. Intensitas serangan tikus pada wilayah sektor Timur tertinggi (45%) pada tahun 2008 yang mana curah hujan mengalami kenaikan dari 178,4 menjadi 240,4 mm/thn. Hal yang sama juga terjadi di Wilayah Sektor Barat, intensitas tertinggi pada 2008 (40,19%) seiring dengan peningkatan curah hujan dari 254,3 menjadi 273,3 mm/thn. Intensitas serangan hama tikus di wilayah Sektor Peralihan tertinggi pada tahun 2010 (48,80%).
- ItemKajian Pupuk Organik Cair “Urine Sapi” Pada Tanaman Padi di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Suwitra, I Ketut; Syamsyah G; Juradi, M. Afif; Hamka; Jonni; Nurlia; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiStatus bahan organik pada lahan sawah di Sulawesi Tengah berada dalam taraf sangat rendah hingga rendah (C-organik < 2%), sehingga dibutuhkan asupan bahan organik yang mudah diaplikasikan dan tersedia secara kontinyu. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang diberi pupuk organik cair (POC) “Urine Sapi” dan kelayakan usahanya. Kajian dilaksanakan di Desa Bahagia Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah pada MT I Bulan Oktober 2012 hingga Januari 2013. Tiga perlakuan yang diujikan yaitu penggunaan POC “urine sapi” yang telah difermentasi, POC Urine Sapi + ½ dosis anjuran (urea dan phonska) dan Kontrol (urea dan phonska sesuai rekomendasi setempat) masing-masing seluas ¼ ha. Kajian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dan diulang sebanyak sebanyak enam kali. Aplikasi POC dilakukan sebanyak lima kali dengan cara disemprotkan pada tanaman padi varietas Cigeulis. Peubah yang diamati adalah : respon tanaman padi terhadap pemberian pupuk dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) yang diamati pada umur 25, 35 dan 45 hari setelah tanam (hst), tinggi tanaman, anakan produktif, hasil ubinan dan tingkat serangan hama dan penyakit. Hasil kajian menunjukkan bahwa respon tanaman padi terhadap N mulai nampak pada pengamatan 25 hst pada perlakuan POC “urine sapi”, sedangkan pada perlakuan POC + ½ dosis anjuran dan kontrolnampak pada 45 hst. Penggunaan POC + ½ dosis anjuranmemberikan hasil yang nyata lebih tinggi terhadap jumlah anakan produktif (23 rumpun) dan hasil ubinan (7,4 ton/ha) dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Penggunaan POC + ½ dosis anjuran sangat layak untuk dikembangkan dengan nilai R/C ratio 3,44.