Browsing by Author "Firdaus, Taman"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemInvestigasi Kasus Antraks di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Yarisetouw, Nicolas; Djatmikowati, Titis Furi; Suardi; Firdaus, Taman; Hartono; Direktorat Kesehatan HewanInvestigasi dilakukan karena adanya laporan kematian delapan ekor sapi tanpa gejala klinis (ambruk) di Dusun Madumpa, Desa Lalabata Riaja, Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng dari bulan November 2019 hingga Januari 2020. Investigasi dilakukan oleh tim BBVet Maros untuk mengidentifikasi penyebab kematian sapi di Kabupaten Soppeng dengan definisi kasus peternakan yang memiliki sapi dengan tanda klinis ambruk dan atau mati mendadak dan atau hasil uji isolasi dan identifikasi Bacillus anthracis positif dari spesimen yang diambil di sekitar peternakan atau spesimen dari sapi. Pengambilan spesimen dilakukan pada dua peternakan. Data manajemen dan lingkungan diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan wawancara. Analisis data secara deskriptif berdasarkan waktu, tempat dan hewan. Angka mortalitas kematian sapi di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri Kabupaten Soppeng sebesar 16% (8/50) dengan proporsi peternakan 37,8% (3/8). Hasil pengujian laboratorium dari dua peternakan teridentifikasi positif B. anthracis. Kemungkinan faktor risiko adanya mobilitas pedagang sapi yang menadah sapi-sapi sakit di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri bulan November 2019-Januari 2020 serta adanya banjir besar yang melanda di lokasi peternakan. Kematian beberapa ekor sapi di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri Kabupaten Soppeng November 2019 – Januari 2020 disebabkan oleh Bacillus anthracis. Tindakan pengendalian yang direkomendasikan adalah pengobatan antibiotik, vaksinasi antraks pada daerah wabah sebesar 100%, sosialisasi tentang bahaya penyakit antraks kepada masyarakat peternak, penerapan, sosialisasi dan edukasi pelaksanaan biosecurity yang baik terkait penanganan bangkai dan pelarangan pemotongan dan menkonsumsi daging hewan sakit karena antraks.
- ItemInvestigasi Kasus Gigitan Anjing Supek Rabies di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan Februari 2019(Balai Besar Veteriner Maros, 2019) Djatmikowati, Titis Furi; Yudianingtyas, Dini Wahyu; Ramadhan, Bone; Firdaus, Taman; RamlanTelah dilaksanakan investigasi kasus gigitan anjing suspek rabies di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 17 Februari 2019. Investigasi ini bertujuan untuk mengetahui kronologis, mengidentifikasi sumber penularan kasus gigitan anjing pada manusia di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo dan faktor risikonya kejadian kasus kasus gigitan anjing pada manusia serta pemberian saran tindakan pengendalian penyakit. Kabupaten Wajo merupakan daerah tertular rabies sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 2002. Kasus gigitan anjing dalam periode waktu tiga hari telah terjadi delapan kasus gigitan anjing di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo. Spesimen berupa otak anjing dari kegiatan kontrol populasi. Pengujian laboratorium menggunakan metode pewarnaan Seller’s dan FAT menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan definisi kasus dan hasil laboratorium diperoleh proporsi kasus rabies 0%, suspek rabies 0,26% (4/1500). Kewaspadaan terhadap bahaya penyakit rabies di Kabupaten Wajo tetap dilaksanakan mengingat kasus rabies oleh Hewan Penular Rabies (HPR) disertai dengan kasus gigitan anjing memiliki Case Fatality Rate (CFR100%). Metodologi investigasi dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan delapan pemilik anjing diperoleh informasi bahwa banyak anjing liar disekitar lokasi gigitan, mayoritas anjing mereka tidak divaksin, adanya pedagang anjing keluar masuk dari satu desa ke desa lain bahkan lintas Kabupaten, dan banyaknya masyarakat yang belum mengetahui pentingnya vaksinasi rabies pada anjing dan kucing. Tindakan pengendalian yang sudah dilakukan yaitu pelaksanaan Tata Laksana Gigitan Terpadu, pemberian Vaksin Anti Rabies pada korban gigitan anjing, Komunikasi Informasi dan Edukasi kepada masyarakat megenai penyakit rabies dan penanganannya, vaksinasi rabies pada anjing di daerah berisiko tinggi serta kontrol populasi anjing. Perlu penyuluhan kepada masyarakat mengenai pemeliharaan anjing yang tidak diliarkan dan pemberian vaksinasi pada hewan peliharaan dan pemberian VAR pada setiap orang yang digigit hewan atau yang terpapar dan yang berisiko tinggi terpapar virus rabies.
