Browsing by Author "Fitria, Yul"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Semi Kuantitatif Peluang Masuknya Rabies ke Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau(Balai Veteriner Bukittinggi, 2019) Hartini, Rina; Fitria, Yul; Susanti, Tri; Rahmadani, Ibenu; Krisnandana; Mustiana, Ana; M. Mardani; Jejen S.Pulau Rupat merupakan salah satu pulau terbesar di Kabupaten Bengkalis yang menjadi salah satu tujuan destinasi wisata. Delapan tahun terakhir kasus Rabies sudah tidak pernah dilaporkan. Angka kejadian Rabies di wilayah endemis rabies yang berbatasan langsung dengan Pulau Rupat adalah cukup tinggi sehingga diperlukan penilaian risiko terhadap peluang masuknya rabies ke Pulau Rupat. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan kepadatan lalu lintas dari dan ke Pulau Rupat menjadikan peluang terhadap tertularnya penyakit Rabies. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian/analisis risiko setiap pemasukan/pengeluaran hewan terutama anjing. Pendekatan yang dilakukan dalam kajian ini adalah (1) Focal Group Discussion dengan para ahli (tim kajian epidemiologi) dari berbagai instansi seperti Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Riau, Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis. Pada dasarnya FGD ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor resiko yang memiliki kemungkinan menyebabkan masuknya Rabies ke Pulau Rupat melalui kapal kayu, Spead Boat dan Kapal Roro yang masuk; (2) Pembuatan alur yang melibatkan faktor-faktor resiko yang diperoleh dari hasil FGD; (3) Penilaian semi kuantitatif risiko dengan menggunakan tabel probabilitas. Penilaian risiko secara resmi kuantitatif peluang masuknya Rabies ke Pulau Rupat dari wilayah endemik rabies dari pelabuhan Kota Dumai melalui Moda Transportasi sangat rendah (1,8 x 10-4) atau dapat diabaikan dengan peluang terbesar adalah lewat transportasi kapal kayu. Rekomendasi strategi untuk mempertahankan wilayah Pulau Rupat dari masuknya HPR adalah melakukan KIE pada pelabuhan penyeberangan di pintu masuk di Pulau Rupat dan Kota Dumai, public awarness pada pemilik kapal kayu dan menurunkan dan prevalensi rabies di Kota Dumai diturunkan.
- ItemAplikasi DRIT (Direct Rapid Immunohistochemistry Test) untuk Mendeteksi Antigen Virus Rabies pada Jaringan Otak(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Rahmadani, Ibnu; Fitria, YulRabies merupakan salah satu penyakit hewan yang memberikan efek secara langsung bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil pengujian laboratorium merupakan dasar pemberian Vaksin anti rabies bagi manusia yang tergigit HPR, namun tidak semua daerah mempunyai laboratorium yang mampu melakukan pengujian rabies. dRIT (direct Rapid Immuohistochemistry Test) merupakan metode pengujian antigen virus rabies yang tanpa menggunakan mikroskop fluoresen yang sudah direkomendasikan oleh OIE. 60 (enam puluh) otak anjing tanpa pengawet yang diduga terinfeksi virus rabies digunakan sebagai sampel. Dilakukan pembuatan preparat ulas otak lalu difiksasi dalam Buffer Formalin 10%, lalu direaksikan dengan mouse anti rabies Biotinilated (Ab.Com.China) dan streptavidin peroksidase (dako). Hasil pengujian divisualisasikan dengan menggunakan substrat AEC (amino-9-ethyl carbazole) kemudian diamati dengan mikrokop cahaya. Hasil pengujian menunjukkan, 60 sampel yang diuji menunjukkan 45 sampel positif antigen virus rabies dan 15 sampel negatif virus rabies. Pengujian dRIT jika dibandingkan dengan uji dFAT menunjukkan sensitifitas dan spesifisitas sebesar 100%. Metode dRIT dapat diterapkan untuk pengujian antigen virus rabies di laboratorium yang tidak memiliki mikroskop fluoresens.
