Browsing by Author "Didik Harnowo"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdopsi Varietas Unggul Kacang Hijau di Sentra Produksi(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2014-10-19) Trustinah; B.S. Radjit; N. Prasetiaswati; Didik HarnowoKacang hijau dengan karakteristik berumur genjah (55-65 hari), toleran kekeringan, dan dapat ditanam pada daerah yang kurang subur, menjadikan komoditas ini potensial dikembangkan di lahan suboptimal. Peran strategis lainnya dari kacang hijau adalah komplementer dengan beras, sebab protein beras yang miskin lisin dapat diperkaya dengan kacang hijau yang kaya lisin. Dengan demikian kacang hijau berperan penting sebagai sumber protein, perbaikan gizi, dan meningkatkan pendapatan petani karena harga kacang hijau relatif lebih baik. Area panen kacang hijau di Indonesia pada tahun 2011 adalah 297.315 ha dengan produksi 341.342 ton dan produktivitas 1,15 t/ha. Sentra produksi kacang hijau tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan total produksi mencapai 91,7% dari produksi nasional. Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang murah, mudah diadopsi, dan aman terhadap lingkungan. Penggunaan varietas unggul kacang hijau terbukti mampu meningkatkan produktivitas kacang hijau di beberapa daerah. Jenis dan produktivitas varietas yang digunakan beragam antarsentra produksi. Tersedianya varietas unggul yang beragam memungkinkan petani memilih varietas yang sesuai untuk dikembangkan di wilayahnya. Belum semua varietas kacang hijau yang telah dilepas digunakan petani. Pemilihan varietas umumnya mempertimbangkan produktivitas, preferensi konsumen, dan harga. Di beberapa daerah, konsumen lebih menyukai kacang hijau dengan warna biji hijau kusam atau mengkilap dengan biji besar atau kecil. Varietas dengan biji kecil disukai terutama untuk bahan kecambah atau tauge. Sebagian varietas unggul kacang hijau telah diadopsi di beberapa sentra produksi. Introduksi varietas unggul baru dengan karakteristik biji yang sudah berkembang sebelumnya, sosialisasi varietas, dan ketersediaan benih pada penangkar benih lokal efektif mempercepat adopsi varietas unggul kacang hijau.
- ItemInovasi Teknologi Budidaya untuk Peningkatan Produktivitas Kedelai(Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2016-12-16) Didik Harnowo; Gatut Wahyu Anggoro Susanto; Yusmani PrayogoSaat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,5 t/ha dengan kisaran 0,8-2,3 t/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7-3,2 t/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Angka ini menunjukkan bahwa produktivitas kedelai di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi. Peningkatan produksi kedelai dilakukan melalui: (1) Peningkatan produktivitas dan peningkatan areal tanam, (2) Peningkatan indeks tanam (IP) di lahan sawah irigasi dan tadah hujan, lahan kering yang diberakan dengan sistem monokultur dan tumpangsari, pada areal perkebunan atau, hutan yang belum menghasilkan. Balitkabi adalah UPT Badan Litbang Pertanian yang mempunyai tugas untuk meneliti dan mengembangkan komoditas aneka kacang dan umbi, termasuk tanaman kedelai. Penelitian komoditas kedelai diarahkan untuk perakitan varietas unggul baru, perakitan teknologi budidaya spesifik lokasi, produk pendukung seperti pupuk organik, biopestisida yang ramah lingkungan. Balitkabi juga ditugasi memproduksi benih sumber kedelai (BS dan FS). Hasil penelitian selama kurun waktu 2005- 2014 dituangkan dalam buku Inovasi Teknologi Budidaya kedelai ini, sebagai bahan referensi pengembangan peningkatan produksi kedelai di tanah air kita tercinta ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada peneliti yang telah berupaya keras untuk menghasilkan inovasi teknologi produksi budidaya kedelai. Kepada tim yang telah membantu penyusun buku Inovasi Teknologi Budidaya Kedelai ini (Prof.Dr. Marwoto, Prof.Dr. Subandi, dan Dr. M. Muchlish Adie serta Ir. Achmad Winarto) disampaikan penghargaan yang setinggi tingginya. Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Kepala Badan Litbang Pertanian, Bapak Kepala Puslitbangtan yang telah memberikan bimbingan dan dorongan semangat yang tinggi kepada kami untuk berkarya demi negara tercinta ini. iii Kami mewakili karyawan/karyawati Balitkabi mohon maaf jika masih ada kekurangan. Saran-saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan.
