Browsing by Author "Ferry, Yulius"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya dan Pasca Panen Kemiri (Aleurites Moluccana Willd.) sebagai Bahan Bakar Bioenergi(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Ferry, Yulius; Towaha, Juniaty; Rusli, Rusli; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd ) tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Terbukti dengan beragamnya nama daerah dari kemiri. Tanaman kemiri ditanam sebagai tanaman reboisasi untuk menutupi bukit‐bukit di Jawa, buah kemiri banyak digunakan sebagai bumbu masak, minyaknya berkualitas tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 800 meter dpl dengan curah hujan 1 500 – 2 400 mm per tahun. Kemiri dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Tanaman kemiri mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun bila benih berasal dari biji (generatif) dan 2 tahun bila benih berasal dari perbanyakan vegetatif. Produksi pohon kemiri dewasa yang tumbuh baik dapat mencapai 200 kg biji kupasan per pohon. Rendemen minyak kemiri mencapai 55 – 65%, sehingga berpotensi digunakan sebagai sumber bahan baker bioenergi.
- ItemINOVASI TEKNOLOGI BIOINDUSTRI BERBASIS KAKAO, PISANG, DAN TERNAK KAMBING TERPADU: SEBUAH PELAJARAN DARI KABUPATEN ACEH TIMUR(IAARD Press, 2014) Syakir, M; Ferry, Yulius; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianProduktivitas tanaman kakao rakyat masih rendah, penyebabnya antara lain rendahnya populasi, banyaknya tanaman rusak, serangan hama dan penyakit. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman pisang, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tanaman pisang diserang oleh penyakit yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum sehingga luas dan produksi tanaman pisang menurun masing-masing 30% dan 35%. Penurunan produksi ini menyebabkan pendapatan petani menjadi makin rendah. Sistem pertanian bioindustri merupakan sistem yang mengoptimalkan semua potensi yang terdapat di lokasi tersebut, tidak terkecuali limbah dari suatu proses budidaya dan pasca panen. Polatanam kakao, pisang, dan ternak tidak hanya mengoptimalkan penggunaan lahan tetapi juga membuka peluang diversifikasi produk, penyediaan pakan ternak, dan penyediaan pupuk organik (kompos). Terdapat peluang untuk meningkatkan pendapatan petani, yaitu dengan diversifikasi pertanaman untuk mempertangguh usahatani perkebunan. Optimalisasi lahan perkebunan kakao dapat ditempuh dengan polatanam kakao dan tanaman pisang. Agar tidak terjadi persaingan diperlukan inovasi teknologi polatanam kakao pisang berbasis pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Budidaya tanaman kakao dan tanaman pisang merupakan penerapan teknologi polatanam yang memberikan keuntungan dan meningkatkan daya guna lahan. Tanaman kakao yang rusak direhabilitasi dan tanaman pisang kembali ditanam di dalam baris tanaman kakao, dengan jarak tanam 9 x 9 m. Sebagai penyediaan benih dibangun kebun induk pisang sehat, dan juga ternak untuk mendukung pemanfaatan limbah dari serasah, kulit buah kakao menjadi kompos dan pakan ternak. Penerapan budidaya kakao dan pisang akan mendorong berdirinya kembali industri rumah tangga seperti keripik pisang, pisang sale (di Aceh), pisang goreng, dan industri berbahan baku pisang lainnya yang didukung oleh produksi biji cokelat dan pasta, yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
- ItemKAJIAN SIFAT AGRONOMIS BENIH JAMBU METE ASAL BIJI DAN SAMBUNG PUCUK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Saefudin; Ferry, YuliusProduktivitas tanaman jambu mete dipengaruhi oleh jenis bahan tanam yang digunakan. Bahan tanam dapat berupa bibit asal biji (seedling) maupun hasil sambung pucuk (grafting). Jambu mete tergolong tanaman menyerbuk silang yang sifatnya sangat heterozigot, sehingga keturunan tanaman asal biji secara teoritis akan menunjukkan sifat-sifat agronomis yang beragam. Penggunaan benih asal sambung pucuk ( grafting) diduga akan menghasilkan pertanaman lebih seragam dan mampu mempertahankan sifat induknya. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Cikampek, pada bulan mei - juli 2012, bertujuan untuk membandingkan sifat agronomis jambu mete yang berasal dari benih seedling dan grafting di lapangan. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah asal benih, yaitu tanaman asal biji ( seedling) dan asal sambung pucuk (grafting) dari dua aksesi W-9 dan W-16 pada tanaman umur 2 tahun. Setiap plot terdiri dari 4 tanaman. Parameter pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, luas daun, persentase pohon berbunga, jumlah cabang bunga/tandan, jumlah bunga betina/tandan, panjang bunga dan lebar bunga. Untuk membedakan nilai rata-rata pengamatan digunakan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat agronomis tanaman jambu mete benih asal seedling dan grafting berbeda. Benih asal grafting pertumbuhannya relatif pendek dan tajuknya melebar dibandingkan dengan benih asal seedling. Sifat pembungaan tanaman jambu mete asal benih grafting lebih cepat dengan jumlah bunga betina lebih banyak sedangkan tanaman asal seedling lebih lambat berbunga dan jumlah bunga betina sedikit, tetapi memiliki ukuran bunga yang lebih besar.