- ItemDeteksi Antibodi Rabies pada Sapi dan Kambing Kasus Gigitan HPR (Hewan Pembawa Rabies) Pasca Divaksin Rabies di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Fitria, Yul; Zulfanedi, Yoli; Putri, Rahmi EkaTelah terjadi gigitan anjing terduga rabies pada 16 ekor sapi dan 1 ekor kambing di Nagari Pulau Mainan, Kecamatan Koto Salak, kabupaten Darmasraya, propinsi Sumatera Barat, tanggal 17 Oktober tahun 2017. Gigitan pada daerah hidung. Pertolongan pertama pada hewan dilakukan vaksinasi dengan vaksin yang tersedia sebagai vaksin antirabies. Penyuntikan dilakukan 3 kali secara intramuskular pada hari ke 0, 7, dan 14 (sapi) sedangkan kambing 1,7 dan 14. Pengambilan serum darah dilakukan pada hari ke 0, 7, 14 dan 120. Dilakukan pengujian deteksi antibodi rabies dengan metode RFFIT (Rapid Fluorescent Foci Inhibition Test) pada seluruh sampel. Ditemukan antibodi pada sapi dengan nilai 0,5 dan >2 IU/ml. 2 ekor sapi mati 20 hari setelah gigitan dengan gejala agresif dan hipersalivasi, kambing mati setelah 23 hari pasca gigitan. Kesimpulan tindakan pada ternak pasca gigitan HPR bisa dilakukan penyuntikan Vaksin dengan suntikan pada hari 0,7 dan 14 pasca gigitan dan pengukuran titer antibodi dengan metoda RFFIT.
- ItemDeteksi Peste Des Petis Ruminants (PPR) Virus dengan Metode ELISA (ENZYME-LINKED IMUNOSORBENT ASSAY)(Balai Veteriner Bukittinggi, 2016) Martdeliza; Fitria, Yul; Febrianto, Niko; Sri, Wilna; desmira VM; Rahmi EP; Nurwan, Rio; AzfirmanPeste Des Petis Ruminants (PPR) adalah penyakit menular yang menyerang kambing dan domba. Penyakit ini merupakan Penyakit Mulut dan Kuku, Bluetongue dan Rinderpest. Masa inkubasi 3-6 hari, gejala klinis berupa demam mendadak, depresi berat, kehilangan nafsu makan. Cairan hidung mucopurulen, diare berat dan busuk. Agen penyebab penyakit PPR adalah virus Peste des Petits Ruminants (PPRV) yang termasuk kedalam genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Mulai dari Tahun 2015 Balai Veteriner Bukittinggi melaksanakan pengambilan sampel serum kambing untuk diperiksa terhadap penyakit PPR. Hasil pengujian terdeteksi titer antibodi terhadap PPRV dari serum yang berasal dari Kota Jambi, Kota Pekanbaru, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam dan Kota Batam. Hal ini menunjukkan bahwa kambing-kambing seropositif tersebut pernah terpapar virus PPR. Untuk konfirmasi perlu dilakukan isolasi dan identifikasi virus PPR, sehingga laboratorium perlu mengembangkan kemampuan baik dalam hal fasilitas maupun SDM sehingga mampu melaksanakan pengujian tersebut.