- ItemPengaruh Perendam an Cotton Swab Komersial dalam Viral Transport Media (VTM) terhadap Kualitas Identifikasi Avian Influenza(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Ferra, Hendrawati; Ratna; Faizal, Zakariya; Suanti; Firdaus, Taman; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Avian lnfluenza (AI) telah menyebar luas di bagran timur Indonesia. Salah satu tugas dan fungsi Balai Besar Veteriner Maros (BBV Maros) adalah mendiagnosa spesimen pengujian penyakit hewan terutama yang terjadi di bagian timur Indonesia. Hasil ketepatan diagnosa dipengaruhi oleh kualitas, cara pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen secara benar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas spesimen dengan dua perlakuan cotton swab dan lama pengamatan yang berbeda yang diharapkan dapat berguna dalam pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen AI di lapangan. Materi yang digunakan benrpa isolat Virus Avian influenaza (VAI), Viral Transport Media (VTM) cotton swab komersial dengan metode penelitian rancangan acak kelompok (RAK) dengan metode petak terbagi (sptit plot design) yaitu perlakuan pertama cotton swab komersial pada VTM komersial yang di rendam secara menerus pada VTM, kedua perlakuan tersebut diisolasi dan di identifikasi dengan uji HA/HI - VAI. Hasil titer uji HI dari VAI pada dua perlakuan tersebut dengan lama waktu yang berbeda tidak berbeda nyata sehingga pemakaian cotton swab komersial masih dapat dipakai dalam pengambilan spesimen VAI di lapangan
- ItemRabies Pada Kuda Pacu di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Mutisari, Dewi; Ferra, Hendrawati; Firdaus, Taman; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPada bulan Mei 2015 kuda betina lokal asal Jeneponto berumur 2 tahun - :.uangkan ke Kabupaten Polewali Mandar dalam rangka mengikuti pacuan kuda proprov Sulbar. Kuda tersebut berasal dari Manado dan dipelihara oleh pemilik kuda di jeneponto sejak umur 6 bulan. Ketika kuda pacu tersebut sedang latihan persiapan lomba di arena pacuan tiba-tiba mengalami kejang, mengamuk dan menggigit jari pawangnya setelah berlari satu putaran hingga akhimya kuda tersebut di pindahkan ke kandangnya. Setelah tiba di kandang, kuda ini tidak berhenti menggigit badannya sendiri dan 2 ekor kuda lainnya. Pada leher kuda ditemukan adanya luka, kuda mengalami hipersalivasi, dan menggigit apapun yang ditemuinya. Karena kondisi kuda semakin mengkhawatirkan, tanpa sepengetahuan petugas Dinas Peternakan Kabupaten Polewali Mandar pemilik kuda memutuskan untuk memotong kuda tersebut dan mengirimkan ke Jeneponto. Dengan bantuan pemilik kuda, sampel otak kuda dikirim kembali ke Kabupaten Polewali Mandar dalam keadaan segar dingin. Petugas Dinas Petemakan Kabupaten Polewali Mandar kemudian memindahkan sampel tersebut ke dalam gliserin untuk selanjutnya dikirimkan ke Balai Besar Veteriner Maros untuk dilakukan pengujian laboratorium. Hasil pengujian FAT menunjukkan positif rabies. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi di lapangan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat, kuda pacu yang belum pernah dilakukan vaksinasi rabies, kuda pacu yang mengalami stress dan kelelahan, kurangnya pemantauan lalu lintas hewan dari satu daerah ke daerah lain. Sebagai tindakan pencegahan pada kuda ataupun ternak maka perlu dilakukan vaksinasi rabies serta sosialisasi tentang penyakit rabies, risiko, dan cara penanganan yang baik.