- ItemKebun Entres Karet dan Fungsinya sebagai Bahan Perbanyakan Tanaman Karet(IAARD Press, 2016) Ferry, Yulius; Rusli, Rusli; Syafaruddin, Syafaruddin; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTanaman karet merupakan salah satu tanaman ekspor Indonesia, sebagai sumber mendapatan divisa negara dan sumber pendapat petani. Indonesia penghasil karet nomor 2 di dunia setelah Thailand dan Malaysia, ketiga negara tersebut membentuk organisasi karet TCRI untuk mengendalikan produksi karet dunia agar tidak over produksi. Produktivitas karet Indonesia lebih rendah dibandingkan ke dua negara di atas, sehingga daya saing karet Indonesia rendah. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas karet adalah masih rendahnya penggunaan klon unggul, baru sekitar 40%, terutama untuk perkebunan rakyat yang merupakan perkebunan yang dominan. Petani masih merasa sulit untuk memperoleh klon unggul tersebut, harga yang mahal dan tidak tersedia. Pemerintah untuk mempermudah tersedianya bibit klon unggul telah membangun kebun entres di beberapa lokasi. Kebun entres tersebut setelah dibangun di serahkan kepada kelompok tani untuk mengelolanya. Selain itu juga dilakukan pelatihan-pelatihan agar petani terampil dalam penyediaan bibit unggul. Buku ini disusun untuk membantu petani dalam mengelola k ebun entres karet. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan buku ini, yang disusun sedemikian rupa agar mudah dilaksanakan oleh petani sebagai pengguna utama teknologi tersebut.
- ItemKERAGAAN AWAL TANAMAN KARET RAKYAT DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN KARIMUN(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-08) Ferry, Yulius; SamsudinPengembangan tanaman karet di Kabupaten Karimun terus digalakkan, karena perannya tidak hanya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat tetapi juga untuk meningkatkan daya dukung lingkungan daerah kepulauan. Penanaman 1.000.000 pohon di Kabupaten Karimun dilakukan dengan menanaman 1.000.000 pohon karet. Pengembangan ini dilakukan dengan menyediaan bibit karet klon unggul dan membagi-bagikannya kepada masyarakat. Lahan pertanian di Kabupaten Karimun terdiri dari berjenis-jenis tanah, mulai dari organosol, podsolik merah kuning sampai pasir kwarsa. Tanaman karet yang diberikan di tanam pada berbagai jenis tanah tersebut. Hasil pengembangan menunjukkan keragaan awal pertanaman karet rakyat di Kabupaten Karimun tahun tanam 2007 dan 2009 menunjukkan pertumbuhan yang beragam terutama pertumbuhan lilit batang. Di Pulau Karimun lilit batang tanaman karet terkisar antara 45,95-49,7 cm (KK= 39,37-43,01%) pada umur 6 tahun dan di Pulau Kundur 27,1-42,05 cm (KK=47,85-62,21%) pada umur 4 tahun. Penerapan teknik budidaya ditingkat petani beragam dan belum sesuai dengan semestinya.Masih ada peluang untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman karet rakyat dengan penerepan teknologi budidaya seperti penjarangan tanaman, pemupukan, perbaikan drainase, penanaman tanaman sela dan sebagainya.