- ItemEkologi dan Studi Demografi Anjing dalam Upaya Persiapan Program Pembebasan Rabies di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Hartini, Rina; Fitria, Yul; Rahmadani, Ibenu; Krisnandana; Putra, A.A. Gde; Susetya, Heru; Mardani, M.; S, JejenPulau Rupat merupakan salah satu pulau terbesar di Kabupaten Bengkalis yang menjadi salah satu tujuan destinasi wisata. Delapan tahun terakhir kasus Rabies sudah tidak pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi populasi dan study awal demografi anjing dalam upaya program pembebasan Rabies di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis. Kajian observasional ini dilaksanakan pada 379 responden yang terpilih secara random sederhana pada 13 desa yang tersebar di Kecamatan Rupat 263 (68%) orang dan Rupat Utara 121 (32%) orang. Analisis data di lakukan secara deskriptif menggunakan Microsoft Offi ce excel 2013. Perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah anjing adalah 14:1, jika di konversikan dengan jumlah penduduk diperoleh estimasi populasi anjing yaitu berjumlah 3.421 ekor, maka tingkat kepadatan anjing di Pulau Rupat diperkirakan hanya 2 ekor per km2 (3.421 ekor/ 1524.9 km2 luas wilayah). Mayoritas responden memiliki kondisi rumah tanpa pagar (382; 99%). Rata-rata tingkat kepadatan anjing berpemilik sebanyak (0,31±0,10) ekor. Cara masyarakat memelihara anjing dengan dilepas (54; 92%). Tujuan masyarakat memelihara anjing sebagian besar untuk menjaga rumah (52; 88%). Perbandingan rata rata jumlah anjing betina dengan jumlah anjing jantan adalah (1:2,5). Secara keseluruhan anjing berdasarkan kategori umur, anjing anak ≤ 6 bulan sebanyak (28; 23%), umur muda (7-12 bulan) (18; 15%), dan umur dewasa (>12 bulan) (78; 63%). Kelahiran bayi anjing di terjadi pada Desember sampai dengan Mei sebesar (81; 80%) dan Juni sampai dengan November sebesar (20; 20%). Musim kawin anjing banyak terjadi di bulan Februari (23;22,7%) dan di bulan September (38;37%), pada masa waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan program vaksinasi massal. Faktor resiko masuknya rabies ke pulau Rupat daeri daerah endemis adalah terdapatnya lalu lintas anjing dari luar desa sebanyak (78; 20%) dan kegiatan bisnis jual beli anjing sebanyak (2; 1%). Gambaran bioekologi anjing ini sangat bermanfaat dalam penyusunan strategi pembebasan Rabies di Pulau Rupat.
- ItemEvaluasi Pengujian Rabies dengan Menggunakan Anigen Rapid Rabies Antigen Test Kit(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Rahmadani, Ibnu; Fitria, Yul; Helmi; Febrianto, Niko; Martdeliza; Uliantara, Gede Agus JoniRabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yang masih menimbulkan permasalahan bagi kesehatan hewan dan kesehatan masyaraka di Indonesia. Pengujian yang cepat,mudah dan akurat sangat diperlukan di lapangan terutama di daerah yang jauh dari laboratorium pengujian. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi Anigen Rapid Rabies Antigen Test kit (Bio Note, Inc. Korea) dengan membandingan dengan uji dFAT (direct Fluorescence Antibody Technique) sebagai gold standard pengujian Rabies. 44 (empat puluh empat) otak anjing, kucing, kera, sapi dan kambing baik segar ataupun dalam pengawet gliserin yang berasal dari wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi dan Balai Besar Veterinern Denpasar digunakan sebagai sampel. Hasil pengujian menunjukkan sensitifi tas pengujian 90% dan spesifi sitas sebesar 100%, dengan nilai kappa 0.909 (istimewa), Hal Ini menunjukkan Anigen Rapid Rabies Antigen Test Kit dapat dipergunakan untuk uji rabies secara cepat di lapangan.
- ItemGambaran Serologi Penyakit IBR Pada Sapi di Wilayah Kerja BVet Bukittinggi Tiga Tahun Terakhir (Tahun 2014-2016)(Balai Veteriner Bukittinggi, 2017) Susanti, Tri; Hartini, Rina; Fitria, Yul; Febrianto, NikoInfectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) adalah penyakit pada sapi yang disebabkan oleh virus menular Bovine herpesvirus type-1/BHV-1. Penyakit IBR termasuk ke dalam kelompok penyakit hewan menular strategis yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Hal ini karena kerugian ekonomi yang ditimbulkannya seperti penurunan produksi susu, penurunan berat badan hewan serta menyebabkan keguguran atau abortus. Persentase Sero Positif IBR di wilayah BVet Bukittinggi dalam jangka waktu tiga tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun 2014 ke 2015 sebesar 12,18%. Akan tetapi persentase seropositifnya mengalami kenaikan kembali pada tahun 2016 yaitu sebesar 4,66%. Dari tiga tahun ini, persentase paling tinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu 51,28%. Berdasarkan hasil pemeriksaan serologi ini dapat diketahui bahwa persentase serologi terhadap IBR di wilayah BVet Bukittinggi 3 tahun terakhir masih cukup tinggi. Sehingga upaya-upaya penanggulangan penyakit oleh berbagai pihak sangat perlu ditingkatkan untuk mencegah penyebaran penyakit semakin luas.
