Browsing by Author "Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, Haryono"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS EKONOMI USAHA TANI PADA LAHAN SURJAN(IAARD Press, 2014) Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, HaryonoSistern surjan sebagaimana dikemukakan sebelumnya terdiri alas sistem sawah dengan tanarnan padi sebagai komoditas utarna dan sistem tegalan dcngan tanaman palawija, sayuran, buah-buahan atau tanaman tahunan sebagai komoditas utama. Oleh karenaitu,kornponen analisis ekonomi pada sistem surjan meliputi komoditas utama dan masing-masing komoditas penunjang, khususnya terhadap tingkat pendapatan petani. Dalam konteks kebijakan, maka masing-masing komoditas mempunyai nilai kompetitif terhadap komoditas lainnya. Nilai kompetitif ini sudah tentu sangat dipengaruhi oleh preferensi pasar atau konsumen. Analisis ekonomi usaha tani sistem surjan ini dapat ditinjauyang terdiri dari aspek, yaitu (I) tenaga kerja, (2) biaya dan pendapatan, dan (3) nilaikompetitifantara komoditas.
- ItemKedaulatan Pangan(Balittra, 2014) Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, HaryonoDi tengah kendala dan tantangan di atas, pemerintah dalam periode lima tahun ke depan (2015-2019) telah menetapkan untuk mencapai kedaulatan pangan. Dalam periode lalu (2000-2014) pemerintah telah menetapkan untuk mencapai swasembada pangan. Menurut Darwanto (2013) kedaulatan pangan memiliki cakupan lebih luas dari swasembada, kemandirian, ataupun ketahanan pangan sebagaimana didefisikan berikut: • Swassembada pangan adalah kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. • Kemandirian pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan tanpa adanya ketergantungan dengan pihak luar dan berdaya tahan tinggi terhadap perkembangan gejolak ekonomi dunia. • Ketahanan pangan adalah terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang cukup baik jumlah, mutu,aman, merata, dan terjangkau (UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan).
- ItemPERKEMBANGAN MODEL SURJAN DI LAHAN RAWA(IAARD Press, 2014) Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, HaryonoCara pernbuatan dan bentuk surjan di lahan rawa mengalarni perkembangan sesuai dengan pengalaman dan pengathuan yang berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan dari hasil-hasil penelitian tentang geofisikakimia tanah rawa rnernbuka eakrawala pemikiran baru dalam mengantidipasi dampak dari pengelolaan dan pernanfaatan lahan untuk budidaya, termasuk surjan. Keragaman tipologi lahan, tipe luapan, tipe genangan, dan sifat fisika, kimia,dan biologi tanah, kualitas air dan hasil tanaman menjadi pemieu berkembangnya inovasi teknologi, tremasuk kearifan lokal masyarakat.. Sistem surjan merupakan suatu eara atau sikap perilaku adaptasi dari petani dalam mengatasi masalah bereoeok tanam khususnya di lahan rawa. Misalnya adanya genangan menyebabkan bibit yang ditanam sering merana bahkan mati akibat terendam atau kebasahan, khususnya dalam budidaya tanaman lahan kering (dry/and crop) seperti palawija dan hortikultura. Pada awalnya petani lahan rawa membuat puntukan (tukungan), yaitu meninggikan tempat (Iahan) untuk meletakan bibit sebatas luas 50 em x 50 em dan tinggi 50 em. Namun kemudian, lambat laun berkembang untuk membuat tembokan yang disebut surjan (Gambar 2). Sistem surjan berkembang di lahan rawa sebagai altematif agar kondisi lahan rawa yang umum tergenang yang biasanya hanya untuk tanaman padi juga dapat ditanami tanaman lahan kering seperti palawija atau hortikultura (Donieie dan Idak, 1941).
- ItemSIFAT-SIFAT TANAH SURJAN DAN PERUBAHANNYA(IAARD Press, 2014) Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, HaryonoSistem surjan hampir merata diterapkan pada lahan rawa pasang surut dan rawa lebak bahkan juga sebagian lahan tadah hujan. Pada lahan rawa pasang surut, sistern surjan tersebar dari pasng surut tipe Juapan A, S, sampai tipe Juapan C, sedang pada rawa lebak tersebar pada tipe lebak dangkal dan lebak tengahan. Lahan rawa pasang surut tipe luapan A dan S sering disebut lahan rawa pasang surut langsung karena mendapatkan luapan pasang secara langsung baik saat pasang tunggaJ (spring tide) atau purnarna maupun pasang ganda atau perbana (neap tide) khusus tipe luapan A, sementara tipe Juapan C disebut Jahan pasang surut tidak Jangsung. Lahan pasang surut tipe Juapan 0 Jebihmirip dengan lahan tadah hujan (rainfed land). Dinamika tinggi muka air permukaan (water surface level) dan kedalaman air tanah (ground water level) yang terjadi pada lahan rawa adalah merupakan cerminan dari watak hidrologi dan hidrotopografi Jahan rawa akibat pengaruhi oJeh ayunan pasaug surut laut (untuk lahan rawa pasang surutnya) atau genangan banjir (untuk lahan rawa lebak). Kondisi kering basah inilah yang utamanya memberi pengaruh terhadap perubahan sifatsifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sesuai dengan keberagaman tipologi lahan rawa, sistem surjan dapat diterapkan di lahan potensial, lahan sulfat masam, juga di lahan gambut. Namun demikian, sistem surjan tidak dianjurkan di lahan gambut tebal (ketebalan 2-3 meter). Surjan di lahan gambut tebal sulit dibuat, selain juga mempunyai resiko kebakaran dan mudah amblas. Dalam kasus lahan gambut, untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas Jahan dikenal dengan pencampuran dengan tanah mineral atau pasir. Petani lahan gambut juga sering memberikan abu sekam, abu gambut, atau abu campuran dari berbagai limbah seperti kotoran ayam, serasah, sisa kayu, sisa ikan buangan, kepala udang, dan lain sebagainya pada lahan gambutnya sebagai pupuk atau ameJioran.