- ItemKacang tanah inovasi teknologi dan pengembangan produk(Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015-12-05) Astanto Kasno; Agustina Asri Rahmianna; Made Jana Mejaya; Didik Harnowo; Sudarmadi PurnomoMeski bukan tanaman pangan utama, komoditas kacang tanah semakin penting perannya sebagai tanaman cash crop, terutama sebagai pemasok bahan baku untuk bioindustri pangan, khususnya kudapan (snack) yang terus berkembang. Oleh karena itu perhatian terhadap teknologi produksi dan pengolahan kacang tanah perlu mendapat perhatian lebih. Sebagaimana digariskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan selalu menekankan dan mengarahkan agar rencana strategis (Renstra) Balai Penelitian komoditas senantiasa mengantisipasi kebutuhan inovasi di masa mendatang dengan dasar perubahan lingkungan strategis seperti perubahan iklim, kesuburan tanah, potensi berkembanganya organisme pengganggu dan juga aspek gizi dan kesehatan masyarakat serta yang tak kalah pentingnya adalah potensi penerapan inovasi tersebut secara ekonomis. Monograf Kacang Tanah ini, yang merupakan rangkuman hasil penelitian dengan menjelaskan kacang tanah dari berbagai disiplin, saya pandang sangat penting sebagai salah satu cara mengomunikasikan inovasi yang telah dicapai kepada para penyuluh dan praktisi sebagai bahan penyuluhan kepada petani. Di samping itu, materi dalam monograf ini juga penting untuk pengembangan kacang tanah bagi para akademisi. Lebih-lebih dalam perdagangan internasional aspek gizi dan cemaran aflatoksin akan menjadi parameter penting untuk standar kualitas perdagangan kacang tanah. Semoga buku ini dapat dijadikan pegangan untuk pengembangan kacang tanah, sehingga mendorong peningkatan produksi kacang tanah dalam negeri dan mengurangi impor yang semakin bertambah.
- ItemKarakteristik Varietas Unggul Kacang Tanah dan Adopsinya oleh Petani(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2014-10-19) Astanto Kasno; Didik HarnowoVarietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi utama yang berperan penting dalam program peningkatan produksi kacang tanah. Dibandingkan dengan varietas unggul baru padi dan jagung hibrida, varietas unggul baru kacang-kacangan, terutama kacang tanah, relatif lambat diadopsi petani. Padahal, varietas unggul yang telah dilepas tersebut memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan varietas lokal yang masih mendominasi pertanaman kacang tanah dewasa ini, misalnya dari segi produktivitas, umur, dan toleransi terhadap cekaman biotik dan abiotik. Data yang tersedia menunjukkan bahwa dari 34 varietas unggul kacang tanah yang telah dilepas (26 tipe spanish dan 8 tipe valencia), hanya beberapa saja yang populer di kalangan petani. Varietas unggul Gajah dan Kelinci yang masing-masing dilepas tahun 1950 dan 1986 lebih dikenal petani daripada varietas unggul lainnya yang dilepas kemudian. Separuh area pertanaman kacang tanah masih ditanami varietas lokal. Ketersediaan benih bermutu dengan harga terjangkau pada waktu diperlukan, tampaknya menjadi faktor utama yang menyebabkan lambannya adopsi varietas unggul, selain kelancaran informasi ketersediaan varietas baru ke penyuluh dan petani. Faktor pengganda yang kecil (1 kg benih menghasilkan 10 kg) dan daya tumbuh yang cepat menurun mengurangi minat penangkar benih untuk memperbanyak benih kacang tanah. Preferensi petani, pedagang, dan konsumen kacang tanah setempat akan karakteristik varietas yang disenangi perlu penelaahan lebih lanjut sehingga dapat dipadukan dengan varietas yang tersedia atau bahkan sebagai input dalam penelitian selanjutnya