- ItemGambaran Serologis Antibodi Rabies dengan Beberapa Jenis Vaksin Rabies di Kabupaten Tanah Datar(Balai Veteriner Bukittinggi, 2016) Fitria, Yul; Oktavia, Vera; Putri, Rahmi Eka; Febrianto, Niko; MartdelizaProgram penanggulangan Rabies di Sumatera Barat telah dilakukan yaitu vaksinasi rutin yang dilakukan pada HPR dan eliminasi HPR liar. Pemilihan vaksin harus dipertimbangkan sesuai yang disarankan oleh OIE manual, vaksin yang dipilih harus memberikan kekebalan minimal satu tahun setelah vaksinasi. Penggunaan vaksin yang berbeda dilakukan pengukuran dengan deteksi antibodi rabies berupa ELISA, RFFIT ataupun alat ukur yang lain, sehingga akan memberikan gambaran serologis yang ditimbulkan setelah dilakukan vaksinasi. Metode sampling dilakukan dengan targeted pada HPR yang masih mungkin diambil atau dikendalikan serta terjangkau oleh petugas Dinas dengan syarat pernah dilakukan vaksinasi sebelumnya di Kabupaten Tanah Datar. Pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam satu tahun anggaran. Hasil titer antibodi akan dianalisa berdasarkan vaksin yang digunakan dan waktu vaksin. Sample diuji dengan kit ELISA x dan RFFIT. Protektifitas yang ditimbulkan setelah vaksin rabies setelah umum 2 bulan dengan vaksin b dengan kit ELISA rabies x adalah 23%. Vaksin Rabies a masih protektif dalam waktu 1 tahun dengan kit ELISA yang masih terdeteksi dengan uji netralisasi RFFIT. Sehingga dari hasil ini diharapkan harus ada penelitian yang lebih komprehensif tentang penggunaan vaksin yang tepat dan kit ELISA yang tepat dalam pengujian dan anjing muda ras besar harus dilakukan booster vaksinasi.
- ItemKajian Epidemiologi Kasus Rabies di Propinsi Sumatera Barat dan Upaya Pemberantasannya Tahun 2004 s.d Bulan Juni 2019(Balai Veteriner Bukittinggi, 2019) Hartini, Rina; Fitria, Yul; Susanti, Tri; Mardaningsih, Etri; Arianti, Roza; Febrianto, Niko; Desmira V.M.; Rahmi E.P.; Nurwan, RioAnalisis kasus kejadian Rabies di Propinsi Sumatera Barat ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian dan kecenderungan kejadian Rabies di wilayah ini selama 16 tahun terakhir (2004 s.d Bulan Juni 2019). Data yang diambil merupakan data hasil diagnosa Rabies dengan metode FAT. Data dianalisa dengan Analisa Deret Waktu (time Series Analicys) dan kecenderungan kejadiannya dianalisa dengan Metode Statistik Regresi Linier menggunakan Program Komputer Excell. Dari hasil analisis didapatkan bahwa kejadian Rabies cenderung menurun. Penurunan kejadian rabies sesuai dengan persamaan Y = -8.5x + 190.8 yang diperkirakan mencapai kejadian negatif diagnosa pada tahun 2025, lima tahun lebih cepat dibandingkan dengan target Pulau Sumatera Bebas Rabies pada tahun 2030. Sehingga diperlukan upaya yang lebih keras guna mencapai target dan upaya Pemberantasan dan Pembebasan Rabies di Pulau Sumatera, khususnya di Propinsi Sumatera Barat, serta dijalankannya program-program yang telah dibuat serta penegakan kembali peraturan-peraturan yang sudah ada.