- ItemKERAGAAN KOPI ARABIKA JAVA PREANGER DI JAWA BARAT(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-12) Putra, Sunjaya; Ferry, YuliusKondisi tanah yang subur dan iklim yang sesuai di sebagian wilayah pegunungan Jawa Barat menghasilkan kopi Arabika bermutu baik dan citarasa yang excellent . Pada tahun 2014 kopi Arabika asal Priangan Jawa Barat mendapat sertifikat Indikasi Geografis dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan nama Kopi Arabika Java Preanger (KAJP). Budidaya KAJP dilakukan sesuai dengan praktek budidaya yang baik (Good Agricultural Practices). Polatanam kopi Arabika yang banyak dilakukan oleh petani adalah kopi Arabika dengan sayuran. Selain itu petani menerapkan integrasi kopi Arabika dengan ternak. Pengolahan kopi Arabika menggunakan metode olah basah dengan cara giling basah dan kering. Sebagian petani KAJP sudah mulai mengusahakan kopi luwak. Kelembagaan yang terlibat dalam pengelolaan KAJP sebanyak 84 kelompok tani/Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Produk KAJP di ekspor ke berbagai mancanegara baik dalam bentuk kopi beras (greenbean) maupun kopi luwak, dengan harga premium.
- ItemPEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KARET(2016-08) Ferry, Yulius; Tjahjana, Bambang EkaKegiatan penambangan sering meninggalkan lahan dengan kondisi marginal. Lahan bekas tambang batu bara, timah, dan bouksit menyisakan lahan dengan kadar liat yang tinggi, berbatu, daya resap air rendah sehingga mudah tergenang, miskin unsur hara, bahan organik dan mikroorganisme tanah. Lahan bekas tambang tersebut semakin lama semakin luas dan tidak produktif. Reklamasi lahan bekas tambang merupakan usaha untuk mengembalikan lahan sesuai dengan rona awal, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau lainnya. Tanaman karet adalah salah satu tanaman yang berpotensi digunakan sebagai tanaman reklamasi lahan bekas tambang, karena mempunyai adaptasi yang tinggi, dapat hidup pada dataran rendah sampai tinggi tempat 700 m dpl, dari beriklim kering hingga curah hujan mencapai 3.000 m/tahun, dari tanah berliat tinggi sampai tekstur tanah lepas. Tanaman karet dapat menyediakan bahan organik setiap tahun dari guguran daunnya, karet mempunyai sifat menggugurkan daun secara berkala sekali setahun, guguran daun tersebut selain menambah kandungan bahan organik juga meningkatkan jumlah mikroorganisme di dalam tanah. Penggunaan tanaman karet sebagai tanaman reklamasi didukung oleh tersedianya teknologi pembenahan tanah bekas tambang, seperti teknologi biopori yang dapat meningkatkan daya meresap air ke dalam tanah, tempat pembusukan bahan organik, dan tempat berkembangnya organisme yang dapat bersimbiosis dengan perakaran tanaman, perbaikan struktur dan tekstur tanah. Pupuk hayati juga memberikan dampak yang signifikan dalam memperbaiki kesuburan tanah marginal bekas lahan tambang. Membudidayakan karet di lahan bekas tambang akan mengurangi kompetisi penggunaan lahan pertanian, mempercepat produktivitas lahan, memulihkan lingkungan dan meningkatkan pendapatan petani di sekitar lahan bekas tambang.
- ItemPEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KOMPOS(IAARD Press, 2014) Rusli, Rusli; Ferry, Yulius; Towaha, Juniaty; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKulit buah kakao (Theobroma cacao L.) merupakan limbah pengolahan biji kakao yang jumlahnya sangat melimpah di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara produsen kakao ke-3 terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Komposisi buah kakao terdiri dari kulit buah sebanyak 73,7%; (b) pulpa sebanyak 10,1%; (c) plasenta sebanyak 2,0%; dan (d) biji sebanyak 14,2% sehingga dengan mengacu kepada produksi biji kakao Indonesia pada tahun 2012 yang mencapai 833.310 ton maka terdapat limbah kulit buah kakao sebanyak ± 4.324.996 ton/tahun. Selama ini limbah kulit buah kakao belum banyak dimanfaatkan, apabila dikelola dengan baik dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kompos sehingga memberikan nilai tambah dalam pengelolaan limbah buah kakao serta dapat meningkatkan pendapatan petani kakao.
- ItemPENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN UMUR PANEN TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KUALITAS HASIL TEMULAWAK DI ANTARA TANAMAN KELAPA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2009) Ferry, Yulius; T, Bambang E.; Randriani, Enny
- ItemPENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET MELALUI INTRODUKSI TANAMAN SELA DAN JARAK TANAM(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Ferry, Yulius; RusliHarga karet dunia terus mengalami penurunan yang berimbas pada rendahnya harga karet di dalam negeri. Rendahnya harga dan sempitnya kepemilikan lahan petani (rataan1,4 ha/KK), dengan produktivitas yang hanya 700 kg/ha, pendapatan petani akan semakin rendah. Banyak hasil penelitian yang melaporkan penanaman tanaman sela di antara tanaman karet, tidak hanya berpengaruh positif terhadap tanaman karet, tetapi juga dapat menambah pendapatan petani. Namun penanaman tanaman sela tersebut harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti faktor teknis/biologis, ekonomis dan sosial budaya. Salah satu faktor teknis/biologis yang cukup penting adalah jarak tanam. Jarak tanam karet 2 x 10 meter merupakan usaha untuk meningkatkan pemanfaatan lahan diantara tanaman karet lebih lama yaitu sampai tanaman karet menjadi tua, tambahan pendapatan dari tanaman sela semakin menentukan. Komposisi pendapatan petani tidak terlalu tergantung pada produksi karet dan penurunan harga karet tidak banyak mempengaruhi ekonomi petani. Selanjutnya daya saing tanaman karet akan meningkat dan diharapkan harga akan membaik. Tanaman sela yang dapat ditanam dapat dibagi berdasarkan umur tanaman karet yaitu kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun. Banyak manfaat yang diperoleh dari penanaman tanaman sela di antara tanaman karet, antara lain, memperpendek masa non produktif lahan, diversifikasi pendapatan, efisiensi penggunaan lahan, terbukanya kesempatan kerja, dan tambahan pendapatan petani. Penanaman padi gogo varietas cirata di bawah tanaman karet pada umur 1 tahun dapat menghasilkan 3,06-3,40 ton/ha, dan pada umur karet 3 tahun menghasilkan 2,44-2,62 ton/ha. Sedangkan pola tanam karet + jagung-kedele-kacang hijau memberikan nilai pendapatan Rp. 2.136.250/ha/tahun.
- ItemPeremajaan Tebang Bertahap Pada Tanaman Karet Rakyat Sebuah Inovasi Alternatif(IIARD Press, 2016) Ferry, Yulius; Supriadi, Handi; Listiaty, Dewi; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang memiliki karakteristik diversifikasi produk yang luas karena dari buahnya dapat dihasilkan bermacammacam produk yang dibutuhkan bagi kepentingan hidup manusia. Dilihat dari gambar pohon industri kakao, buah kakao yang terdiri dari komponen biji, kulit buah, dan pulpa dapat dihasilkan lebih dari sepuluh produk yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis produk sesuai dengan jenis industri yang mengolahnya, seperti industri makanan/minuman, industri farmasi/obat-obatan dan kosmetika, industri kimia, industri pakan ternak, dan industri rumah tangga.
