Browsing by Author "E, A. M. Hadad ...[at al]"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemPembedaan tiga klon jahe dengan jumlah stomata, sel epidermis, index stomata, dan index luas daun(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1977) E, A. M. Hadad ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPembedaan tiga klon jahe dengan jumlah stontata, sel epidermis, index stomata, dan index luas daun. Penelitian ini bertujuan membedakan klon jahe, putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah melalui indeks stomata dan luas daun. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Cimanggu, Bogor. Contoh daun jahe diambil dari kebun Petani Parungkuda Sukabumi. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 perlakuan dan 10 ulangan dengan pengamatan dilakukan selama 3 bulan, di lapangan dan di laboratorium. Index stomata, letak daun dan bagian daun pada jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah kemungkinan berbeda karena beda spesies sehingga index stomta. dapat dijadikan sebagai salah satu alat pembeda spesies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah stomata dan indeks luas daun dapat membedakan jahe merah dari jahe putih besar dan jahe putih kecil, sedangkan ketiga klon jahe itu, baik dari letak daun maupun bagian daun. jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah mempunyai tipe stomata yang sama yaitu tetrasitik. Pengamatan jumlah stomata pada daun kelima dan daun ke duabelas dapat membedakam jahe putih besar dari jahe putih kecil dan jahe merah. Pengamatan jumlah sel epidermis pada semua letak daun dan bagian daun dapat membedakan jahe merah dari jahe putih besar dan jahe putih kecil. Pengamatan indeks stomata tidak dapat dipakai untuk membedakan tiga klon jahe, baik antar letak daun maupun bagian daun, karena tidak mencirikan masing-masing klon. Penelitian indeks stomata dan indeks luas daun tanaman jahe ini merupakan penelitian awal dan mengabaikan faktor lingkungan, maka untuk penelitian selanjutnya sebaiknya diikutsertakan faktor-faktor tersebut, bagaimana keadaan stomata dan epidermis terhadap faktor lingkungan.
- ItemStatus dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Jambu Mete(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2000) E, A. M. Hadad ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianWalau bukan tanaman asli Indonesia, jambu mete telah beradaptasi secara luas. Tanaman ini menyerbuk silang dan perkembangannya umumnya menggunakan benih. Oleh karena itu, di sentra pengembangan ada kemungkinan terbentuknya landrace yang merupakan variasi genetik. Koleksi plasma nutfah jambu mete asal berbagai daerah di Indonesia dan introduksi telah ditanam di kebun-kebun percobaan, antara lain di Cikampek, Muktiharjo, dan Asembagus sejak 1970 sampai 1998. Jumlah koleksi terdiri dari 52 kultivar dan sebagian di antaranya telah dikarakterisasi dan dievaluasi, terutama sifat produksinya. Hasil evaluasi produksi menunjukkan bahwa beberapa nomor koleksi mempunyai potensi produksi tinggi, tetapi rata-rata ukuran gelondong masih tergolong kecil. Dari observasi terhadap jambu mete introduksi diperoleh bahwa kultivar Segayung mempunyai ukuran gelondong besar yaitu 9-13 g/butir. Pemanfaatan plasma nutfah dalam pemuliaan tanaman jambu mete masih belurn banyak karena langkanya ketersediaan data hasil evaluasi. Untuk mendapatkan varietas unggul jambu mete diperlukan waktu yang cukup panjang. Dalam pemanfaatan plasma nutfah lebih lanjut maka evaluasi terhadap ketahanan hama/penyakit, toleransi kekeringan, dan mutu buah/gelondong perlu dilakukan.