- ItemKajian Epidemiologi Kasus Rabies di Propinsi Sumatera Barat dan Upaya Pemberantasannya Tahun 2004 s/d 2015(Balai Veteriner Bukittinggi, 2016) Hartini, Rina; Fitria, Yul; Martdeliza; Susanti, Tri; Faebrianto, Niko; Desmira VM; Rahmi EP; Nurwan, Rio; AzfirmanAnalisis kasus kejadian Rabies di Propinsi Sumatera Barat ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian dan kecenderungan kejadian Rabies di wilayah ini selama 12 tahun terakhir (2004 - 2015). Data yang diambil merupakan data hasil diagnosa Rabies dengan Metode FAT. Data di analisa dengan Analisa Deret Waktu (Time Series Analicys) dan kecenderungan kejadian ini dianalisadengan Metode Statistik Regresi Linier menggunakan Program Komputer Excell. Dari hasil analisis didapatkan bahwa kejadian Rabies cenderung menurun. Penurunan kejadian Rabies sesuai dengan persamaan Y = -8.5 x + 190.8 yang diperkirakan mencapai kejadian negatif diagnosa terjadi pada pertengahan tahun 2026, enam tahun lebih lama dibandingkan dengan target Pulau Sumatera Bebas Rabies pada tahun 2020. Sehingga diperlukan upaya yang lebih keras guna mencapai target dan upaya Pemberantasan dan Pemberantasan Rabies di Pulau SAumatera Khususnya di Propinsi Sumatera Barat, serta dijalankannya program-program yang telah dibuat serta penegakan kembali peraturan peraturan yang sudah ada.
- ItemPemetaan Kasus Rabies dan Korban Gigitan Hewan Penularan Rabies di Propinsi Sumatera Barat Tahun 2016(Balai Veteriner Bukittinggi, 2017) Hartini, Rina; Fitria, Yul; Martdeliza; Susanti, Tri; Febrianto, Niko; Desmira VM; Rahmi EP; Nurwan, RioRabies adalah penyakit infeksi akut yang menyerang susunan syaraf pusat. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang bersifat zoonosis. Peneguhan diagnosa kasus rabies dapat diketahui melalui pemeriksaan sampel otak di laboratorium. Pemeriksaan sampel otak di laboratorium BVet Bukittinggi tahun 2016 menunjukkan persentase hasil positif rabies sekitar 84%. Hewan penular rabies (HPR) yang paling sering ditemukan adalah anjing. Data kasus rabies dan korban gigitan HPR ini dikumpulkan di Seksi Informasi Veteriner dengan menggunakan program Infolab dan pengolahan datanya dilakukan dengan Program excell. Dari data ini dapat diketahui bahwa korban gigitan anjing rabies paling tinggi adalah dari kelompok umur 10-19 tahun dan korban gigitan paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki. Untuk lokasi gigitan, paling banyak terjadi pada daerah kaki dan tangan. Risiko manusia untuk kontak atau tergigit anjing akan meningkat sebanding dengan seberapa sering kontak atau interaksi dengan anjing. Oleh karena itu, untuk mendukung kegiatan pengendalian dan pemberantasan rabies, sangat diperlukan komitmen pemerintah dan kewaspadaan masyarakat terhadap gigitan anjing rabies sehingga diharapkan dapat menekan kejadian kasus rabies dan mengurangi kasus gigitan, terutama gigitan yang terjadi pada kelompok umur anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa.
- ItemPerbandingan Hasil Uji KIT ELISA Deteksi Antibodi dan Antigen Hog Cholera di Balai Veteriner Bukittinggi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2017) Fitria, Yul; Febrianto, Niko; Rahmi E.P.; Nurwan, Rio; Desmira; Sri, Wilna; Miswati, Yuli; MartdelizaTelah dilakukan uji deteksi antigen dan antibodi dengan metode ELISA di Balai Veteriner Bukittinggi. Untuk melihat sensitifitas uji dengan konfirmasi dengan uji RT PCR. Dengan menggunakan 71 sampel serum, diuji dengan kit ELISA deteksi antigen dan antibodi, dan ada kesamaan uji positif antibodi dengan deteksi RT PCR. 26 sampel positif antibodi dan positif deteksi RT-PCR sedangkan secara antigen hanya terdeteksi 7 dari sampel.