- ItemReview Literatur: Aspek Biorisiko dalam Penanganan Limbah Laboratorium Veteriner(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Wahyuni; Djatmikowati, Titis Furi; Putra, Hamndu Hamjaya; Firdaus, Taman; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosLimbah adalah bahan buangan atau sisa dari suatu proses produksi, lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah juga dihasilkan oleh laboratorium setelah melakukan proses pengujian. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui aspek risiko dalam penanganan limbah laboratorium veteriner yaitu mengetahui jenis limbah, apa risikonya dan bagaimana penanganan risikonya. Dilakukan tinjauan langsung pada delapan laboratorium yang ada di Balai Besar Veteriner Maros untuk mengetahui berbagai kemungkinan risiko yang akan terjadi sehingga diharapkan sudah ada rencana tindakan perbaikan dan pemecahan masalah. Limbah laboratorium dapat menjadi masalah bila tidak di tangani dengan aspek biorisko manajemen. Aspek biorisiko limbah terdiri dari mengetahui hazard, risiko, mekanisme risiko kemudian kontrol risiko. Perlunya sosialisasi dan simulasi untuk pelaksanaan biorisiko manajemen.
- ItemReview Literatur: Biosafety dan Biosecurity pada Laboratorium Veteriner(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Anis, Saiful; Firdaus, Taman; Balai Besar Veteriner MarosWabah penyakit yang pada akhir-akhir ini terjadi misalnya MERS-Cov, Anthrax, Nipah, dan Pathogenic Avian, telah menjadi pemicu dibutuhkannya alat identifikasi yang cepat secara umum. Sebagai respon, laboratorium mengembangkan kapasitas, melaksanakan penelitian tingkat lanjut dan lebih canggih, meningkatkan kemampuan staf laboratorium dan melakukan koleksi agen pathogen yang berbahaya dalam upaya untuk mengurangi dampak wabah penyakit infeksius dan melakukan karakterisasi agen penyebab penyakit. Dengan ekspansi ini, komunitas global laboratorium telah memulai focus pada biosafety dan biosecurity laboratorium untuk mencegah kecelakaan dan/atau terlepasnya agen infeksius ke lingkungan. Biosafety laboratorium dan sistem biosekuriti digunakan di seluruh dunia untuk membantu mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh patogen berbahaya di laboratorium. Laboratorium veteriner memiliki tanggung jawab unik dalam penanganan mikroorganisme secara aman untuk personil dan komunitas. Beberapa mikroorganisme yang diteliti dalam laboratorium veteriner tidak hanya menginfeksi hewan, tetapi juga berpotensi sebagai agen zoonosis. Karya tulis ini mendiskusikan secara fundamental biosafety dan biosecurity laboratorium veteriner
- ItemReview Literatur: Biosafety dan Biosecurity pada Laboratorium Veteriner(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Anis, Saiful; Firdaus, Taman; Balai Besar Veteriner MarosWabah penyakit yang pada akhir-akhir ini terjadi misalnya MERS-Cov, Anthrax, Nipah, dan Pathogenic Avian, telah menjadi pemicu dibutuhkannya alat identifikasi yang cepat secara umum. Sebagai respon, laboratorium mengembangkan kapasitas, melaksanakan penelitian tingkat lanjut dan lebih canggih, meningkatkan kemampuan staf laboratorium dan melakukan koleksi agen pathogen yang berbahaya dalam upaya untuk mengurangi dampak wabah penyakit infeksius dan melakukan karakterisasi agen penyebab penyakit. Dengan ekspansi ini, komunitas global laboratorium telah memulai focus pada biosafety dan biosecurity laboratorium untuk mencegah kecelakaan dan/atau terlepasnya agen infeksius ke lingkungan. Biosafety laboratorium dan sistem biosekuriti digunakan di seluruh dunia untuk membantu mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh patogen berbahaya di laboratorium. Laboratorium veteriner memiliki tanggung jawab unik dalam penanganan mikroorganisme secara aman untuk personil dan komunitas. Beberapa mikroorganisme yang diteliti dalam laboratorium veteriner tidak hanya menginfeksi hewan, tetapi juga berpotensi sebagai agen zoonosis. Karya tulis ini mendiskusikan secara fundamental biosafety dan biosecurity laboratorium veteriner.