- ItemPrinsip-Prinsip Produksi Benih Kedelai(Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015-04) Didik Harnowo; Marwoto; Muchlish Adie; Titik Sundari; Novita NugrahaeniSalah satu program Kementerian Pertanian pada periode 2015–2019 adalah peningkatan produksi kedelai menuju Swasembadapada tahun 2017. Program peningkatan produksi kedelai dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam melalui peningkatan indek pertanaman (IP) dan perluasan areal baru. Untuk mendukung upaya peningkatan produksi kedelai,pemerintah meluncurkan program bantuan benih kedelai bersubsidi. Bantuan benih bermutu tersebut diperuntukkan bagi petani, para penangkar, dan institusi perbenihan untuk diperbanyak dan dikembangkan lebih lanjut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah melepas sejumlah varietas unggul baru (VUB) kedelai,tetapi yang dimanfaatkan petani masih terbatas. Oleh karena itu, perlu upaya intensif untuk mensosialisasikan VUB tersebut. Keberhasilan penyebaran VUB kedelai tidak lepas dari upaya pengembangan sistem perbenihan. Kelancaran alur perbanyakan benih, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar sangat menentukan pengembangan dan penggunaan varietas unggul kedelai oleh petani. Buku Prinsip-Prinsip Produksi Benih Kedelai ini dibuat sebagai acuan dalam penyediaan benih kedelai, baik benih sumber maupun benih untuk pengembangan secara luas (benih sebar) oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU), atau penangkar dalam memproduksi benih bermutu guna mendukung upaya penyediaan benih yang memenuhi syarat enam tepat dalam rangka mewujudkan swasembada kedelai pada tahun 2017.
- ItemPRODUKSI BENIH SUMBER KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU(BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2007-12-22) Marwoto; Didik Harnowo; M. Muchlish Adie; M. Anwari; Joko Purnomo; Riwanodja; SubandiProgram peningkatan ketahanan pangan dan agroindustri memerlukan dukungan subsistem sarana produksi di antaranya, benih. Untuk memproduksi benih sumber yang berkualitas, yakni sehat, bebas penyakit, vigor dan daya tumbuh yang baik diperlukan teknologi produksi benih baik pada periode prapanen maupun pascapanen. Sudah banyak varietas kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau yang telah dilepas, namun belum banyak yang digu- nakan oleh petani. Berbagai sebab belum digunakannya varietas unggul, antara lain: kurangnya informasi keberadaan varietas unggul dengan berbagai sifat-sifat keunggulannya serta keterse- diaan benih varietas unggul terbatas, produksi varietas unggul kelas BS masih terbatas dan terputusnya aliran benih sumber dari BS ke ES. Untuk mendorong penyebaran benih varietas unggul diperlukan pengenalan varietas yakni melalui sosialisasi varietas dan pembekalan teknik produksi benih kepada penangkar di daerah sentra produksi. Salah satu kendala dalam memproduksi benih adalah terbatasnya pengetahuan tentang teknologi produksi yang dimiliki petugas produksi benih maupun penangkar benih. Panduan teknologi produksi benih ini disusun sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman bagi calon penangkar maupun penangkar benih kedelai, kacang tanah dan kacang hijau dalam menghasilkan benih bersertifikat ketiga komoditas tersebut sesuai dengan potensi genetiknya. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada tim penulis panduan ini yang telah meluangkan waktu untuk menyusun buku panduan ini.