- ItemPerbandingan Titer Antibodi Rabies Empat Vaksin Rabies pada Kelinci dengan Metode ELISA (ENZYM LINKED IMMUNO ASSAY) dan RFFIT (Rapid Fluorescent Focus Inhibition Test)(Balai Veteriner Bukittinggi, 2016) Fitria, Yul; Febrianto, Niko; Putri, Rahmi Eka; Subekti, Didik TulusPenggunaan vaksin yang benar dalam penanggulangan virus sangat penting dalam program vaksinasi. Vaksin yang benar dengan respon imun yang cepat, masa kebal yang lama akan efektif dan efisien di lapangan. Pengujian beberapa vaksin yaitu dengan 4 vaksin dengan menggunakan kelinci dalam 3 kelompok dengan perlakuan booster beberapa kali kemudian diambil sampel pada hari yang telah ditentukan hari 0, 14, 28, 35, 54. Dilakukan uji ELISA dan RFFIT. RFFIT dilakukan pada hari 35, 54 dan bulan ke 9. Empat vaksin memberikan respon yang berbeda, respon yang bagus adalah vaksin B. Penelitian ini harus dilakukan penelitian yang lebih lanjut pada anjing di lapangan.
- ItemUji Validitas RFFIT (Rapid Fluorescent Foci Inhibition Test) di Balai Veteriner Bukittinggi(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Fitria, Yul; Putri, Rahmi Eka; Febrianto, Niko; Arianti, Roza; Nurwan, Rio; Mudaris, Desmira V; Subekti, Didik TulusRFFIT (Rapid Fluorescent Foci Inhibition Test) merupakan uji netralisasi serum rabies untuk mengukur kemampuan antibodi spesifi k dan nonspesifi k rabies menghambat infeksi virus dan perkembangan virus. Penelitian terbatas ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan uji RFFIT yang dilakukan di Balai Veteriner Bukittinggi. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan serum anjing yang sudah jelas status vaksinasi. Kegiatan ini menggunakan 51 serum yang telah diketahui riwayat vaksinasi dan dilakukan pemeliharaan di kandang Hewan Coba Balai Veteriner Bukittinggi. Hasil uji validitas RFFIT di Balai Veteriner Bukittinggi adalah sensitifi tas 97,56% ( 87,15-99,94%), Spesifi sitas 90,00% (55,49%-99,75%), , Nilai Prediktif Positif 90,00%(56,23%-98,44%) dan Nilai Prediktif Negatif 90,00% (56,23%-98,44%), Nilai Akurasi 96% dan AUC 0,94 (0,833-0,986). Nilai Validitas yang dihasilkan sangat baik diatas 90,00%.
- ItemUpaya Pemberantasan Penyakit Avian Influenza di Provinsi Kepulauan Riau(Balai Veteriner Bukittinggi, 2018) Martdeliza; Nurwan, Rio; Fitria, Yul; Miswati, Yuli; Hartini, Rina; Krisnandana; Dela, Ana; HonismandriDalam Roadmap Indonesia Bebas AI Tahun 2020; Propinsi Kepri termasuk wilayah resiko sedang dan diharapkan bebas AI Tahun 2018. AI terdeteksi di wilayah Provinsi Kepri pada Tahun 2005.Setiap terjadi kasus Bidnak BPKP Provinsi Kepri melakukan upaya pemberantasan dan penanggulangan dini dengan Unit Respon Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis dan melaksanakan strategi pengendalian dan pemberantasan AI yang tercantum dalam roadmap pembebasan AI yang merupakan revisi dari 9 strategis pembebasan AI Tahun 2004. Strategi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: Biosekuriti, Depopulasi, Surveilans, Pengawasan lalu lintas, Penataan rantai pemasaran unggas dan kompartemen, Public awareness dan Peraturan Perundangan. Berdasarkan hasil surveilans yang dilakukan oleh BVet Bukittinggi dan Lab Kepri Provinsi Kepri setiap tahun dari Tahun 2005 sampai Tahun 2018 masih ditemukan virus AI sehingga belum memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai daerah bebas AI. Sehingga pada workshop AI yang dilaksanakan Tahun 2018 disepakati untuk Provinsi Kepri dalam rangka pembebasan AI akan dilaksanakan secara kompartemen.