- ItemSurveilans Triangulasi sebagai Deteksi Dini Emerging Infectious Disease (EID) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Muflihanah; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Said, Siti Hartati; Firdaus, Taman; Iryadi; Balai Besar Veteriner MarosSurveilans triangulasi merupakan deteksi dini Emerging Infectious Disease (EID) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Surveilans tertarget dilakukan untuk mengoptimalkan langkahlangkah pencegahan dan pengendalian serta mengurangi ancaman penyakit EID zoonosis pada masa yang akan datang. Pada kegiatan ini dilakukan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Sebanyak 1.077 spesimen berupa serum darah, swab nasal dan swab rektal dari kambing sapi dan babi yang dikoleksi dari 113 orang peternak pada tahun 2019 dan 2020 menunjukkan bahwa semua spesimen yang diuji dengan menggunakan protocol PREDICT di dapatkan presumtip negatif terhadap family virus baik paramixovirus, coronavirus, filiviridae dan flavivirus Dua ratus tiga puluh enam (236) spesimen serum yang diuji dengan menggunakan teknik ELISA menunjukkan seronegatif terhadap Japanase Enchephalitis (JE). Data profiling menunjukkan bahwa terdapat faktor risiko yang tinggi ketekaitan (interface) penularan penyakit satwa liar ke ternak domestik. Surveilans triangulasi diharapkan mampu memberikan informasi penting mengenai identifikasi virus, ancaman biologis lainnya, pengembangan platform surveilans penyakit dan mengidentifikasi serta memonitor patogen yang dapat ditularkan antara hewan (domestik dan satwa liar) dan manusia
- ItemSurveillans Deteksi Antigenik dan Respon Imun Pasca Vaksinasi pada Program Pembebasan Classical Swine Fever di Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2017(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Hendrawati, Ferra; Zakariya, Faizal; Muflihanah; Mutisari, Dewi; Ratna; Supri; Pricillia, Kartika; Suanti; Firdaus, Taman; Tioho, Hana; Hadi, Sulaxono; Putra, Anak Agung GdePopulasi babi di Propinsi Sulawesi Utara sangat tinggi, komoditas ternak babi sebagai satu aset perekonomian terpenting. Kasus Clasical Swine Fever (CSF) pertama kali terjadi di Sulawesi Utara pada tahun 1996. Pengendalian CSF yang sudah dilakukan adalah vaksinasi, desinfeksi dan pembatasan lalu lintas ternak babi. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memberikan 150.000 dosis vaksin, Balai Besar Veteriner Maros dan Pemerintah daerah Sulawesi Utara ditugaskan untuk melakukan Vaksinasi dan surveillans CSF. Surveillans CSF bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus CSF dan mengukur tingkat protektifitas kekebalan pasca vaksinasi CSF. Vaksinasi dilakukan pada peternakan dan babi berisiko yaitu peternakan skala menengah ke bawah (≤ 500 ekor). Probability Proporsive Sampling (PPS) dilakukan untuk memilih 1110 ekor babi pra vaksinasi dan 2261 ekor pasca vaksinasi. Keberadaan Antigenik CSF didapatkan dari 723 ekor dengan sampling non rambang convinient by judgement pada babi yang menunjukkan gejala demam. Deteksi Antigenik dilakukan dengan pengujian Konvensional Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) antigenik, Immunohistokimia (IHK) yang dilakukan secara pararel. Protektifitas imun respon diukur dengan menggunakan Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) antibodi. Hasil surveillans menunjukkan bahwa vaksinasi telah dilakukan pada 149.463 ekor (99,8%), Tingkat protektifitas kekebalan pravaksinasi sebesar 8,02% dan pasca vaksinasi sebesar 82,84%. Peningkatan protektifitas pasca vaksinasi sebesar 74,82%. Penyakit CSF masih ditemukan di Sulawesi Utara (1,38%) dengan sebaran di kabupaten Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara dan Kepulauan Talaud. Faktor risiko yang ditemukan adalah penerapan biosekuriti buruk, dan pelaporan sindromik CSF serta vaksinasi rutin lemah. Timbulnya penyakit CSF harus menjadi perhatian bersama terutama peternak babi dan pemerintah daerah. Menurunkan jumlah kasus pada saat rentang waktu berisiko (high risk period) adalah cara yang paling efektif mengendalikan kasus CSF dilapangan. Perbaikan penerapan vaksinasi dan biosekuriti harus dilakukan agar dapat segera bebas dari CSF.