- ItemProspek, Strategi, dan Teknologi Pengembangan Ubikayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006-12-16) Didik Harnowo; Subandi; Nasir SalehUbikayu termasuk komoditas yang cukup besar kontribusinya dalam sistem ketahanan pangan nasional. Komoditas ini umumnya diusahakan di lahan kering oleh petani yang lemah modal dan dan berpendapatan rendah. Oleh sebab itu pengembangan agribisnis ubikayu perlu terus dikaitkan dengan upaya peningkatan pendapatan petani dan ketahanan pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan telah menghasilkan berbagai teknologi produksi, teknologi panen, dan penanganan pasca panen ubikayu. Teknologi tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih bésar bagi upaya peningkatan produksi dan pengembangan agroindustri ubikayu, termasuk industri bioetanol yang merupakan komponen campuran bahan bakar minyak (BBM), terutama premium yang kebutuhannya terus meningkat. Dalam implementasinya secara luas, pengembangan teknologi produksi, panen, dan pasca panen ubikayu tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kaitan ini, telah diselenggarakan Lokakarya Pengem- bangan Ubikayu pada tanggal 7 September 2006 di Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Malang, Jawa Timur. Diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai institusi, lokakarya membahas sejumlah makalah hasil penelitian dan kebijakan pengembangan ubikayu. Para pemakalah berasal dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Asosiasi Produsen Spiritus dan Bioetanol Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi, swasta, dan beberapa institusi di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yaitu Puslitbang Tanaman Pangan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, dan Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian. Untuk dapat diketahui oleh banyak pihak, makalah-makalah tersebut dipublikasikan dalam bentuk prosiding lokakarya. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam Lokakarya dan penerbitan prosiding ini disam- paikan penghargaan dan terima kasih.
- ItemTeknologi Budidaya Padi Sawah Mendukung SL - PTT Di Sumatera Utara(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, 2010-03-20) Amrizal Yusuf; Akmal; Didik HarnowoKomoditas padi memiliki peranan penting sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang pesat serta berkembangnya industri pangan. oleh karna itu kecukupan pangan perlu terus diupayakan guna menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk. Salah satu upaya untuk mencukupi kebutuhan pangan adalah melalui peningkatan produksi dan produktivitas komoditi pangan.
- ItemTeknologi Produksi Benih Ubi Kayu(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013-12-16) Titik Sundari; Didik HarnowoDalam industri perbenihan nasional, benih sumber menempati posisi strategis karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya. Benih merupakan cikal bakal dari suatu kehidupan tanaman yang harus memiliki mutu genetik, fisiologis, dan fisik yang baik. Banyak faktor yang mempengaruhi proses untuk memperoleh mutu benih yang baik, yaitu faktor internal (faktor yang ada di dalam benih) dan faktor eksternal (faktor di luar benih atau lingkungan). Konsep perbenihan dan implementasi di lapangan pada beberapa komoditas di Indonesia belum berjalan dengan baik, sehingga masih perlu penyempurnaan. Dalam konsep perbenihan yang menjadi fokus utama meliputi beberapa aspek yaitu produksi, pengolahan benih,penyimpanan benih, analisis mutu benih, penanganan benih, distribusi, dan pemasaran benih. Untuk memperoleh benih yang bermutu diperlukan suatu perangkat pengolahan benih. Perangkat tersebut tercakup dalam teknologi benih, yaitu teknologi untuk memproduksi benih, menganalisis mutu benih, menyimpan, memasarkan, dan mengedarkan tanpa harus mengurangi mutunya. Sehubungan dengan hal tersebut, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) menyusun panduan teknis produksi benih (Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubikayu) sebagai acuan untuk memproduksi benih sumber (Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubikayu) yang meliputi persiapan produksi, proses produksi, pemeliharaan mutu genetik di lapangan, dan teknologi pasca panen.