- ItemSISTEM SURJAN DALAM PERSPEKTIF PERUBAHAN IKLIM(IAARD Press, 2014) Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, HaryonoFenernona perubahan iklim mcnunjukkan sernakin kuat dalam masa-rnasa sepuluh tahun terakhir ini. Anomali iklim seprti EI Nino dan/atau La Nina sernakin sering dengan waktu ulang yang sernak in pendek. EI Nino atau La Nina yang dalam lima puluh tahun terakhir (1950-2000) sering terjadi dalarn kurun waktu lima tahunan. Oalam sepuluh tahun terakhir sering terjadi hanya dalarn kurun waktu 2-3 tahun. Perubahan iklim menjadi salah salu ancaman terhadap sektor pertanian baik produksi pangan seeara khusus maupun produksi pertanian seeara umum. Perubahan iklim adalah kondisi beberapa unsur iklim yang magnitude dan/atau intensitasnya eenderung berubah atau menyimpang dari dinamika dan kondisi rata-rata, menuju ke aralrtertentu (meningkat atau menurun). Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi dimensional. Pengaruhnya dimulai terhadap aspek sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian yang akhimya berpengaruh pula terhadap aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Pengaruh tersebut dapat dibedakan atas dua indikator, yaitu kerentananan dan dampak. Secara harfiah kerentanan terhadap perubahan iklim adalah kondisi yang dapat mengurangi kemampuan (manusia, tanaman, dan temak) beradaptasi danJatau menjalankan fungsi fisiologis/biologis, perkembangan fenologi pertumbuhan dan produksi serta reproduksi secara optimal akibat cekaman perubahan iklim. Sedangkan dampak perubahan iklim adalah gangguan atau kondisi kerugian dan keuntungan, baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi, yang disebabkan oleh cekaman perubahan iklim (Balitbangtan, 2011 a; Balitbangtan, 20 11b). Uraian berikut mengemukakan keterkaitan antara pengembangan lahan rawa, termasuk sistem surjan dengan perubahan iklim, yaitu berbagai upaya adapatasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim serta menyajikan informasi dan hasII penelitian terkait dengan stok karbon dan emisi GRK yang terjadi di lahan rawa dan sistem surja
- ItemSistem Surjan Model Pertanian Lahan Rawa Adaftif Perubahan Iklim(IAARD Press, 2014) Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, HaryonoMasyarakat Indonesia adalah masyarakat agraris karena sebagian besar penduduknya (~I %) mernpunyai mata pencaharian sebagai petani. Menurut Sensus Pertanian 2013, terdapat sekitar 26,14 juta rumah tangga (sekitar 104 juta jiwa) menggantungkan hidup dari kegiatan pertanian. Apabila kegiatan ekonomi masyarakat yang mengambil manfaat dari bidang pertanian juga masuk sebagai mata pencaharian agraris, maka semakin besar jumlah penduduk yang masuk dalam kegiatan pertanian ini. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat agraris tidak saja dalam arti kegiatan bercocok tanam yang termasuk buruh tani, tetapi juga kegiatan pekerja atau karyawan di pabrikpabrik pengolahan hasil pertanian, pabrik pupuk, pabrik pestisida, pabrik pakan temak atau ikan yang bahan mentahnya dari dan untuk kegiatan pertanian. Masyarakat Indonesia, selain kaya dengan sumber daya alam sebetulnya juga kaya dengan bermacam-macam model pertanian karena beragamannya ekosistem, etnis dan budaya, serta komoditas yang dapat diusahakan oleh masyarakat petani nusantara. Oleh karena itu kita kenai sistem pertanian sawah (sawah irigasi, sawah tadah hujan), sistem pertanian tegalan (sistem pertanian lahan kering), sistem perladangan, sistem pertanian irigasi (teknis, setengah teknis, pasang surut, polder), sistem subak, sistem walik jerami, dan lain sebagainya. PenuIisan buku ini awalnya diiIhami saat kunjungan para tamu Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa dan Kementerian Pertanian dari negara asing, seperti Jepang (Univ. Hokkaido), Philipina (lRRI), dan lainnya yang kemudian diajak ke Desa Karang Buah yang ditata dengan sistem surjan dalam pengembangan lahan usaha taninya. Para tamu setelah memperhatikan keragaan sistem surjan dilapangan umumnya terkagumkagum, terlebih setelah mencicipi jeruk yang dihasilkan petani ini rasanya manis, pada ditanam di tanah yang dikenal masam (tanah suifat masam). Sebetulnya ide untuk penyusnan buku ini sudah dua tahun yang lalu, tetapi baru karena berbagai kegiatan selalu tertunda.