- ItemSurvey Triangulasi pada Hewan Domestik di Pulau Sulawesi : Hasil Pengujian Round 1 Sulawesi Utara dan Gorontalo Tahun 2016(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Zakaria, Faizal; Djatmikowati, Titis Furi; Dariani, Wiwik; Amaliah, Fitri; Supri; Firdaus, Taman; Said, Sitti Hartati; Hadi, Sulaxono; Zenal, Farida Camallia; Arasy, Ali Risqi; Hartaningsih, Nining; Harsono, Audi Tr; RamlanPenyakit zoonosis berdampak pada manusia dan ekonomi secara global. Terdapat kurang lebih 75% penyakit yang baru muncul (emerging diseases) merupakan zoonosis. Dalam era globalisasi dan perdagangan, perjalanan penyakit ini sangat cepat berpengaruh pada kesehatan masyarakat dan ekonomi. Melalui program USAID-EPT 2 program, FAO ECTAD Indonesia berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBVet Maros) dan PREDICT2 melakukan surveilans triangulasi dan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Tujuan surveilans triangulasi adalah untuk mengindentifikasi ancaman virus zoonosis pada interface penularan patogen pada ternak dari satwa liar yang berisiko tinggi, mengidentifikasi faktor biologi yang menggerakkan munculnya, penularan dan penyebaran penyakit zoonosis pada ternak dan kaitannya dengan satwa liar serta memperkirakan risiko relatif spillover patogen yang tidak dikenal atau dikenal dari satwa liar ke hewan domestik, yang memungkinkan penularan virus zoonosis antar wilayah. Desain surveilans adalah berbasis risiko untuk meningkatkan kemungkinan deteksi virus. dengan populasi target hewan domestik yang diternakkan (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing) yang memiliki keterkaitan (interface) yang tinggi dengan satwa liar di dua Kabupaten Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato) dan Sulawesi Utara (Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, Minahasa dan Kota Tomohon). Telah dilakukan pengujian terhadap 172 sampel swab rektal untiuk mendeteksi lima target family virus yaitu Influenza (HPAI, Human Flu), Paramyxovirus (Nipah, Hendra), Coronavirus (SARS, MersCov), Filovirus (Ebola), Flavivirus (JE) menggunakan protokol PREDICT dengan teknik PCR konvensional. Hasil menunjukkan sebanyak 6,97% sampel presumptif positif terhadap Influenza A, 0,58% presumptif positif terhadap paramyxovirus, dan 172 sampel presumptif negatif terhadap Coronavirus, Flavivirus dan Filovirus
- ItemSurvey Triangulasi pada Hewan Domestik di Pulau Sulawesi : Hasil Pengujian Round 1 Sulawesi Utara dan Gorontalo Tahun 2016(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Zakaria, Faizal; Djatmikowati, Titis Furi; Dariani, Wiwik; Amaliah, Fitri; Supri; Firdaus, Taman; Said, Sitti Hartati; Hadi, Sulaxono; Zenal, Farida Camalia; Arasy, Ali Risqi; Hartaningsih, Nining; Harsono, Audi TriPenyakit zoonosis berdampak pada manusia dan ekonomi secara global. Terdapat kurang lebih 75% penyakit yang baru muncul (emerging diseases) merupakan zoonosis. Dalam era globalisasi dan perdagangan, perjalanan penyakit ini sangat cepat berpengaruh pada kesehatan masyarakat dan ekonomi. Melalui program USAID-EPT 2 program, FAO ECTAD Indonesia berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBVet Maros) dan PREDICT2 melakukan surveilans triangulasi dan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Tujuan surveilans triangulasi adalah untuk mengindentifikasi ancaman virus zoonosis pada interface penularan patogen pada ternak dari satwa liar yang berisiko tinggi, mengidentifikasi faktor biologi yang menggerakkan munculnya, penularan dan penyebaran penyakit zoonosis pada ternak dan kaitannya dengan satwa liar serta memperkirakan risiko relatif spillover patogen yang tidak dikenal atau dikenal dari satwa liar ke hewan domestik, yang memungkinkan penularan virus zoonosis antar wilayah. Desain surveilans adalah berbasis risiko untuk meningkatkan kemungkinan deteksi virus. dengan populasi target hewan domestik yang diternakkan (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing) yang memiliki keterkaitan (interface) yang tinggi dengan satwa liar di dua Kabupaten Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato) dan Sulawesi Utara (Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, Minahasa dan Kota Tomohon). Telah dilakukan pengujian terhadap 172 sampel swab rektal untiuk mendeteksi lima target family virus yaitu Influenza (HPAI, Human Flu), Paramyxovirus (Nipah, Hendra), Coronavirus (SARS, MersCov), Filovirus (Ebola), Flavivirus (JE) menggunakan protokol PREDICT dengan teknik PCR konvensional. Hasil menunjukkan sebanyak 6,97% sampel presumptif positif terhadap Influenza A, 0,58% presumptif positif terhadap paramyxovirus, dan 172 sampel presumptif negatif terhadap Coronavirus, Flavivirus dan Filovirus.