Browsing by Author "Gunawan, Indra"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemPengaruh Dosis Urea Terhadap Perkembangan Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) Pada Varietas Inpari 13(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Iswanto, Eko Hari; Munawar, Dede; Rahmini; Gunawan, IndraNitrogen yang terdapat pada pupuk urea merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman padi. Namun, unsur tersebut berpengaruh terhadap perkembangan wereng coklat dalam beradaptasi terhadap varietas tahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk urea terhadap perkembangan wereng coklat pada varietas Inpari 13. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi pada tahun 2015. Penelitian menggunakan rancangan acal lengkap faktorial dengan 5 ulangan, faktor pertama adalah tingkat dosis urea sedangkan faktor kedua adalah varietas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup nimfa pada varietas tahan Inpari 13 berkorelasi positif dengan dosis urea. Pada Dosis 0, 200 dan 400 Kg/ha persentase hidup nimfa berturut-turut sebesar 66, 74 dan 80%. Jumlah keturunan wereng coklat juga meningkat seiring dengan peningkatan dosis urea pada tanaman, baik pada varietas rentan maupun varietas tahan. Pada varietas TN1, jumlah keturunan pada dosis urea 400 kg/ha mencapai 2,5 kali lipat dibanding kontrol (dosis 0 kg/ha), sedangkan pada varietas Inpari 13 mencapai lebih dari 1,5 kali lipat
- ItemPerkembangan Populasi Wereng Coklat (Nilaparvata lugens STAL) Pada Galur-galur Padi Ultra Genjah Saat Musim Kemarau di Lahan Irigasi di Indramayu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Hari Iswanto, Eko; Nuryanto, Bambang; Susanto, Untung; Gunawan, IndraVarietas ultra genjah (umur < 90 hari) bermanfaat untuk menambah indeks pertanaman serta memperbesar peluang untuk escape dari cekaman spesifik terprediksi karena dapat dijadualkan agar tanaman telah dipanen ketika cekaman datang. Penambahan karakter tahan wereng terhadap varietas ultra genjah akan memberikan pemecahan ganda untuk hal diatas dan sekaligus meredam perkembangan wereng coklat di daerah endemis. Penelitian perkembangan populasi wereng coklat pada galur-galur ultra genjah di lapang akan memberikan gambaran ketahanan galur-galur tersebut di areal-areal yang targetkan nantinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi wereng coklat pada 10 galur ultra genjah beserta 2 varietas cek yang ditata dalam rancangan acak kelompok 4 ulangan yang ditanam di Sukra, Indramayu pada musim kemarau 2014. Serangan wereng terjadi di seputar areal percobaan mulai stadia pesemaian hingga panen. Pengendalian kimia terkendali dilakukan ketika populasi wereng telah mencapai ambang ekonomi. Konfirmasi ketahanan tiap galur dilakukan dengan melakukan skrining modifikasi genotipe-genotipe tersebut di rumah kaca menggunakan populasi wereng dari lokasi percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada stadia anakan, primordia maupun berbunga, populasi wereng coklat pada varietas Inpari 13 lebih rendah dibandingkan dengan semua galur ultra genjah yang diuji. Hasil skrining modifikasi menunjukkan bahwa galur BP14574b-27-3-IM-3-2*B dan varietas Inpari 13 yang bereaksi agak tahan terhadap populasi sukra-Indramayu. Sementara itu, galur UG-1, UG-2, C2-1-2- 2, B27-6-2-1 dan BP15618-1b-11 bereaksi agak rentan, sedangkan galur/varietas B13017c-RS*1-5-4-1-1, B13031b-RS*2-2-1-13-2 dan Silugonggo bereaksi rentan. Berdasarkan hasil, umur tanaman, ketahanan terhadap wereng coklat, dan intensitas penyakit kerdil yang terjadi di daerah percobaan ini, galur BP14574b27-3-IM-3-2*B relatif lebih baik dibanding genotipe lain yang diuji
- ItemSistem Tanam Jarwo Ganda(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2019) Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Sujinah; yusup, AsepA Maolana; Gunawan, Indra; Abdulrahcman, sarlan; Wahab, M. IsmailPopulasi tanaman merupakan salah satu faktor penentu hasil yang dapat dicapai ketika panen padi. Penampilan varietas padi pada kondisi jarak tanam lebar dengan cukup hara dan air dapat dianggap sebagai “ekspresi genetik suatu varietas”, sedangkan pada kondisi jarak tanam sempit merupakan ekspresi genetik x lingkungan x pengelolaan. Dengan demikian populasi optimal dapat diperoleh melalui pengaturan sistem penanaman dan jarak tanam (Abdulrachman, 2015). Saat ini pengaturan sistem tanam dan jarak tanam yang populer adalah sistem tanam jajar legowo. Sistem jajar legowo merupakan rekayasa teknologi jarak tanam untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Selain meningkatkan populasi pertanaman, penerapan jajar legowo juga mendukung tanaman untuk dapat berfotosintesa lebih baik. Sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu, upaya pemeliharaan seperti penyiangan gulma pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Sistem tanam legowo yang saat ini berkembang di masyarakat adalah legowo 2:1, legowo 4:1 tipe 1, dan legowo 4:1 tipe 2 yang merupakan rekomendasi BB Padi dan beberapa yang dikembangkan masyarakat seperti legowo 6:1, 8:1 bahkan 10:1. Adanya tuntutan peningkatan produktivitas hingga 15 t/ha, dengan kriteria varietas yang ditanam mampu memberikan anakan produktif 15 per rumpun, 150 gabah per malai, 80% kemampuan pengisian gabah dengan bobot 1000 butir gabah rata-rata 26 gram, mensyaratkan minimal populasi yang diperlukan adalah sekitar 313.725 rumpun per ha. Hal ini dapat dicapai dengan rekayasa jarak tanam jajar legowo 2:1 menjadi jajar legowo ganda.
- ItemSistem Tanam Legowo(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012) Abdulrachman, Sarlan; Agustiani, Nurwulan; Gunawan, Indra; Mejaya, Made Jana; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda). Namun kemudian, pola tanam ini berkembang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman. Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih optimal untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Beragamnya praktek legowo di lapangan menuntut adanya buku acuan penerapan sistem tanam legowo yang benar mulai dari penanaman hingga pengambilan sampel ubinan, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.