- ItemPROSPEK PENGEMBANGAN KAYU MANIS (Cinnamomum Burmanii L) DI INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Ferry, YuliusTanaman kayumanis (Cinnamomum burmanii L) merupakan penghasil kulit kayu untuk bahan baku rempah. Hasil sampingan pada saat panen berupa batang, daun dan ranting juga dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk bernilai ekonomis. Batang kayu manis dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku particle board, sedangkan daun dan rantingnya dapat disuling untuk mendapatkan minyak. Minyak ini dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Tanaman kayu manis juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi untuk mempertahankan daya dukung lingkungan. Potensi pengembangan kayumanis di Indonesia cukup besar karena didukung oleh sumber daya alam (lahan yang sesuai), teknologi, tenaga ahli, ketersediaan sumber plasma nutfah, budidaya organik, bentuk olahan yang lebih hilir, konsumsi dalam negeri yang meningkat, serta tenaga kerja. Prospek tanaman kayumanis di masa depan akan lebih baik sejalan dengan makin bertambahnya penduduk, makin diketahuinya kandungan kimia pada kayumanis dan manfaatnya untuk industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman. Permintaan dari Uni Eropa mengalami peningkatan sebesar 9% per tahun akibat mulai disadarinya rempah sebagai bahan alami yang menyehatkan. Selain itu, konsumsi dalam negeri meningkat sebesar 80% dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Konsumsi minuman kesehatan di dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 15% per tahun. Pemasaran produk kayumanis saat ini dipengaruhi faktor eksternal maupun internal. Salah satu faktor eksternal yang cukup kuat mempengaruhi volume ekspor kayumanis Indonesia adalah pengetatan persyaratan perdagangan oleh Negara Amerika dan Uni Eropa terhadap produk makanan dan bahan baku makanan. Sedangkan faktor internal, antara lain, masih lemahnya prasarana pendukung. Sebagai contoh, Badan Pengawas Mutu Barang (BPMB) perlu menambah peralatan analisa kualitas agar pelayanan pemeriksaan produk yang akan diekspor berlangsung cepat. Selain itu, penambahan fasilitas dermaga juga perlu dilakukan. Manfaat kayu manis yang didukung oleh potensi serta prospek pengembangannya merupakan peluang yang baik. Kendala-kendala yang masih mengganjal seperti keterbatasan bahan tanam unggul serta lemahnya teknologi pasca panen perlu segera diselesaikan.
- ItemTAKSASI PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM PERCABANGAN(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Ferry, Yulius; Herman, Maman; Hasibuan, Abdul Muis; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarHasil taksasi produksi kemiri sunan Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw yang dilakukan di Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Garut, dengan menggunakan observasi percabangan, yang dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2009, menunjuKkan bahwa produksi kemiri sunan mencapai 257,34 kg/pohon biji, bila populasi per hektar 150 pohon (jarak tanam 8 x 8 m) produktivtas akan mencapai 38,60 ton per hektar biji, setara dengan 13,57 ton minyak mentah setara dengan 11,88 ton biodiesel atau 14 850 liter biodiesel.
- ItemTeknologi Budi Daya Tanaman Kopi: Aplikasi Pada Perkebunan Rakyat(IAARD Press, 2015) Ferry, Yulius; Supriadi, Handi; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi
- ItemTeknologi Budidaya Tanaman Kopi(IAARD Press, 2018) Supriadi, Handi; Ferry, Yulius; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianBuku teknologi budidaya kopi berusaha menyampaikan teknologi-teknologi yang diperlukan petani dalam memenuhi kebutuhan tuntutan hilirasi tersebut. Dimulai dari pembukaan lahan, penyediaan bahan tanaman, pemeliharaan, dan polatanam, pada 3 jenis kopi, yaitu Robusta, Arabika, dan Liberika. Liberika merupakan jenis kopi yang peminatnya mulai berkembang pesat terutama di Asia Tenggara karena sesuai untuk dikembangkan di daerah rawa dan cocok untuk industri makanan seperti permen. Tanaman kopi telah berkembang sejak ratusan tahun lalu, sebagian besar dikembangkan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat. Kopi merupakan komoditas ekspor yang penting sebagai sumber devisa negara, perkembangan ekonomi daerah, dan pendapatan petani. Walaupun perdagangan kopi selalu mengalami pasang surut baik di pasar dalam negeri maupun dunia, namun peran tanaman kopi masih sangat penting.